Prolog

Dalam malam yang hening, sekelompok orang berpakaian serba hitam dengan cadar menutupi wajah mereka, mengendap-ngendap di sebuah rumah besar. Mereka berjumlah 15 orang.

Satu persatu mereka masuk tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, mereka saling bekerjasama satu sama lain. Namun....

...TRIINGG....

Terdengar seperti suara bel berbunyi, salah satu kelompok perampok tanpa sengaja mengaktifkan jebakan di ruang harta membuat tuan rumah dan para penjaga waspada akan penyusup.

Rumah besar memiliki penjaga yang banyak, sehingga para penjaga menyebar ke segala penjuru rumah.

Para perampok sangat panik tapi mereka tidak gentar.

Para penjaga telah mengepung sekelompok perampok itu. Para penjaga siap menyerang kemudian terjadi pertarungan. Namun, sekian banyak penjaga di kerahkan tetap tidak bisa mengalahkan para perampok.

"Kita bagi dua kelompok, aku akan memimpin menahan para penjaga. sisanya selesai misinya" Bisik Naraya pada salah satu rekannya.

"Baik" balas Wan Sen. Mereka bergegas bergerak.

*****

Diruang harta.. beberapa orang dengan sigap memeriksa ruang harta. Seperti yang diharapkan dari Bangsawan tidak kurang sedikitpun. Mereka ingin rasanya membawa semuanya, tapi itu tidak mungkin. Dengan mata keserakahan mereka hanya bisa merasa sakit karena tidak bisa mendapatkan semuanya.

"Wan Sen. kita harus bergerak cepat, walaupun mereka kuat, melawan sebanyak itu aku takut mereka akan kelelahan." peringatan rekannya yang bertugas memantau keadaan

"Tch!. Aku tahu itu" tegas Wan Sen dengan kekesalan. Dia mengumpat dalam hatinya akan semua situasi ini.

*****

'Apa mereka belum selesai'

batin Naraya cemas. Mereka harus segera menyelesaikannya dan bergegas pergi.

"Misi selesai ! kita mundur " teriak lantang seseorang menyadarkan Naraya dari kecemasannya.

" Mundur! " Teriak Naraya . Kini misi mereka selesai. Kemudian mereka berhasil lolos.

****

Malam yang sunyi. Angin dingin berhembus kencang membuat rambut hitam terikat tertiup, ia adalah Naraya. Ia menatap bulan purnama yang sangat terang, dipenuhi dengan bintang-bintang menghiasi langit malam.

Kemudian terdengar suara langkah kaki.

Tapp.. tapp.. tap...

Naraya berbalik kearah suara, ternyata ia adalah Wan Sen, salah satu rekannya. Lalu dia duduk di samping Naraya.

" Sepertinya kamu nyaman sekali melihat langit !. " ujar Wan Sen dengan ramah.

Dengan senyum Naraya menjawab.

" Tentu saja !. Bulan pada malam ini begitu cerah dan begitu terlihat besar dari sebelumnya. Ini pemandangan yang langka. " kata Naraya dengan girang.

" Oh, begitu ya?. Emmm Naraya ada yang ingin ku tanyakan pada mu. " kata Wan Sen dengan serius.

" Akan ku jawab sejujur mungkin ! Tanyakan lah "

Dengan keraguan, Wan Sen mulai bertanya.

" Jika.... suatu saat kamu dikhianati oleh teman mu... bahkan... dia akan mencoba membunuh mu... apa yang akan kamu lakukan? ".

Ketika Wan Sen bertanya demikian. Naraya terdiam sejenak. Lalu dia menjawab dengan tidak yakin.

"Emm... kalau soal itu.. aku.. entah lah Wan Sen, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan jika itu terjadi..., mungkin saja memang terjadi.. mungkin... aku akan sangat sedih dan kecewa. "

Setelah Naraya menjawab pertanyaan Wan Sen, mereka tidak membicarakan apa-apa lagi. Kemudian Wan mengajak Naraya kembali ke markas.