Enam bulan sepuluh hari lima jam dua puluh tiga menit tujuh belas detik Meera mengabaikan ku, semua pesan ku tidak ada satupun yang di balas. Telpon pun sama, tak ada yang di jawab. Kau sudah jarang ke Bandung, dan aku tidak bisa menemui mu, Adrian juga terus saja menempel padamu. Kepalaku rasanya sakit sekali memikirkannya. Aku mulai mengonsumsi obat penenang sejak kau mengabaikan ku Meera, aku sangat mencintaimu, sangat merindukan mu. Tanpa sadar bulir air mata mengalir di pipi ku.
Drrrrt Pesan masuk
From:Mama
Mama tunggu di restoran Amidza sekarang.
To:Mama
Aku sibuk Mah.
From:Mama
Sebentar saja.
To:Mama
Aku kesana sekarang.
14.15 aku sampai di restoran Amidza, ku lihat Mama duduk sendirian. Mama sibuk dengan ponsel sampai aku duduk di hadapannya, dia menyimpan ponselnya dan mulai menanyaiku tentang pekerjaan. Makanan datang, Mama memesan banyak menu, itu artinya kita tidak akan makan berdua saja. Dan benar, Papa datang tapi tidak sendirian. Mba Ratu, mas Reza dan si cantik Rossa juga datang.
"Halo keponakan Om yang cantik, apa kabar?" Aku memainkan tangan mungil Rossa.
"Kabar baik Om, om Raja apa kabar?" Jawab mba Ratu dengan suara yang dibuat-buat.
"Mba Ratu, mas Reza apa kabar?"
"Kami baik Ja." jawab mas Reza singkat.
Aku hendak makan tapi Mama melarang, Mama bilang masih ada yang belum datang. Siapa yang belum datang? Semuanya sudah lengkap. Keluarga om Wahyu datang, sudah di pastikan acara makan ini tidak akan sebentar. Semua mulai makan kecuali aku, nafsu makan ku berkurang sejak Meera mengabaikan ku. Aku rindu makan bersama mu Meera, aku memijit pangkal hidung ku, kepala ku kembali sakit.
"Kau kenapa Ja?"
"Tidak apa-apa Mah, aku ke toilet dulu."
Saat menuju toilet, aku melihat wanita yang sedang ku rindukan, dia selalu terlihat manis seperti biasanya. Rasa sakit ku seketika hilang, sesak di hati sedikit berkurang. Senyum ku mengembang, aku harus bicara dengannya saat keluar nanti. Tapi ternyata Adrian sudah menunggunya.
Aku kembali bergabung dengan yang lain. Mereka sudah mulai makan sambil mengobrol. Meera tidak suka obrolan di meja makan, tapi dia tetap mendengarkan ku saat aku mulai bicara di sela makan.
******
Aku sudah tidak bisa menunggu lagi, rindu ini sudah tak bisa di bendung lagi. Aku mengambil ponselku hendak menelpon Meera, kalender di ponsel menunjukkan tanggal 28 Desember. Aku tau sekarang Meera di mana. Aku segera meminta Mega mencarikan tiket pesawat ke Bali untuk hari ini, Meera pasti ada di Bali. Tunggu aku Meera, aku akan segera menemui mu. Melepas segala rindu dan sesak yang telah kau ciptakan.
Aku segera pulang dan berkemas, tak lupa hadiah yang sudah ku persiapkan sejak kemarin ku bawa, hari ini Meera ulang tahun. Dia pasti menyukai hadiah ku.
"Mau kemana Ja?" tanya Mama saat aku keluar dengan menyeret koper berukuran sedang.
"Ke Bali." jawabku singkat.
"Tidak mengajak Vita?"
"Untuk apa mengajak Vita, Mah. aku berangkat Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Pukul 15.50 aku sampai di bandara internasional Ngurah Rai, mobil yang ku sewa untuk seminggu sudah datang, aku langsung menuju Pratama Hotel, mereka pasti menginap di sana.
Sesampainya di hotel aku beristirahat sejenak melepas lelah. Waktu menunjukkan pukul 19.07, aku akan berjalan-jalan sekitar hotel sebentar sebelum ke Kuta. Aku sangat berharap bisa bertemu Meera di sini, sangat aneh kalau aku bertanya pada resepsionis di kamar berapa mereka menginap. Aku keluar, pintu kamar sebelah pun terbuka. Itu Adrian dan Meera, aku tak bisa menyembunyikan senyum ku, Dewi keberuntungan berada di pihak ku. Pandangan kami bertemu sesaat, kemudian Meera mengalihkan pandangannya.
"Pak Adrian, bu Meera. Kalian sedang disini? Apa kabar? Lama tidak berjumpa." aku menjabat tangan mereka bergantian.
"Iya, ini kita sedang liburan. Kami baik pak Raja, pak Raja sendiri apa kabar?"
"Kabar saya sempat tidak baik pak Adrian. Sekarang, seperti yang pak Adrian lihat, saya sudah lebih baik."
"Syukurlah kalau begitu, oh iya kita mau ke Kuta, pak Raja mau ikut?"
"Nanti saya menyusul, saya ada keperluan sebentar. Mari."
Aku senang, ternyata kau masih mencintai ku Meera. Tinggal tunggu waktu yang pas, aku akan merebutmu kambali, dan kita akan hidup bahagia selamanya.
******
"Filmnya sudah habis, kau mau kemana dulu?" Kami tiba di Bali sejak pagi tadi, tapi tidak ke mana-mana begitu sampai hotel.
"Aku mau ke pantai." jawab Meera penuh semangat.
"Kita cek restoran dulu ya, terus ke pantai."
"Seperti katamu, aku ganti baju dulu." aku baru ingat tadi ada pesan masuk yang belum ku baca.
From: Resepsionis
Dia datang. Seperti permintaan bapak, dia di sebelah kamar bapak.
Aku sudah menduga Raja tidak akan tinggal diam, aku sudah mengatur semuanya agar Raja bisa bertemu Meera. Aku ingin menguji cinta Meera, apa benar dia sudah mencintai ku atau hanya kasihan padaku.
"Aku sudah siap."
"Ayo." saat kami keluar, Raja sudah lebih dulu keluar dari kamarnya.
"Pya Adrian, bu Meera. Kalian sedang disini? Apa kabar? Lama tidak berjumpa."
"Iya ini kita sedang liburan. Kami baik pak Raja, pak Raja sendiri apa kabar?"
"Kabar saya sempat tidak baik pya Adrian. Sekarang, seperti yang pak Adrian lihat, saya sudah lebih baik."
"Syukurlah kalau begitu, oh iya kita mau ke Kuta, pak Raja mau ikut?"
"Nanti saya menyusul, saya ada keperluan sebentar. Mari." Raja pergi lebih dulu, Meera mendadak jadi pendiam, dia pasti sedang memikirkan Raja.
Setelah mengecek restoran, aku mengajak Meera ke sisi lain pantai, tidak terlalu ramai.Aku sudah menyiapkan makan malam romantis. Lampu hias, musik romantis, dan sederet foto dari foto pernikahan sampai foto yang diambil tadi siang, terpasang rapi di antara lampu hias. Senyum Meera kembali, saat melihat tempat yang sudah aku persiapkan, aku menarik satu kursi agar Meera duduk.
"Duduk sayang, kau suka?"
"Sangat suka mas, kapan kau menyiapkan ini?"
"Itu tidak penting, ayo makan" kami makan dengan tenang. Kurang lebih sepuluh menit makan selesai.
"Mas, foto apa ini, aku tampak konyol," itu foto yang ku ambil saat Meera tengah kesal dengan Lita.
"Foto yang ada dirimu semuanya tampak bagus." lanjutnya. Dia mengambil satu foto, itu foto yang diambil saat kami menari.
"Lihat ini, kita sangat serasi" aku menyuruhnya duduk. Aku melepas sepatu yang tengah di kenakannya, dan mengganti dengan heels. Dia berdiri dan memelukku.
"Terima kasih mas, terima kasih."
"Selamat ulang tahun istriku, semoga kau semakin mencintaiku." dia melepas pelukannya dan menciumku. Ini pertama kalinya dia yang menciumku terlebih dahulu.
Aku membalas ciumannya lembut, ku lihat bayangan Raja di kegelapan, dia mengawasi kami. Aku menarik pinggang Meera dan memperdalam ciumanku. Kau harus sadar Raja, bahwa Meera hanya akan menjadi milikku. Sebesar apapun cinta yang kau miliki untuk Meera, aku tidak akan kalah. Meera istriku, milikku, dan akan selalu begitu.
"I Love You."
"I love you too sayang, kita kembali ke hotel. Sudah malam." Meera mengangguk.
"Gendong"
"Ala pengantin baru?"
"No, di punggung."
"Baiklah sayangku."
Meera mencopot heels dan menyerahkan kepadaku, tasnya pun ia pakaikan padaku. Meera mendudukkan ku dan naik di punggung ku. Sepertinya berat badan Meera bertambah lagi, 'Ingat pesan mama, jangan pernah bicarakan soal berat badan dengan istrimu' aku tersenyum mengingat pesan mama itu.
"Sayang ambilkan kunci di saku kanan."
"Sebentar, dapat."
"Terima kasih, sayang."
"Sama-sama, sayang."
"Pak Adrian, bu Meera." Raja menghampiri kami. Meera turun dari punggung ku.
"Mas, aku ke mobil duluan." Meera mengambil tas dan sepatu yang tadi aku bawa.
"Bu Meera tunggu, tadi saya tidak sengaja melihat kalian merayakan ulang tahun bu Meera, jadi, saya tadi membeli ini. Selamat ulang tahun bu Meera" Meera menatapku, aku mengangguk tanda setuju.
"Terima kasih, saya ke mobil duluan." aku mengangguk
"Pak Adrian, saya permisi."
"Oh iya, terima kasih ya pya Raja. Pak Raja mau kemana lagi habis ini?"
"Saya mungkin mau di sini dulu."
"Mas, ayo ...." Meera memanggil
"Iya sayang, pak Raja saya duluan." Raja mengangguk.
*Di mobil
"Mas, aku mau pulang besok."
"Iya sayang, besok kita pulang."
Aku berjanji akan terus bersamamu Meera, terus membahagiakanmu sampai kau benar-benar lupa bahwa kau pernah bahagia bersama yang lain.