Sementara keesokan harinya di rumah Kiara, nampak Dinda mondar mandir dengan rasa cemas karna keadaan Kiara yang dari semalam tak kunjung keluar kamar, begitu juga dengan panggilan Dinda dari luar kamar yang tak pernah dibalas oleh Kiara, Dinda pun bingung harus menghubungi siapa, sementara ponsel Anton mulai dari semalam pun tidak aktif, dan akhirnya Dinda pun memberanikan diri menghubungi kakak nya Satria, meskipun ia tau bakalan ada perang dunia ke tiga kalo sampai kakaknya tau apa yang terjadi dengan Kiara
dan setelah beberapa saat Dinda menelpon Satria, tibalah Satria dirumah Kiara dengan tergesa gesa dan menunjukkan raut muka cemas nya
"apa sebenarnya yang sudah terjadi dengan Kiara ?" tanya Satria cemas
"sudahlah kak !, nanti aku ceritakan yang terjadi, tapi sekarang kak Satria dobrak dulu pintu kamar Kiara, aku takut terjadi sesuatu dengan nya, karna dari semalam ia mengunci pintunya dari dalam dan tak mau keluar" jawab Dinda
Satria pun menuruti perkataan Dinda, untuk segera mendobrak pintu kamar Kiara dan setelah beberapa kali dobrakan, akhirnya pintu kamar itu terbuka juga
setelah berhasil mendobrak pintu kamar Kiara, Dinda dan Satria segera menghampiri Kiara yang nampak duduk bersimpuh dilantai kamar, dan kepalanya ditopang diatas tempat tidurnya
"Ki....." panggil Dinda pelan sambil duduk disamping Kiara, begitu juga dengan Satria yang ikut duduk disamping Kiara dengan perasaan cemas
"Kia....,kamu baik baik aja kan ?" tanya Dinda cemas sambil memegang bahu Kiara, mendengar suara Dinda disampingnya, Kiara pun segera mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Dinda, nampak kedua matanya sembab dan bengkak karna terus terusan menangis, melihat Dinda disampingnya Kiara pun langsung menghambur memeluk Dinda dan Dinda pun membalas pelukan sahabat nya itu, nampak raut muka Dinda yang prihatin melihat keadaan Kiara, sampai Dinda pun tak bisa menahan air mata nya yang spontan menetes di pipi nya
"apa yang sudah terjadi dengan mu Ki...?" tanya Satria dengan tak kalah cemas nya
mendengar suara Satria, Kiara pun langsung melepaskan pelukannya terhadap Dinda, dna beralih menghambur ke pelukan Satria, dan tangisan nya pun pecah semakin menjadi, melihat kesedihan Kiara, Satria pun langsung mengusap kepala Kiara yang sudah ia anggap sepeti adik nya sendiri, tapi sebenarnya perasaan Satria sudah diliputi emosi yang amat sangat, ia ingin sekali menghajar Revan karna sudah membuat Kiara menderita dan bersedih
"sudahlah !, kamu jangan menangis terus, kasihan anak yang ada di dalam kandungan mu, ia juga akan merasakan kesedihan yang dirasakan oleh ibunya!" Satria berusaha menenangkan perasaan Kiara agar tidak terus terusan larut dalam kesedihannya
mendengar ucapan Satria, Kiara langsung melepaskan pelukannya dan menghentikan tangisannya, ia berpikir sejenak ternyata ada benarnya juga perkataan kak Satria, kalo dirinya tidak boleh terlalu larut dalam kesedihannya demi anak yang ia kandung, lalu ia pun menyeka air mata di pipinya, begitu juga dengan Dinda yang merasa senang melihat sahabatnya sudah bangkit dari rasa sedihnya
"sekarang kamu duduk dulu diatas tempat tidur dan kamu ceritakan semuanya pada kak Satria" ucap Satria sambil membantu Kiara untuk duduk di tempat tidurnya begitu juga dengan Dinda yang ikut membantu kak Satria mendudukkan Kiara di tempat tidur
"iya Ki !, kamu ceritakan semua nya pada kami" Dinda pun merasa tak sabar ingin mendengar semua penjelasan dari Kiara
sebelum Kiara menceritakan semua nya, ia pun menarik napas panjang dan dalam sambil menatap ke arah Dinda dan Satria secara bergantian dengan tatapan sendu dan sedih
akhirnya Kiara pun menceritakan semua yang terjadi dengan dirinya mulai dari awal sampai akhir nya ia diusir oleh Revan suaminya dari rumah nya, tanpa ada sedikitpun yang terlewat kan, mendengar semua cerita Kiara nampak muka Satria sudah dipenuhi emosi, sambil tangan kanan nya mengepal, karna sudah tak sabar ingin menghajar Revan
"sialan !, rupa rupa nya ada yang berani menjebak Kiara, dan sialnya kenapa si Revan main percaya begitu aja dengan semua itu" gerutu Satria dalam hatinya dengan perasaan yang diliputi emosi
sementara Dinda yang mendengarkan penjelasan Kiara nampak matanya melotot seakan tak percaya dengan apa yang sudah terjadi, tapi ia pun segera meredam emosi nya sambil memeluk Kiara dari samping, ia pun ikut merasakan kesedihan yang dialami sahabat nya itu
Kiara yang melihat muka Satria sudah mulai memerah dan tatapan yang tajam di penuhi dengan emosi, Kiara pun memegang pergelangan tangan Satria sambil memohon "Kiara minta, kak Satria jangan marah sama kak Revan ya ?, kak Revan tidak bersalah, hanya saja ia belum mendengarkan penjelasan aku dan belum mempercayai aku" Kiara memohon seperti itu, karna Kiara tau, kalo kak Satria pasti bakalan menghajar suaminya, dan ia tak mau terjadi apa apa dengan kak Satria dan suaminya
"kamu masih membela suami kamu,.yang jelas jelas ia sudah membuat kamu bersedih seperti ini !?" lagi lagi Satria gak terima dengan apa yang sudah Revan lakukan terhadap Kiara
"iya Ki....!, benar kata kak Satria, aku juga tak terima karna kak Revan sudah membuat kamu seperti ini !" balas Dinda yang tak kalah emosinya dengan kak Satria
"sudahlah !, kalian jangan marah sama kak Revan, karna aku begitu mencintai nya melebihi diri ku sendiri, jadi aku mohon Dinda, kak Satria jangan pernah menghajar kak Revan !" ucap Kiara sambil sesekali memandang Dinda dan kak Satria dengan tatapan penuh harap
Satria yang mendengar permohonan Kiara hanya bisa menarik napas panjang, dan menghempaskan nya dengan keras, ia tak pernah bisa menolak semua keinginan Kiara yang ia anggap seperti adiknya sendiri, selayak nya Dinda
"ya sudahlah, apa sih yang gak buat kalian berdua" ucap Satria sambil tersenyum kearah Dinda dan Kiara
Kiara yang mendapat respon positif dari Satria, akhirnya bisa tersenyum dan kembali memeluk kak Satria yang kemudian dibalas oleh Satria sambil mengusap pucuk rambut Kiara
sedangkan Dinda yang melihat nya, tiba tiba berubah jadi manyun, karna merasa kesal dengan sikap kakak nya yang menyetujui permintaan Kiara, untuk tidak menghajar Revan
"sudahlah !, kamu jangan manyun kayak gitu, jelek tau !" ucap Satria sambil menarik tangan Dinda dan membawanya kedalam pelukan nya
disaat ketiganya larut dalam kebahagiaan, tiba tiba "Din....aku lapar !, dari semalam aku belum makan !" ucapan Kiara itu spontan membuat Dinda melepaskan pelukan kakak nya, dia pun sempat melotot, begitu juga dengan Kiara yang kaget dengan sikap Dinda akhirnya melepaskan juga pelukan kak Satria
"astagfirulloh Ki...., hanya gara gara si Revan, lelaki sialan itu, kamu sampai tega menyiksa diri kamu dan anak yang ada dalam kandungan kamu !" Dinda yang mengomel ngomel tanpa henti, membuat Satria hanya menggeleng geleng kan kepalanya
"stop Din !, kakak pusing tau mendengar ocehan mu" celetuk Satria
"apaan sih kak !, namanya juga orang lagi sebel, gak ada salah nya kan kalo aku ngomel" bantah Dinda dengan kesal nya, sementara Kiara yang melihat sikap sahabat nya itu hanya tersenyum kecil dan merasa kalo ternyata sahabat nya itu begitu perhatian terhadap dirinya
"sekarang aku belikan dulu makanan untuk kalian, dan kalian baik baik aja disini !" setelah selesai berkata kata, Satria pun langsung pergi meninggalkan Dinda dan Kiara untuk mencari makanan buat mereka berdua
setelah kepergian Satria, Kiara pun langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya karna ia merasa tubuhnya gerah, dan tak lama setelah Kiara selesai membersihkan tubuh nya, kak Satria pun datang dengan mententeng tas berisi beberapa makanan, dengan lahapnya Kiara menyantap nya, ia benar benar merasa sangat lapar karna tenaganya yang sengat terkuras, disebabkan semalaman ia terus menangis
tak lama setelahnya, Satria pun berpamitan kepada kedua nya, ia segera pergi ke kantor untuk melanjutkan pekerjaan nya
"Kia !, sekarang mendingan ku istirahat deh !, aku akan menemanimu disini" pinta Dinda dan di balas oleh Kiara dengan anggukan kepala, Kiara pun langsung merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur, karna ia juga merasa tubuh nya sangat letih, efek semalaman terus terusan menangis, dan Dinda pun dengan sabarnya menuggu i sahabat nya itu sampai terlelap dalam tidurnya
"kasihan kamu Ki....!" Dinda merasa iba melihat nasib sahabat nya itu, tiba tiba air matanya menetes saat ia membenarkan selimut Kiara, tapi buru buru ia menyekanya dan segera pergi meninggalkan kamar Kiara, menuju ruang tamu, sebentar pun Dinda sudah larut dengan ponsel ditangannya