Emosi Revan

Sementara, di rumah .....

nampak Revan begitu sangat marah, saat mendapati sebuah kiriman pesan masuk di ponsel nya, nampak beberapa foto foto Kiara istrinya yang sedang tidur dengan lelaki lain di sebuah kamar hotel

terlihat wajah Revan merah padam,.menahan amarahnya, ia pun melampiaskan kemarahan nya pada beberapa benda yang berada di rumahnya, sementara itu bi Jum yang melihat semua itu, nampak begitu ketakutan saat melihat tuan mudanya mengamuk tak karuan seperti orang yang sedang kesetanan, bi Jum pun tak tahu apa yang sudah terjadi dengan majikan nya itu

beberapa lama kemudian, nampak mobil Anton tiba di halaman rumah Revan, dan dihalaman tersebut nampak Frans sopir pribadi Revan, sedang berdiri di dekat mobil Revan

kemudian Kiara turun dari dalam mobil Anton, disusul oleh Dinda dan Anton

"Non Kiara dari mana saja, Non ?, tuan Revan bingung mencari non Kiara" tanya Frans dengan penuh cemas saat Kiara mulai mendekati Frans

tanpa jawaban dari Kiara, tiba tiba Anton langsung melontarkan pertanyaan "pak Frans, sebenarnya apa yang sudah terjadi sama Revan ?" Anton bertanya seperti itu karna melihat wajah Frans yang nampak ketakutan, tapi sebelum Frans menjawab nya, Kiara langsung melangkah menuju teras rumah

"aku harus ketemu kak Revan" ucapan Kiara sambil dibarengi Kiara melangkah masuk ke dalam rumah, sedangkan Dinda dan Anton hanya berdiri saling ber pandangan merasa heran dengan sikap Kiara

saat Kiara sudah masuk kedalam Rumah, ia begitu terkejut melihat beberapa barang yang ada di rumah itu nampak berantakan tak karuan, kemudian Kiara pun langsung menghampiri bi Jum yang berdiri di ruang tengah dan nampak ketakutan

"bi, kak Revan di mana ya ?" tanya Kiara dengan nada penuh kecemasan

"non Kiara, tuan muda ada di dalam kamar, tuan muda langsung marah marah saat memasuki rumah, non !, bibi takut dan bingung gak tau apa yang sudah terjadi non !" jawab bi Jum dengan nada gemetaran

"iya bi,,,,!, bibi tenang aja ya !" ucap Kiara sambil memeluk bi Jum

sedangkan dalam hati nya Kiara bergumam "apa mungkin kak Revan sudah tahu semua yang terjadi pada ku ?!"

"Kiara masuk ke kamar dulu ya bi !" pamit Kiara dan dibalas anggukan oleh bi Jum, kemudian Kiara pun melangkah ke lantai atas menuju ke kamar nya, tapi sebelum ia memberanikan diri membuka pintu kamarnya, terlebih dahulu ia berhenti dan menarik napas panjang yang sampai akhirnya ia memegang gagang pintu kamar, dan membukanya secara perlahan

alangkah terkejutnya, saat Kiara melihat keadaan di dalam kamar tersebut, nampak beberapa barang yang ada di kamar itu semuanya berantakan sama halnya seperti keadaan di ruang tamu, begitu juga dengan foto foto pernikahan nya dengan Revan nampak berserakan di lantai kamar nya, seketika itu pun air matanya menetes dengan deras di pipinya, dengan langkah ragu dan penuh ketakutan ia mendekati Revan yang duduk meringkuk di samping tempat tidur nya

"kak, kak Revan !" panggil Kiara dengan nada parau karna tangisan nya dan dengan penuh gemetar ia pun memberanikan menyentuh pundak suaminya

"kak Revan !' panggil Kiara lagi, tapi tanpa jawaban apa pun , Revan langsung menepis tangan Kiara dengan kerasnya, dan sontak membutt Kiara sangat kaget

sambil berdiri, Revan lantas menatap Kiara dengan matanya yang basah karna air mata, tapi pandangan itu begitu dingin penuh amarah dan kebencian, tanpa berpikir apapun, Revan langsung menggenggam pergelangan tangan istri nya itu dan menarik nya keluar dari kamar, tanpa memikirkan keadaan Kiara yang sedang mengandung anak nya, sementara Kiara hanya di pasrah ditarik secara kasar oleh suami nya, karna ia tau apa kesalahan nya

sementara bi Jum yang melihat perlakuan kasar majikannya terhadap istrinya, hanya diam dan merasa kasihan melihat ke arah Kiara, bi Jum sendiri hanya bergumam dalan hati, kenapa tuan mudanya tega melakukan hal itu terhadap istrinya, padahal selama ini tuan mudanya sangat menyayangi istrinya, jangan kan memukul, membentak pun tak pernah dilakukan nya

"kak Revan !, aku tau apa yang membuat kak Revan marah sama aku" ucap Kiara masih dengan isak tangis nya, tapi Revan tak memperdulikan hal itu, ia masih terus menarik tarik tangan Kiara dan menyeretnya sampai di teras rumah nya, Revan baru melepaskan tangan Kiara dengan kasar nya saat sampai di teras depan rumahnya

Anton, Dinda dan pak Frans heran dan tak percaya dengan apa yang ia lihat, sikap.Revan begitu kasar kepada Kiara

"pergi....!!!!" kata kata itu tiba tiba keluar dari mulut Revan dengan nada yang penuh amarah, tanpa sedikit pun ia menoleh ke arah istrinya

"kak Revan, dengarkan dulu penjelasan aku kak !, itu semua tidak seperti apa yang kak Revan lihat" pinta Kiara masih dengan isak tangisnya sambil memegang pergelangan tangan suaminya, tapi lagi lagi Revan menghempaskan pegangan tangan Kiara

kembali lagi sikap Revan membuat Anton, Dinda dan pak Frans semakin bingung apa yg sudah terjadi, tapi ketiganya sadar dengan melihat wajah Revan yang memerah penuh amarah, berarti sudah terjadi masalah besar yang dialaminya

"kak !, dengarkan penjelasan ku du..." ucapan Kiara sempat terhenti

"sudah cukup !, tak usah kamu cari cari alasan, kamu tak ada bedanya dengan orang orang yang pernah menjadi masa lalu aku" potong Revan dengan kasar nya sambil menatap tajam ke arah Kiara, nampak jelas diraut muka Revan penuh kebencian terhadap istrinya

sontak kata kata Revan itu membuat hati Kiara terasa bagai kan teriris iris, air matanya pun semakin deras mengalir di pipinya

begitu mendengar kata kata Revan, Anton, Dinda dan pak Frans semakin bingung dibuatnya, mereka bertiga semakin penasaran dengan apa yang sudah terjadi

"aku tidak pernah menyangka, kamu setega itu menyakiti perasaan aku" ucap Revan dengan penuh kekecewaan

"sekarang juga kamu cepat pergi dari hadapanku "KIARA !!!!, aku tak mau lagi melihat muka kamu itu dihadapanku, pergi.....!!!!" jelas terdengar ucapan Revan yang sangat penuh emosi dan penekanan dengan tangannya menunjuk kearah halaman rumah nya yang begitu luas, tanpa sedikit pun ia melihat ke arah istrinya

mendengar ucapan suaminya, tiba tiba kepala Kiara ber kunang kunang dan tubuh nya terasa lemas dan gemetar, untung saja Anton yang begitu sigap segera menahan tubuh Kiara yang tiba tiba hampir terjatuh kebelakang

"Revan, kenapa kamu begitu tega berbuat seperti ini, terhadap istri kamu !" kelihatannya Anton semakin kesal dengan sikap Revan terhadap Kiara, namun Revan sama sekali tak menghiraukan kata kata Anton

"kamu kan tau, keadaan istri kamu sekarang, ia sedang hamil !, apa kamu mau terjadi apa apa dengan istri kamu ?!" mendengar ucapan Anton, Revan hanya menoleh pada sahabat nya itu dengan pandangan dan senyum sinis nya

"terserah apa yang kamu katakan, aku sendiri gak yakin kalo anak yang kamu kandung itu anak aku !" sekali lagi Revan mengeluarkan kata kata yang membuat Kiara semakin sakit dan merasa batin nya teriris iris, begitu juga dengan Anton yang semakin tak mengerti dengan sikap sahabat nya itu

tidak hanya Kiara yang merasa sakit mendengar ucapan Revan, Dinda pun demikian, ia tak terima Revan menuduh yang tidak tidak terhadap Kiara, Dinda pun tak bisa menahan emosinya terhadap Revan

"kau....!!!, tak seharusnya kau berkata sepeti itu kepada Kiara, ia adalah gadis baik baik, karna aku yang lebih lama mengenal nya dari pada dirimu !" Dinda benar benar tak kuasa menahan emosinya terhadap Revan, ia pun berkata sambil tangan nya menunjuk kearah Revan dan matanya pun melotot, hampir tak ada rasa takut lagi kepada Revan

"kau !!!, benar benar !!...." ucapan Dinda seketika terputus saat tangan Kiara megang pergelangan tangannya dan memohon....

"sudahlah Din !, sekarang lebih baik kita pergi dari sini !" terdengar suara nya begitu parau karna terlalu lama ia menangis, dan tubuhnya terasa lemas dan gemetar karna ucapan Revan yang begitu menyayat hatinya

sebenarnya, di hati Revan saat melihat kondisi istrinya seperti itu, merasa tak tega, tapi karna emosi dan amarahnya begitu kuat menyelimuti dirinya, ia pun mengesampingkan perasaan yang muncul di hatinya

akhirnya Dinda pun segera membawa Kiara menuju ke mobil Revan, dan bersama sama masuk ke dalam mobil tersebut

"ingat Revan !, kamu akan menyesal karna sudah menyakiti istri kamu dan meragukan kesetiaannya" ucap Anton, lalu pergi meninggalkan Revan dan berjalan menuju ke mobilnya

"kak Anton, antar kan aku ke rumah ku aja ya !?" pinta Kiara dengan tatapan matanya yang kosong dan kepalanya yang bersandar pada jok mobil belakang

Anton pun hanya mengangguk dan memandang Kiara dari kaca spion depan, ada perasaan sedih dan tak tega melihat keadaan Kiara yang begitu memprihatinkan

"tapi Ki....!, kamu kan sedang hamil" ucap Dinda

"sudahlah Din !, aku mau pulang ke rumah ku, aku mau menyendiri dulu" bantah Kiara dengan nada suaranya yang begitu datar, dan Anton pun memberikan isyarat nya pada Dinda dengan mengangguk kan kepalanya dari kaca spion depan, agar Dinda mengiyakan keinginan Kiara, melihat tanda isyarat dari Anton, Dinda pun hanya bisa menghela napas panjang

sementara, di rumah.....setelah kepergian Kiara, Revan pun masuk ke dalam kamar nya dan ia langsung bersimpuh dilantai samping tempat tidurnya sambil menangis sejadi jadinya karna ia tak bisa membendung tasa sedih nya, nampak pula ia menarik dan mengacak acak rambutnya sebagai pelampiasan kemarahannya

"Kiaraaaaa....!!!!, kenapa kamu tega melakukan semua ini kepadaku ?,,,,,,kenapa ???????...." teriak Revan sambil menopang kan kepalanya diatas tempat tidurnya, sambil mengusap kasar wajah nya yang banjir dengan air mata