Enam puluh sembilan

Usia kehamilan Meera memasuki bulan ke tujuh, ada keanehan yang Meera rasakan. Ia merasa bayinya ini tak seaktif si kembar dulu. Tadinya mau ia ceritakan pada suaminya, tapi tidak jadi, mungkin bayinya ini memang sedang malas untuk bermain, begitu pikir Meera. Hari sudah hampir tengah malam tapi suaminya belum juga pulang, pesan Meera juga tidak dibalas. Kemana tuan muda ini, berani sekali tidak membalas pesan ku, gerutu Meera dalam hati. Meera ke ruang tamu, menunggu Adrian di sana, biar bisa langsung mengomeli suaminya begitu datang nanti.

Kumandang adzan subuh membangunkan wanita hamil itu dari tidur nyenyak nya. Ketika membuka mata, samar samar terlihat Farhat sedang mengusap-usap pipinya. Beberapa kali mengerjap kan mata, kini pandangan Meera sudah jelas, yang di depannya memang si sulung, Meera tersenyum.

"Mama, ayo bangun. Kita sholat Subuh berjamaah. Papa sama Hana sudah di kamar sholat."

"Iya, Bang. Mama ambil wudhu dulu, Abang duluan, nanti Mama nyusul."