Beberapa hari ini pikiran Venus entah kemana, bawaannya emosi terus. Apalagi hari ini, semua kena marah dan jadi serba salah. Ranti sampai heran dan pusing melihatnya. Pegawai yang dipanggil jadi takut sebelum masuk keruangan Venus.
" Bu!" panggil Ranti hati-hati. Venus sedang serius menatap laptopnya. Ranti masuk ke dalam dan duduk di kursi tamu.
" Bu! Kita ada meeting jam 11 dengan Pak Untung di Excelso, makan siang dengan Bu Susan jam 12 di Resto Victory dan menghadiri pameran di Galery Monet jam 2," kata Ranti.
" Ok!" jawab Venus. Ranti kemudian berdiri dan berjalan keluar, tiba-tiba.
" Apa!?" teriak Venus. Ranti sampai terkejut mendengar teriakan Venus yang menyebabkan agenda yang dibawanya terjatuh.
" Cancel yang makan siang! ,Saya ada janji yang lebih...penting!" kata Venus. Apa memang lebih penting bertemu denganmu? batin Venus.
" Tapi Ibu sangat menantikan pertemuan dengan bu susan!" kata Ranti.
" Jadwalkan ulang!" kata Venus.
" Akan susah lagi, Bu!" jawab Ranti. Venus hanya diam saja, akhirnya Ranti pergi meninggalkan Venus tanpa jawaban darinya. Jam 10 Venus meninggalkan kantor bersama Ranti untuk mememui Pak Untung. Karena jaraknya yang lumayan jauh, mereka pergi agak awal. Saat meeting berlangsung, Venus selalu melihat jam tangannya. Semakin mendekati jam 11, semakin kencang detak jantungnya.
" Apa Bu Venus ada meeting lain?" tanya Pak Untung.
" Iya, Pak! Maaf, biar sekretaris saya yang menghandle semua, saya harus pergi!" kata Venus sekenanya. Ranti yang tidak pernah diberitahu hanya bisa bengong melihat tingkah Bosnya itu. Venus segera masuk ke mobilnya yang terparkir dekat pintu masuk. Ponselnya berbunyi, nama Greg tertera di layar Hp.
"Hallo! Ya greg! ...Apa? ...Tapi kenapa? ...Iya! Shareloc! ...
Sialan! Kenapa pake pulang segala, sih! Bari juga kemarin! batin Venus. Venus membuka WAnya dan membuka pesan dari Greg. Diikutinya Maps yang dishare oleh Greg. Setelah beberapa lama, dia sampai di sebuah rumah dengan gaya minimalis dan Greg telah menunggunya di depan pagar. Venus menghembuskan nafasnya, diaturnya detak jantungnya hingga terasa normal, lalu keluar dari mobil dan menuju rumah itu.
" Hai!" sapa Greg. Venus tersenyum.
" Apa nggak ada orang?" tanya Venus.
" Hanya John, orang kepercayaannya," kata Greg.
" Greg! Anda nggak usah menyebut nama saya saat bertemu saudara anda," pesan Venus.
" Why?" tanya Greg heran.
" Saya kan orang luar! Saya hanya penasaran saja sama saudara anda, " jawab Venus gugup. Greg sebenarnya nggak ambil perduli dengan hal itu, tapi dia heran saja dengan permintaan Venus .
" Terus saya harus memanggil anda siapa?" tanya Greg lagi.
" Panggil saja saya Lea! Itu nama kecil saya!' jelas Venus. Dia tahu Greg heran dengan permintaannya, tapi dia berharap Greg tidak mempermasalahkannya.
" Ok!" kata Greg. Kami melangkah masuk ke dalam rumah. Rumah yang indah dengan dekorasi yang cantik, batin Venus memgagumi isi rumah Calleb.Sialan! Kenapa semakin dekat jantungku semakin cepat? batin Venus. Greg membuka pintu kamar.
" Pak Greg!" ucap seseorang dari dalam kamar.
" Halo, John! Gimana bro?" tanya Greg.
" Apa itu lo Greg?" tanya dia. Suara itu, suara yang sama seperti saat pertemuan kembali kita beberapa hari yang lalu.
" Come in!" ajak Greg pada Venus. Venus masuk dengan jantung berdebar, apa dia sudah bisa melihat? batin Venus. Tapi kata Greg tadi operasinya gagal, batin Venus lagi. Venus masuk ke dalam dan diilihatnya John berdiri di samping Calleb. Sedangkan dia...duduk di kursi. Dia yang pernah aku cintai, yang pernah membuatku...ah! Untuk apa sebenarnya aku disini? Apa yang aku cari? batin Venus.
" Apa mata lo sudah baik?" tanya Greg. Venus melihat reaksi Calleb.
" Mungkin gue kena karma!" jawab Calleb pelan.
" Apa ada orang lain bersama kita?" tanya Calleb, seakan tahu kehadiran Venus disana.
" Iya! Kebetulan tadi ada meeting sama klien, sekalian gue ajak kesini,!" ucap Greg.
" Masih kencan sama klien?" tanya Calleb.
" Lo bisa aja! Becandaan lo gk enak, bro!" jawab Greg malu karena ada Venus.
" Kenalin ini Lea! Lea ini Calleb, sepupu saya!" kenal Greg. Calleb menatap Venus, seakan bisa melihat wajah Venus. Venus jadi salah tingkah melihat sikap Calleb. Kemudian tangan Calleb diulurkan ke depan dan disambut oleh Venus.
" Calleb!" ucap Calleb.
" Lea!" ucap Venus pelan, suaranya dibuat sedemikian rupa agar Calleb tidak tahu.
" Silahkan duduk!" tawar Calleb. Masih saja sama nada dan cara bicaranya. Venus duduk didepan Calleb.
" Sudah menikah?" tanya Calleb.
" Sudah!" jawab Venus. Venus sedikit heran melihat perubahan pada raut wajah Calleb, seakan dia kecewa saat Venus bilang sudah menikah. Apa dia tahu kalau ini aku? Nggak! Dia buta, nggak mungkin dia tahu, batin Venus.
" Anak?" tanya Calleb lagi.
" Dua!" jawab Venus. Venus memperhatikan lagi raut wajah Calleb, kerutan di keningnya berubah dan tangannya mengepal dengan erat, sehingga menjadi merah.
" Greg! Gue butuh asisten!" ucap Calleb.
" Pria ...wanita...?" tanya Greg.
" Wanita!" jawab Calleb.
" Single? Iya dong! Meski lo, sorry! Buta! Tapi gue jamin pasti banyak wanita yang mau lo ajak ONS!" ucap Greg sembarang. Venus terlihat marah saat Greg memngatakan hal itu.
" Sorry Lea! Bukan bermaksud merendahkan wanita! Tapi kalo lo belum nikah, apa lo nggak mau sama pria setampan dan seseksi dia?" tanya Greg. Venus merasa tubuhnya konslet mendengar Greg menyebut kata seksi. Sialan! Kenapa dengan tubuh gue? batin Venus.
" Nggak!" jawab Venus.
" Karena dia buta? Tapi gue yakin yang dia punya nggak buta," ucap Greg sukses membuat jantung Venus berdebar kencang.
" Cukup!" kata Calleb.
" Apa Viola tidak akan cemburu?" tanya Greg. Venus merasa ucapan Greg seperti tombak yang menusuk tepat ke jantungnya.
" Gue single!" kata Calleb, membuat Venus menatap Calleb tidak percaya.
" Lo cerai sama Viola?" tanya Greg.
" Sudahlah!" jawab Calleb.
" Wah, parah lo! Tahu gitu gue ajak lo ke club!" kata Greg marah. Venus tertegun mendengar ucapan Calleb tadi, nggak mungkin mereka pisah! Mereka sangat saling mencintai! batin Venus. Tiba-tiba ponsel Greg berbunyi.
" Hallo! ...Ya? ...Now? ...Ok! ...
" Lea, sorry! Saya harus pergi dulu, ada yang penting! Nanti saya kesini lagi!" Venus tidak mendengar ucapan Greg, dia hanya memandangi Calleb yang sedang menikmati kopinya. Greg meninggalkan mereka diantar John. Kemudian Calleb mengambil tongkatnya dan berdiri, dia berjalan ke kamarnya. Venus hanya menatap punggungnya saja.