Perempuan licik

Saat malam semakin larut dan acaranya pun hampir usai, saatnya Dinda berpamitan kepada kedua orang tua Revan untuk pulang kerumahnya, begitu juga dengan Anton, karna berhubung Dinda datang ke rumah papa Revan diantar oleh kak Satria, maka dengan senang hati si Anton bersedia untuk mengantarkan Dinda, pujaan hatinya pulang kerumahnya

"kalian tidak menginap saja disini ?, lagian hari juga sudah larut malam ?" tanya mama Revan pada Kiara dan Revan, saat keduanya pun berpamitan kepada orang tua Revan

"tidak ma...kami berdua pulang ke rumah kami saja, lagian aku juga tidak bawa baju ganti buat ngantor besok pagi" jawab Revan sambil mencium telapak tangan kedua orang tuanya, begitu juga dengan Kiara

tak lama saat dalam perjalanan pulang kerumahnya, karna merasa sangat kecapekan, akhirnya Kiara tertidur pulas selama dalam perjalanan

"sayang...! ayok bangun !, kita sudah sampai nih !" ucap Revan lembut sambil membelai pipi Kiara yang tertidur pulas dijok depan disamping kirinya

"hheeemmmm...." Kiara tak memberikan respon apapun, ia hanya menggeliatkan tubuhnya sedikit tetapi kedua matanya masih terpejam dengan rapatnya, Revan yang melihat tingkah istrinya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, kemudian ia pun segera keluar dari mobilnya dan segera menggendong tubuh istrinya dan membawanya masuk kedalam rumah, saat tiba didalam kamar, Revan langsung merebahkan tubuh istrinya diatas tempat tidur, sementara Kiara masih terlelap dalam tidurnya, setelah itu Revan langsung melepas semua atribut ditubuh Kiara termasuk baju pestanya dan menggantikannya dengan baju tidur

"sayang....!!, kamu capek banget ya.....sampai sampai kamu tak merasa kalo aku sudah menggantikan pakaian kamu" bisik Revan sambil mengelus pipi Kiara lalu dengan lembut ia mencium kening istrinya

- - - - - -

keesokan harinya dengan sengaja Revan dan Anton nongkrong di cafe dekat kantor Revan untuk makan siang, saat keduanya asyik ngobrol tiba tiba muncul seorang perempuan dihadapan mereka

"haiii....., tak disangka kita ketemu lagi disini, ya !" sapa perempuan tersebut

Revan pun menoleh ke arah datangnya suara tersebut, setelah melihat siapa yang sudah menyapa nya, pandangannya berubah menjadi sinis dan dingin

"kamu sengaja ya Karin, mengikuti kami berdua ?!" seru Anton dengan cueknya

"ini kan cafe, jadi siapa saja berhak dong datang kemari" jawab Karin dengan santainya sambil melempar sedikit senyuman

"iiihhhh....dasar perempuan munafik" ucapan Anton penuh emosi, karna Anton pun punya perasaan yang sama dengan Revan, begitu membenci Karin atas semua yang sudah dilakukannya terhadap sahabatnya

"apa kamu bilang !" Karin pun menanggapi ucapan Anton dengan penuh emosi

"sudah... sudah !!!, ayok Anton kita pergi aja dari sini, selera makan ku sudah hilang sejak melihat perempuan yang tidak punya harga diri ini !" ucap Revan sambil berdiri dari tempat duduknya dan diikuti oleh Anton untuk meninggalkan tempat itu

"Revan aku mohon maafkan aku !!, aku masih mencintaimu, jadi aku mohon beri aku kesempatan lagi, dan aku tidak akan pernah menghianatimu lagi" Karin pun tiba tiba menahan pergelangan tangan Revan dan memohon agar Revan mau menerimanya kembali sebagai kekasihnya, tapi karena perasaan Revan sudah dipenuhi emosi atas perbuatan Karin terhadapnya, Revan pun segera menghempaskan tangan Karin dengan kasarnya, Anton yang melihat sikap sahabatnya itu merasa puas dan senang

"dasar.....perempuan gak punya harga diri dan gak punya malu !!, setelah apa yang kamu lakukan terhadapku, kamu ingin aku memaafkan dan menerimamu kembali ?, jangan harap...!!!!, dan aku pun benar benar menyesal pernah mencintai perempuan seperti dirimu" Revan pun segera meninggalkan tempat itu dengan penuh emosi, sedangkan Anton hanya tersenyum sinis sambil mengikuti sahabatnya itu

air mata Karin pun tak dapat dibendung, dengan kepergian Revan dari hadapannya, Karin langsung tertunduk lemas diatas kursi, sambil terus menangis, dan tanpa sadar ternyata dari tadi ada sepasang mata yang memperhatikannya, dan ia pun langsung menghampiri Karin saat Revan dan Anton meninggalkannya

"maaf permisi.... boleh saya duduk disini ?" tanya perempuan yang menghampirinya, tapi karna Kiara masih sibuk dengan tangisannya jadinya ia sama sekali tak menghiraukan kata kata perempuan tersebut

"aku tahu apa yang kamu rasakan saat ini" ucap perempuan tersebut yang membuat Karin langsung mendongakkan kepalanya dan melihat perempuan tersebut yang sudah duduk dihadapannya

"siapa anda ? dan apa maksud anda ngomong seperti itu ?" tanya Karin

"perkenalkan aku Sisca" jawabnya sambil mengulurkan tangannya kepada Karin

"aku Karin" balas Karin sambil membalas uluran tangan Sisca

"kalo kamu mau, aku bisa membantumu membalaskan semua sakit hatimu pada lelaki tersebut" ucap Sisca dengan senyum sinisnya

"maksud kamu ?" kembali Karin bertanya dengan kebingungannya

"aku tau kamu begitu mencintainya dan tentunya kamu juga tau kalo ia sudah menikah"

"iya aku tau, tapi aku gak peduli meskipun ia sudah menikah, aku pun rela jika harus menjadi simpanannya" balas Karin dengan penuh penegasan

"dasar perempuan bodoh"

"apa maksud kamu mengataiku seperti itu haahhh !!!" emosi Karin pun meluap mendengar Sisca mangatakan kalo dirinya adalah perempuan bodoh

"apa kamu tidak tau, kalo lelaki itu begitu sangat mencintai istrinya dan ia rela melakukan apapun demi kebahagiaan istrinya" jelas Sisca dengan memancarkan kebenciannya kepada Revan

"lantas kenapa kamu ingin sekali membantuku ?" tanya Karin lagi yang masih belum tau dengan maksud Sisca

"asal kamu tahu ya, aku begitu membenci istrinya karna ia sudah mempermalukanku didepan orang banyak" ucapan Sisca dengan luapan emosinya, sambil mengingat semua kejadian yang ia terima tempo hari, sedangkan Karin mencoba mendengar semua penjelasan Sisca dengan senyum senyum, dan dalam pikirannya pun terbersit rencana licik yang bakal ia rencanakan dengan Sisca

"sekarang aku paham kenapa kamu begitu antusias membantu ku membalaskan semua perlakuan Revan terhadapku" ucap Karin sambil mengangguk anggukkan kepalanya

"baiklah, kalo begitu kita bisa atur rencana kita, dan kita tunggu waktu yang tepat untuk melancarkan aksi kita" balas Sisca penuh semangat dan dibalas senyum licik oleh Karin