Dan di tempat lain, tidak jauh dari rumah Revan dan Kiara, nampak dua orang gadis tertawa kegirangan sambil terus menatap ke arah rumah tersebut, kedua gadis tersebut tak lain adalah Sisca dan Karin
"akhirnya dendam ku terbalaskan juga !, rasakan kamu Revan !" ucap Sisca dengan senyuman sinis nya
"dan sebentar lagi kamu akan kembali menjadi milik ku, Revan...haa...haa...haaa..!" balas Karun dengan senyum penuh kemenangan, akhirnya keduanya pun sama sama tertawa lepas merasa rencana nya berhasil dengan sempurna
"baiklah !, sekarang kita pergi dari sini, kita rayakan kemenangan kita ini !" Karin pun menganggukkan kepalanya membalas ucapan Sisca, dan keduanya pun pergi sambil melajukan mobil nya meninggalkan tempat mereka
*********
sementara, saat Kiara sampai di halaman rumahnya, ia langsung memasuki rumah tersebut yang sudah lama ia tinggalkan, sejak ia menikah dengan Revan dan tinggal di rumah pembelian Revan, ia pun langsung memasuki kamar dimana dulu ia tempati selama ia tinggal dirumah itu
Kiara pun langsung menutup dan mengunci pintu kamarnya dan menangis sejadi jadinya di dilantai kamar nya sambil tubuh nya bersandar di tepi tempat tidur
sementara Dinda yang berada di luar kamar tak bisa menahan kesedihannya melihat apa yang sedang dialami sahabat nya itu, Dinda pun langsung menangis dalam pelukan Anton, dan Anton pun berusaha menenangkan gadis yang sangat dicintainya itu, dengan mengelus kepala Dinda
karna merasa tak tenang, Dinda pun lalu berusaha mengetuk pintu kamar Kiara "Ki...., kamu tidak apa apa kan ?, kamu jangan coba coba melakukan hal yang aneh aneh !, ingat bayi yang ada di dalam perut kamu !" Dinda terus berusaha mengetuk pintu kamar Kiara, namun dari dalam kamar, Kiara tak memberikan jawaban apapun atas semua ucapan Dinda
"sudahlah, kamu gak usah khawatir, aku yakin kalo Kiara gak akan berbuat yang macam macam" ucap Anton berusaha menenangkan perasaan Dinda yang terlihat begitu menghawatirkan keadaan sahabatnya itu
"iya...., mudah mudahan aja kak !" balas Dinda dengan nada serak nya karna terus menangis
"aku bingung kak !, sebenarnya apa yang sudah terjadi, sampai sampai kak Revan tega berbicara dan berbuat sekasar itu kepada Kiara" Dinda pun masih bingung dengan semua yang sudah terjadi
"iya, aku sendiri juga bingung, pasti ada sesuatu yang sudah terjadi, dan aku akan berusaha mencari tahu jawaban nya !" ucap Anton
"sekarang kamu duduk dulu !, tenangkan perasaanmu !" Anton pun membawa Dinda ke ruang tamu dan Dinda pun menuruti semua perkataan Anton
"sekarang kak Anton pulang dulu aja !, biar aku yang jaga Kiara di sini, gak enak dilihat orang kalo kak Anton masih terus disini" pinta Dinda sambil terus mengusap air mata yang menetes di pipinya
"baiklah !, aku akan pulang dulu, dan aku janji besok akan mencari tau secepatnya, apa yang sudah terjadi antara Revan dan Kiara" Dinda pun hanya menganggukkan kepalanya dan Anton pun segera bergegas meninggalkan rumah Kiara
sementara didalam kamar, Kiara tak henti hentinya terus menangis, perasaan nya campur aduk tak karuan memikirkan sikap yang sudah dilakukan Revan terhadapnya, sampai sampai ia tak memikirkan kalo dirinya saat ini sedang hamil
"kak Revan, kenapa kak Revan tega berbuat seperti ini kepadaku ?!, kenapa kak Revan sudah tidak mempercayaiku lagi ?!" ucap Kiara dalam kesedihannya sambil air matanya terus mengalir deras di pipinya, entah sudah berapa liter air matanya yang mengalir keluar
******
Dan keesokan harinya, Revan yang pagi pagi bangun dari tidur nya dengan keadaan yang begitu acak acakan karna luapan emosinya semalam, berjalan gontai menuju ke kamar mandi, ia berusaha untuk mendinginkan pikiran dan emosinya
terdengar suara air dari shower kamar mandi mengguyur seluruh tubuhnya, mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki nya, ia pun merasakan sedikit rileks walaupun perasaan nya begitu hancur
pada saat Revan bersiap siap dan berkemas untuk berangkat kekantor, di depan rumah nampak mama Revan datang memasuki halaman rumah anaknya, ia menyempatkan pagi pagi datang karena ia merasa cemas dengan keadaan anak dan menantunya, karna dari semalam ponsel Revan maupun Kiara tidak dapat dihubungi begitu juga dengan telepon rumah
"bi, apa yang sudah terjadi ?, dimana Revan ?" pertanyaan itu muncul karna pada saat mama Revan masuk ke ruang tamu, matanya terbelalak melihat beberapa barang yang pecah dan berserakan dilantai, karna memang bi Jum belum sempat membereskan semuanya
"i...itu... nyonya, tuan muda ada di kamarnya !" jawab bi Jum dengan sedikit merasa ketakutan
"kenapa semua bisa seperti ini ?, mana Kiara bi ?" lagi lagi mama Revan melontarkan pertanyaan yang membuat bi Jum makin takut menjawab nya, melihat ketakutan di wajah bi Jum, mama Revan makin merasa pasti kalo sudah terjadi sesuatu dengan anak menantunya
disaat mama nya ingin melangkahkan kakinya menuju kamar Revan, nampak Revan berjalan menuruni anak tangga, dan mamanya pun segera menghampiri nya
"Revan...!, dimana Kiara ?, dimana menantu mama ?" pertanyaan itu terlontar dari mulut mamanya saat ia mendekati Revan dengan tatapan penuh intimidasi
"sudah pergi !" jawab Revan datar sambil terus melangkah menuju meja makan
"apa maksud kamu Revan ?!" mamanya berusaha menghentikan langkah Revan sambil menarik lengan anak nya, dan Revan pun menghentikan langkahnya lalu berbalik
"aku sudah mengusirnya dari rumah ini, karna ia sudah menghianati ku, ia sama saja dengan perempuan yang bernama Karin" jawab Revan dengan pandangan matanya yang kosong namun penuh kebencian
tiba tiba.....
/// plaaakkk ///
sebuah tamparan keras melayang di pipi Revan, tamparan itu berasal dari mamanya yang begitu geram mendengar ucapan Revan, yang sudah menyamakan Kiara dengan sosok perempuan bernama Karin, namun Revan hanya pasrah dengan tamparan mamanya, tanpa perlawanan dan ekspresi apapun
"dasar kamu itu ya...!!!!, bo*** !!!!, dipakai dong otak nya untuk mikir !, jangan asal main tuduh seenak jidat kamu aja !"
" berani beraninya kamu samakan Kiara, mantu mama itu dengan perempuan seperti Karin !" emosi mama Revan memuncak, mendengar anak nya sudah mengusir dan menyamakan Kiara dengan Karin, mamanya pun meluapkan emosinya sambil menunjuk nunjuk tangan nya ke arah Revan, sementara Revan hanya diam seribu bahasa tanpa sedikit pun membalas kemarahan mamanya
Revan Memang dikenal sebagai sosok yang begitu arogan, dingin bila dihadapan orang lain, tapi semua itu berbanding terbalik saat ia harus berhadapan dengan mamanya, ia bisa seperti seorang anak kecil yang hanya diam saat kena omelan orang tuanya
"asalkan kamu tau, selama kamu pergi ke luar negeri, Kiara sama sekali tak pernah keluar meninggalkan rumah mama, ia selalu duduk memandangi foto kamu di ponsel nya, dan setiap saat ia pun selalu mencium foto kamu itu, karna rasa kangen nya sama kamu,,,, lantas apa mungkin wanita seperti Kiara tega menghianati mu !"
"dasar anak bo*** !, main tuduh anak orang seenak nya aja !" emosi mama Revan masih belum meredam, karna saking emosinya ia pun sampai memukul anak nya dengan tas yang di tenteng nya
"kamu itu ya !, di mana otak kamu !?, pakai dong otak nya, sebelum mengambil suatu tindakan !" sekali lagi omelan mama Revan keluar dari mulutnya sambil terus memukuli anak nya dengan tas tentengnya
"aduh.....!!, ampun ma !, sudah ma,,,,,sakit !, kenapa sih mama tega sama anak sendiri ?!" Revan pun terus menghindar dari pukulan mamanya sambil meringis karna merasa kesakitan
sementara bi Ijah yang melihat dari kejauhan, pertengkaran antara ibu dan anak itu, hanya bisa menahan tawa kecil nya tanpa bisa didengar oleh kedua majikannya, ia bergumam dalam hati, ternyata tuan mudanya bagaikan macan kehilangan cakarnya kalo dihadapan mama nya, tak bisa berkutik sama sekali
disaat Revan dan mamanya bertengkar, tiba tiba muncul si Anton, dan begitupun Anton yang melihat pemandangan di hadapan nya ia pun tak bisa menahan tawanya sambil bergumam "rasain lo,,,!, baru tau rasa kan lo, kalo sudah berhadapan sama nyokap lo !" karna Anton sendiri tau kalo Revan tak akan pernah bisa berkutik kalo sudah berhadapan dengan orang tua nya, apalagi mama nya
dan disaat Revan melihat ada kedatangan Anton yang bejalan mendekati nya, tiba tiba secara spontan Revan pun menghindari kemarahan mamanya, dengan bersembunyi di belakang punggung Anton
"tante....apa yang terjadi ?, kenapa tante begitu marah sekali ?!" tanya Anton, yang pura pura tak mengetahui apa yang sudah terjadi
"sabar tante !, jangan terlalu emosi, tan !, nanti darah tinggi tante bisa kumat lho !" ucapan Anton berusaha meredam kemarahan mama Revan
"iya ma, benar yang dikatakan Anton !" Revan pun berusaha membenarkan perkataan Anton, sambil terus bersembunyi di belakang Anton
"diam kamu !!!" ucap mama Revan dengan tangan nya siap memukul Revan, namun segera di cegah oleh Anton
"asal kamu tau ya !, semua ini gara gara anak sialan yang gak punya otak itu !" balas mama Revan, yang masih dengan emosi nya dengan lagi lagi tangannya menunjuk kearah Revan, sedangkan Anton hanya tersenyum puas melihat sahabatnya kena marah sang mama, atas perbuatannya yang sudah bertindak keterlaluan terhadap Kiara
"sabar ya tan...!, mending sekarang tante dengarkan dulu penjelasan Revan, apa sebenarnya yang sudah terjadi" Anton berusaha menenangkan emosi mama Revan, dan ia juga tau kalo Revan pasti akan mau menceritakan semuanya di depan sang mama
" baiklah..... !" balas mama Revan sambil duduk di sofa ruang tengah, dengan napas nya yang masih tidak teratur karna emosi sesaat nya
"sekarang kamu ceritakan apa yang sebenarnya sudah terjadi antara kamu sama Kiara !" ucap Anton sambil menatap dan memberi isyarat kepada Revan yang berdiri disampingnya
"okelah ! aku akan menceritakan semuanya !" ucap Revan dengan menatap sang mama penuh rasa takut sambil memposisikan duduk nya di depan sang mama
kemudian Revan pun menceritakan semua yang telah terjadi, sambil memperlihatkan foto Kiara yang sedang tidur dengan laki laki lain di sebuah kamar hotel, tak ayal foto tersebut membuat Anton dan mama Revan membelalakkan mata nya, namun tiba tiba pandangan itu berubah mengarah ke pada Revan
"kenapa mama memandang ku seperti itu ?" tanya Revan penuh kebingungan
"dasar kamu ini benar benar bo*** !!, harus nya kamu tidak langsung mempercayai semua ini, dan harus nya kamu mencari kebenaran nya, kamu juga harus nya berfikir kenapa kejadian nya sama persis seperti masalah kamu dengan Karin" jawab mama Revan
"lantas apa kamu gak berfikir ada yang janggal dengan semua ini, kenapa semua nya terjadi secara kebetulan, disaat setelah kemunculan Karin" imbuh mama Revan lagi
Anton dan Revan pun saling pandang, mendengar penjelasan mama nya, mereka berdua pun manggut manggut, seperti membenarkan semua perkataan mama Revan
"sepertinya apa yang dikatakan mama kamu itu ada benarnya" ucap Anton sambil pandangannya mengarah ke pada Revan
"dulu pada saat masalah kamu dengan Karin, kamu sendiri yang memergoki Karin berada di kamar hotel dengan laki laki lain, sedangkan saat masalah kamu sekarang dengan Kiara, kamu hanya melihatnya dari foto di ponsel kamu" jelas Anton, sementara Revan dan mamanya hanya diam mendengarkan penjelasan Anton
"apa kamu sedikitpun tidak menaruh rasa curiga dengan kejadian ini ?" tanya Anton sambil memandang tajam ke arah Revan
Revan pun tak bisa berkata apa apa setelah mendengarkan penjelasan Anton, tiba tiba pikiran nya melayang teringat Kiara, ia merasa bersalah telah menyakiti perasaan istrinya itu, tanpa sedikit pun mau mendengarkan penjelasan Kiara, tiba tiba air matanya menetes di pipinya, dan mama nya pun yang melihat anak lelakinya itu meneteskan air mata, seketika itu tak bisa menahan kesedihan nya dan ia pun langsung memeluk putra kesayangannya itu
"maaf kan aku ma...!, aku sudah bersalah kepada Kiara !, aku sudah menyakiti perasaan nya !" tangisan Revan pun pecah dalam pelukan orang tuanya, ia tak memperdulikan reputasinya sebagai seorang bos besar
"sudahlah sayang !, sekarang belum terlambat, segeralah minta maaf kepada istrimu, dan bawalah ia kembali pulang ke rumah ini" pinta sang mama sambil membalas pelukan Revan
Anton pun hanya tersenyum, melihat Revan uang akhirnya bisa mempercayai semua kata kata dirinya dan mama nya serta menyadari kesalahannya kepada Kiara