Satu bulan berlalu tidak banyak yang berubah baik aku maupun Adrian, dia tetap manis seperti biasanya, atau lebih tepatnya dia semakin manis. Setelah menikah, jadwal harian ku sedikit berubah, jika sebelum menikah aku bisa melanjutkan tidur setelah sholat subuh, tapi sekarang tidak ku lakukan, sebenarnya Adrian bukan tipe laki-laki yang harus dilayani setiap saat, tapi sebagai istri dan teman yang baik aku tetap harus melayaninya.
"Mas, kau sudah bangun?" Kami tidur di kamar terpisah, ini permintaan Adrian.
"Sudah." dia sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Untuk tas kerja, aku yang selalu siapkan, sebelum tidur Adrian selalu memberitahuku apa-apa saja yang akan ia bawa keesokan harinya.
"Wiihhh menu baru, pasti enak." aku memasak cah sawi putih dengan telur, sayur sup, dan tempe goreng, ternyata tuan muda di hadapanku ini penggemar tempe goreng, dia selalu protes kalau aku tidak membuat tempe goreng.
"Maaf, baru bisa masak makanan sederhana, tapi aku selalu belajar memasak menu-menu yang lain ko." selama ini menu makan kami tidak pernah jauh dari olahan telur dan tempe, semoga Adrian tidak bisulan.
"Tidak apa Meera, apapun yang kau masak pasti aku makan, lagi pula ini sangat enak," dia selalu begitu, tidak pernah mengeluh dengan apa yang aku sajikan "oh iya Meera, nanti siang kau jangan masak ya kita makan di luar, sudah lama kita tidak jalan." dia benar, dari pindah ke sini kita belum pernah jalan-jalan, aku mengangguk.
"Ya sudah aku berangkat ya, ada meeting pagi Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." dia sudah tidak mengusap pucuk kepala ku lagi, tapi mencium kening ku seraya mengusap pipi ku lembut.
*********
Pukul 11.10
From: Suamik
Gadis kau sudah siap? Aku jemput sekarang ya.
To: Suamik
Siap kapten, hati-hati di jalan.
Jarak rumah dengan kantor tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu tiga puluh menit menggunakan mobil, dan benar 11.40 Adrian sudah sampai.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." aku mengambil alih tas kerjanya.
"Aku mandi dan ganti pakaian sebentar." aku mengangguk dan berjalan menuju ruang kerja Adrian untuk meletakkan tas kerjanya, aku duduk di sini sambil menunggu Adrian selesai mandi.
"Kau di sini, ayo aku sudah siap." aku mengangguk dan mengekorinya di belakang.
*Di mobil
"Meera tolong angkat teleponnya"
"Halo,"
"......."
"Oh iya nanti saya sampaikan, terimakasih Fitri."
"Fitri? Ada apa?"
"Dia bilang ada Pak Raja, katanya ada yang perlu dibahas."
"Kita ke kantor dulu tidak apa ya."
"Iya, tidak apa." beruntung kami belum jauh dari rumah, jadi tidak perlu putar balik.
Sampai di kantor, banyak pasang mata yang menatap ke arah ku seolah bertanya aku siapa. Ini pertama kalinya aku ikut ke kantor, jadi wajar kalau mereka bertanya siapa aku, dan lagi tangan Adrian terus saja menggandeng tanganku, hanya karyawan dengan jabatan tinggi saja yang tau kalau aku istri dari seorang Adrian.
"Selamat siang pak, maaf mengganggu acara bapak."
"Tidak apa, di mana pak Raja?"
"Ada di ruang meeting pak."
"Fitri, kau antar Meera ke ruangan saya," Fitri mengiyakan, "sayang kau tunggu di ruangan ku ya!" aku mengangguk dan mengikuti Fitri.
"Bu Meera tau tidak, kalian tidak terlihat seperti sepasang suami istri."
"Masa sih Fit?"
"Iya bu, kalian lebih terlihat seperti masih pacaran."
"Aiihh kau bisa saja, kami tidak berpacaran kau tau, kami kenal lalu menikah." tidak mungkin aku cerita kalau kami dijodohkan itu sangat kuno.
"Pacaran setelah menikah lebih menyenangkan tau bu."
"Terserah apa katamu." Fitri perempuan baik-baik, dia disiplin dalam bekerja, bukan tipe penggoda seperti sekretaris kebanyakan, kurang lebih begitulah kesimpulan dari cerita Adrian mengenai Fitri.
"Kita sudah sampai bu, ini ruangan pak Adrian." ruangan yang bagus, rapi, dan juga luas. Ada foto pernikahan kami di meja kerjanya, itu foto favorit Adrian, dia bilang dia terlihat sangat gagah di foto itu.
"Kalau begitu saya tinggal ya bu, nanti saya suruh OG untuk mengantar makanan dan minuman untuk ibu."
"Terima kasih Fitri."
"Sama-sama bu."
Tak lama setelah Fitri keluar OG datang, dia membawa minuman dan kue. Kenapa Adrian lama sekali? aku menonton film korea untuk mengusir rasa bosanku.
*********
Aku sudah terlalu lama meninggalkan Meera, dia pasti bosan.
"Fit, Meera masih di ruangan saya 'kan? "
"Masih pak."
"Ya sudah, kau siapkan dokumen yang diperlukan untuk meeting selanjutnya. Kalau sudah, kau boleh pulang!"
"Baik pak."
Pukul 14.25. Ku lihat gadis ku tengah tertidur di sofa, dia pasti bosan sampai tertidur seperti ini.
"Meera bangun," aku membangunkannya selembut mungkin.
"Kau sudah selesai? ayo pulang."
"Kenapa pulang? kita kan mau nonton."
"Pulang saja, aku ngantuk."
"Ya sudah, ayo pulang!"
Di rumah. Aku menyuruh Meera melanjutkan tidur siangnya, aku membersihkan rumah dan memasak untuk makan malam nanti
Pukul 22.45 di ruang kerja.
"Ini sudah malam mas, lebih baik istirahat."
"Maaf gagal nonton."
"Tidak apa, bisa lain waktu."
Kami menuju kamar bersama-sama, sampai di depan pintu kamar masing-masing
"Selamat malam gadis, aku janji selesai ini kita liburan."
"Selamat malam juga tuan muda, istirahat yang baik, aku menunggu waktu liburmu." beginilah hari-hari yang kami lalu selama satu bulan ini, hangat dan manis.