Aku terbangun saat merasakan sebuah sentuhan lembut di pipiku. Saat membuka mata, terlihat pria tampan yang sekarang sudah menjadi suamiku tengah duduk di pinggiran ranjang sambil mengusap pipiku lembut.
"Meera bangun sudah subuh."
"Aku sedang tidak sholat."
"Ya sudah kalau begitu kau lanjutkan istirahatmu, nanti ku bangunkan lagi." aku mengangguk, Adrian sudah siap untuk menunaikan kewajibannya, aku tidak melanjutkan tidurku. Aku mengambil foto Adrian yang sedang sholat, dan mengirimnya di grup chat yang isinya manusia-manusia rese.
Send pict.
Lagi nemenin suamik sholat.
Caca: Udah pecah telor?
Tya: Gimana malam pertamanya, lancar kah?
Marko: 'adik' suami lo gede ga?
Taik lo semua.
Tya: eeaaa pengantin baru malu-malu nich.
Marko: pasti 'adik' suami lo kecil ya?
Dasar kalian manusia mesum tidak tau diri, gue sumpain lo semua bakalan kangen selalu sama gue.
Caca: hahaha, udah sana dilayanin suaminya jangan main hape mulu.
Mereka konyol, kadang menyebalkan, aku akan merindukan kalian. Adrian sudah selesai sholat, sekarang ia ikut berbaring dengan ku. Aku mengubah posisiku menyamping menghadap Adrian.
"Dri, ehm maksudku mas. Semalam kau bilang ada yang ingin dibicarakan, apa?" Dia juga mengubah posisinya.
"Kau bisa memanggilku seperti biasanya Meera."
"Aku tidak enak, kau kan suami ku. Kalau sampai ibu tau, bisa habis aku kena marah." dia tertawa "itu tidak lucu Drian, ehh maksudku mas."
"Baiklah kalau begitu, istriku, dengarkan baik-baik perkataan suamimu ini. Kita memang sudah menikah, tapi bukan berarti kita terikat."
"Maksudnya?"
"Aku memberimu kebebasan dalam berteman, nikmati masa mudamu. Kejar apa yang menjadi impianmu dan wujudkan, aku akan selalu mendukungmu. Aku tidak mau kalau sampai kau tertekan dengan status baru ini, aku juga sadar tidak ada cinta diantara kita, jadi sebagai awal, kita cukup menjadi teman. Teman halal, tapi ingat jangan sampai kelewat batas, aku memang memberimu kebebasan tapi bukan berarti kau melupakan tugas dan kewajibanmu, karena bagaimanapun kau tetaplah seorang istri. Kau mengerti 'kan maksudku?" aku diam sejenak, mencoba mencerna dan memahami setiap kalimatnya. "Aku mengerti mas, jadi kemana kita akan pindah?"
"Pindah?"
"Iya pindah, kau lupa? kau sendiri yang bilang waktu itu kalau setelah menikah nanti, kita tidak akan tinggal di sini."
"Aku ingat, sekarang kita istirahat saja, kau boleh memelukku kalau kau mau 'teman'" dia mengatakannya dengan ekspresi santai, dasar teman mesum.
"Dasar mesum, tidur di sofa." tanpa aba-aba, langsung ku dorong dan ku lempar wajahnya dengan bantal.
**********
Adrian
"Aku mengerti mas, jadi kemana kita akan pindah?"
"Pindah?"
"Iya pindah, kau lupa? kau sendiri yang bilang waktu itu kalau setelah menikah nanti kita tidak akan tinggal di sini." oh iya, hampir saja aku lupa, aku sendiri yang memberitahunya, kalau kita kita tidak tinggal disini.
"Aku ingat, sekarang kita istirahat saja, kau boleh memelukku kalau kau mau 'teman'" rasanya menyenangkan menggoda gadis ini, aku yakin dia pasti kesal.
"Dasar mesum, tidur di sofa." buk, tidak hanya mendorongku, dia juga melempari ku dengan bantal.
Aku bangun pukul 9.00, rekor bangun tersiang ku. Aku tidak melihat Meera di tempat tidur, dia pasti sedang mandi, karena terdengar suara air. Tak lama Meera keluar sudah dalam keadaaan rapi. Selesai sarapan yang sudah kesiangan kami cek out, dan langsung pulang ke rumah Papa. Ayah, ibu pasti masih di rumah papa. Hari ini juga kami langsung pindah ke Jakarta, karena papa memintaku untuk mengurus perusahaan pusat, aku memilih memboyong Meera daripada harus hubungan jarak jauh.