Sementara dilain waktu, bertepatan hari minggu, Dinda mengajak Kiara untuk pergi ke sebuah mall dan seperti biasa Kiara selalu minta ijin kepada suaminya dan Revan pun mengijinkannya karna istrinya pergi bersama sahabatnya , Dinda dengan diantar oleh Frans sopir kepercayaan Revan
saat berada di dalam mall, seperti biasa namanya juga perempuan yang namanya lapar mata itu pasti, dan setiap gerai pasti mereka masuki tanpa ada satu pun yang terlewatkan, sampai akhirnya tiba waktunya makan siang dan mereka berdua pun menuju kesalah satu food court dan mulai menikmati beberapa makanan yang ada disana
setelah selesai dengan makan siangnya keduanya pun melanjutkan untuk menuju kesebuah toko buku, karna Dinda merasa ada sebuah novel baru yang harus ia miliki
"Ki....kita masuk ketoko buku dulu ya ! kayaknya ada novel baru yang harus aku beli deh !" ajak Dinda sambil menarik tangan Kiara, dan Kiara pun hanya bisa menuruti ajakan sahabatnya itu
sementara saat Dinda sedang asyik melihat lihat beberapa novel yang akan ia beli, tiba tiba Kiara memegang tangan Dinda dengan erat yang membuat Dinda spontan menoleh ke arah Kiara
"Ki....kamu kenapa ?, kamu gak apa apa kan ?" tanya Dinda yang mulai cemas karna melihat wajah sahabatnya mulai pucat dan tiba tiba Kiara menyandarkan tubuhnya pada Dinda
dan disaat Dinda dalam kepanikannya, beberapa orang yang melihatnya datang membantu dengan membopong Kiara menuju ke mobil Revan yang didalamnya ada Frans sopir Revan yang sedang menunggunya
"nyonya muda Kiara kenapa non Dinda ?" tanya Frans yang tak kalah paniknya saat melihat Kiara dibopong dan dibawa masuk kedalam mobil dalam keadaan tak sadarkan diri
"saya sendiri gak tau pak, lebih baik sekarang kita bawa aja Kiara ke rumah sakit !" ajak Dinda dan dibalas anggukan oleh Frans dan segera menyalakan mesin mobil
"makasih ya pak, atas bantuannya !" ucap Dinda pada beberapa orang yang telah membantu membopong Kiara ke mobil, sebelum Dinda dan Frans pergi membawa Kiara menuju ke rumah sakit
"Kia, kamu jangan bikin aku panik dong !, kak Revan bisa marah besar ke aku, kalo sampai terjadi apa apa sama kamu" ucapan Dinda ditengah tengah isak tangisnya sambil membelai rambut dan mengelus elus pipi Kiara yang tak sadarkan diri di pangkuannya
"ayo pak ! buruan dong bawa mobilnya nya !" seru Dinda
"i...iya non, ini juga saya sudah berusaha cepat bawa mobilnya" balas Frans dengan kepanikannya pula
dan tak berapa lama kemudian Kiara pun sampai juga diruma sakit dan langsung ditangani oleh dokter IGD, sedangkan Frans dan Dinda menunggunya didepan pintu ruang IGD, tak lupa Dinda segera menelpon Revan dan memberitahukan keadaan yang sedang terjadi
akhirnya setelah mendapat kabar dari Dinda, Revan pun segera berangkat menuju rumah sakit dengan ditemani sahabatnya Anton, yang kebetulan hari itu sedang main ke rumah Revan, nampak wajah Revan tak karuan penuh kecemasan mendengar apa yang terjadi pada istrinya, sedangkan dengan tetap fokus menyetir, Anton merasa ngeri dan takut melihat wajah sahabatnya yang begitu tegang dan dingin
"bisa gak sih, loe bawa mobilnya cepetan dikit !!!!" gertak Revan penuh penekanan
"biar gue aja sini, yang bawa mobilnya" ucapan Revan membuat Anton hanya bisa menelan ludah, dengan hanya menoleh memandang ekspresi sahbatnya yang terlihat semakin panik, tapi Anton tak menghiraukan ucapan Revan, ia tetap fokus menyetir karna ia berpikir gak mungkin kalo Revan yang mengemudikan mobilnya dengan keadaan seperti ini, bisa bisa mereka berdua yang bakalan ikut masuk rumah sakit
setelah mereka berdua sampai di halaman rumah sakit, Revan segera keluar dari mobil tanpa menghiraukan sahabatnya, ia segera berjalan menuju keruang IGD, dan ia pun melihat Dinda dan Frans yang sedang berada disana, menunggu dengan keadaan cemas
"kak Revan !" ucap Dinda saat Revan datang menghampirinya dengan isak tangis yang keluar dari mulutnya, sedangkan Frans hanya tertunduk penuh ketakutan saat melihat ekspresi majikannya
"apa yang sebenarnya terjadi ?, dan bagaimana keadaan Kiara ?" tanya Revan dengan nada datar nya namun penuh kekhawatiran
kemudian Dinda pun menceritakan semua yang terjadi pada Revan dengan sedikit merasa takut, karna melihat ekspresi wajah Revan yang begitu menakutkan
"kamu juga Frans, kenapa kamu tidak bisa menjaga istriku.....hah !!!" bentak Revan penuh emosi yang hampir saja menampar Frans, namun dicegah Anton yang ada disampingnya
"sudahlah Van, yang terpenting sekarang adalah, kita pikirkan bagaiman keadaan Kiara !" Anton menasehati sahabatnya itu sambil mengelus punggung Revan, dan Revan pun menurut dengan ucapan sahabatnya itu, memang benar sekarang bukan waktunya emosi, yang terpenting adalah keadaan Kiara, pikirnya
dan tak berapa lama kemudian, salah satu dokter keluar dari ruangan IGD, dan menghampiri Revan serta yang lainnya
"maaf, siapa suami dari pasien tersebut ya ?" tanya dokter itu
"saya suaminya dok !, bagaimana keadaan istri saya dok ?" tanya Revan sambil menatap dokter tersebut dengan penuh kecemasan, sedangkan Anton berusaha menenangkan Dinda yang masih terisak dengan merangkul nya dari samping, tanpa asa penolakan dari Dinda
"anda tenang saja, tak perlu khawatir, semua ini wajar akan dialami oleh beberapa wanita diawal awal kehamilannya" jawab dokter itu sambil tersenyum ramah
"maksud dokter, istri saya sedang hamil ?" tanya Revan seakan tak percaya mendengar ucapan dokter tersebut
"iya....pak !, untuk saat ini di usia kandungannya yang masih terlalu muda, jangan buat dia terlalu capek dan stres itu semua bisa mempengaruhi terhadap janinnya" jelas dokter tersebut
sedangkan Dinda yang mendengar bahwa sahabatnya ternyata sedang hamil, tanpa sengaja dirinya spontan memeluk Anton, dan begitu juga dengan Frans yang merasa lega, karna ia merasa terbebas dari amukan majikannya
"apa sekarang saya bisa menemui istri saya dok ?" tanya Revan dengan matanya yang berbinar binar
"iya pak !, sekarang juga istri anda sudah bisa dibawa pulang" jawab dokter tersebut
"terima kasih, dok !" ucap Revan sambil menyalami dokter tersebut dan langsung masuk keruangan IGD, dengan wajah penuh kebahagiaan tanpa menghiraukan kedua sahabatnya
"kalo begitu saya permisi dulu ya !" pamit dokter tersebut sambil menyalami Dinda dan Anton
"iya, sekali lagi terima kasih ya dok !" ucap Dinda dan Anton, dan dibalas senyuman kleh dokter tersebut yang kemudian pergi meninggalkan mereka semua
"saya juga permisi, keluar dulu ya !" pamit Frans juga kepada Dinda dan Anton
sementara didalam ruang IGD, Kiara yang melihat kedatangan suaminya membalasnya dengan senyuman, yang keluar dari bibirnya yang masih terlihat pucat
"kak !, kenapa aku bisa ada disini ?, dan kenapa semuanya juga ada disini ?" tanya Kiara yang masih bingung karna ia sendiri baru tersadar dari pingsannya dan tiba tiba sudah ada di dalam ruang IGD
Revan yang terlalu bahagianya tanpa menghiraukan pertanyaan Kiara, ia pun langsung memeluk istrinya dengan penuh kehati hatian karna takut menyakiti janin yang ada di perut Kiara
"ada apa kak ?" tanya Kiara tak mengerti dengan sikap Revan yang tiba tiba memeluk dirinya
"aku tidak apa apa sayang" jawab Revan sambil melepaskan pelukannya
"kenapa kak Revan menangis ?, apa yang terjadi kak ?" Kiara pun semakin bingung melihat suaminya meneteskan air mata, sambil melontarkan pertanyaan, Kiara pun dengan lembut mengusap air mata Revan yang menetes di pipi suaminya
"makasih ya sayang !" jawab Revan sambil mengecup kening Kiara
"makasih untuk apa kak ?" Kiara semakin tak mengerti dengan ucapan suaminya
"makasih.....karna didalam perut kamu ini, sudah tumbuh benih cinta kasih kita berdua" ucap Revan sambil mengelus lembut perut Kiara
"apa maksud kak Revan ?" tanya Kiara lagi
"kamu sedang hamil Ki !" jawab Dinda sambil tersenyum lembut kearah sahabatnya itu
"apa benar kak ?, apa yang dikatakan Dinda ?" tanya Kiara yang menginginkan penjelasan sambil memandang Revan penuh harap
"iya sayang, kamu sekarang sedang hamil !" jawab Revan lembut
tanpa mengucapkan sepatah katapun Kiara langsung memeluk tubuh suaminya dengan penuh rasa bahagia, sambil tanpa disadarinya air matanya pun jatuh menetes di pipinya