Disaat Revki diajak mbak Siti jalan jalan dengan ditemani seorang security, Kiara pun segera duduk di sofa dan ditemani oleh Sila, mereka berdua pun ngobrol dengan begitu akrabnya
saat keduanya sedang asyik ngobrol sambil sesekali nampak tawa diantara keduanya, tiba tiba datanglah seorang lelaki menuju ke meja resepsionis
"pagi mbak !!" sapa lelaki tersebut saat melihat Lisa dan Kiara, dan pandangan lelaki tersebut terus menatap ke arah Kiara
"iya, pagi juga....ada yang bisa saya bantu ??" tanya Lisa yang sudah berdiri didepan meja resepsionis dan meninggalkan Kiara yang masih duduk di sofa
"saya mau ketemu dengan pak Revan" jawab lelaki tersebut yang sesekali masih mencuri pandang kepada Kiara
Lisa yang melihat lelaki tersebut yang terus menatap ke arah Kiara, menggerutu dalam hatinya ia merasa heran ada apa sebenarnya dengan lelaki tersebut, mungkin ia belum tau kalo yang sedang ia pandangi itu adalah istri dari pimpinan perusahaan tempat nya bekerja
"eheemm...pak !" seketika itupun Lisa membuyarkan lamunan lelaki yang berdiri di depannya
"eh i.. iya mbak, bisa saya bertemu dengan pimpinan anda ?" tanyanya sambil terus menatap ke arah Kiara
"maaf, apa bapak sudah membuat janji dengan pak Revan ?" jawab Lisa dengan bertanya balik ke pada lelaki tersebut, sedangkan Lisa merasa tak suka dengan sikap lelaki tersebut yang terus menerus memandang Kiara dengan seperti mempunyai maksud tertentu
"iya sudah mbak" jawab nya singkat
sementara Kiara tak sedikit pun menyadari kalo dirinya sedari tadi terus menerus diperhatikan oleh lelaki yang berdiri di depan meja receptionis, karna sejak Lisa meninggalkan nya ia sibuk memainkan ponsel yang ada di tangannya
"baiklah pak, silahkan anda menunggu dulu, karna sekarang pak Revan sedang ada meeting penting dengan kliennya !" ucap Lisa, namun lelaki tersebut tak menghiraukan ucapan Lisa hingga selesai, ia pun langsung melangkahkan kakinya menuju sofa tempat dimana Kiara sedang duduk memainkan ponselnya, sedangkan Lisa mengikutinya dari belakang
"hallo cantik...boleh kenalan ??" sapa lelaki itu saat sudah berada di dekat Kiara, sedangkan Kiara hanya menoleh saat lelaki tersebut sudah duduk berada di sampingnya
"sedang menunggu bos pemilik perusahaan ini ya ??" tanya nya lagi, dengan nada penuh menggoda ke arah Kiara, sementara Lisa pun segera mengambil posisi duduk didekat Kiara takut lelaki itu berbuat macam-macam terhadap Kiara
"ni orang benar benar play boy kali ya, suka sekali menggoda wanita, jangan jangan sudah bosan hidup kali ni orang, gak tau apa siapa wanita yang ada disampingnya itu" gerutu Lisa dalam hatinya
"iya...!" jawab Kiara singkat, sambil melanjutkan lagi memainkan ponsel ditangannya
"Kia...kamu nunggu pak Revan nya di ruangan nya aja ya ?!" perintah Lisa, Lisa memang sengaja memanggil Kiara dengan nama aja, tanpa embel embel ibu jika dibelakang Revan, tentu saja itu semua atas permintaan Kiara sendiri
"kenapa Lisa ??" tanya Kiara tak mengerti dengan pandangan bingung ke arah Lisa, sedangkan lelaki tersebut menatap Lisa dengan tatapan penuh rasa tak suka
"heeiii...kenapa kamu menyuruhnya menunggu di ruangan bos kamu ?, sedangkan kamu sendiri tau kalo bos kamu itu tak suka ruangannya dimasuki orang lain tanpa seizin dari nya, jangan jangan wanita ini simpanan bos kamu ya ??" ucapan lelaki itu membuat Kiara berdiri dan menatap tajam ke arah lelaki yang ada disampingnya, begitu juga dengan Lisa
"hei....jaga ucapan anda ya !!!!" gertak Lisa dengan nada tinggi
sontak lelaki tersebut berdiri saat mendengar ucapan Lisa, sambil tersenyum sinis
"hee, apa hak kamu bicara seperti itu kepada ku, apa salahnya aku kan cuma bertanya" ucap lelaki tersebut sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celananya, sambil menatap sinis ke arah Lisa
"oh ya cantik, kalo kamu mau aku bisa menjadikan kamu sebagai istri aku, dari pada harus menjadi simpanan si Revan, sedangkan Revan kan sudah mempunyai istri, lagian aku juga gak kalah tajir ama si bos pemilik perusahaan ini" lagi lagi gombalan lelaki tersebut keluar dari mulutnya dengan penuh percaya dirinya
sementara wanita yang ada di samping lelaki tersebut yang tak lain adalah sekertaris nya, hanya menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah pimpinannya "dasar lelaki hidung belang, tak bisa melihat wanita cantik sedikitpun langsung aja di sosor nya" gumamnya dalam hati
"kamu, jangan kurang ajar ya...!!!" gertak Kiara dengan spontan tangannya mengarah ke wajah lelaki tersebut, namun belum sampai niatnya menampar tiba tiba tangan Kiara langsung ditahan nya dan seketika itu tangannya sudah berada digenggaman laki laki itu
tanpa menunggu lama, tangan Kiara langsung ditarik nya dan seketika itupun lelaki itu langsung mencium punggung tangan Kiara, spontan Kiara mem belalakkan kedua bola matanya begitu juga dengan Lisa dan sekertaris nya
Kiara langsung menarik kuat kuat tangan nya dan buru buru ia mengusap tangan bekas ciuman lelaki yang kurang ajar itu, ia merasa jijik dengan sikap nya yang sama sekali tidak ia kenal
"sudahlah cantik, kamu jangan bikin keributan disini, nanti semua orang akan tau kalo kamu itu simpanan si bos perusahaan ini" ucap lelaki itu pelan tepat disamping telinga Kiara
nampak rasa was was terlihat diraut muka Lisa, sedangkan sekertaris lelaki itu hanya diam tak berani berkata sedikitpun, sementara beberapa karyawan yang ada di ruangan itu sibuk dengan pekerjaan masing masing sehingga tak menghiraukan apa yang terjadi
"cukup....beraninya kamu ya !!, dasar lelaki kurang ajar !" teriak Kiara dengan menutup kedua telinganya mendengar ucapan lelaki kurang ajar itu, dan nampak kedua matanya memerah, dan tak sadar matanya pun mulai berkaca kaca
"dasar perempuan munafik, sok suci, sok jual mahal !!!" bantah lelaki itu sambil tersenyum sinis ke arah Kiara, mendengar itu semua Kiara hanya bisa diam menahan amarah dan malu tanpa terasa air matanya pun sudah menetes di pipinya
"heeii pak....hentikan ucapan anda !, anda tidak tahu siapa wanita yang sudah anda perlakukan tidak sopan ini" nampak Lisa pun mulai emosi dan tak suka dengan sikap lelaki itu
"aku tau.....dia kan simpanan bos kamu, bukan !!" kali ini ucapannya disertai dengan tawanya yang lepas, seakan tak menghiraukan semua yang ada di situ, termasuk kehadiran Revan yang sedari tadi rupanya sudah melihat dan mendengar semua ocehan lelaki tersebut, sedangkan Lisa yang mengetahui kehadiran Revan nampak wajahnya mulai pucat, ia memastikan bakalan terjadi sesuatu, karna ia melihat raut muka Revan yang sudah mulai memerah menahan amarah
"pak Revan...!!" sapa Lisa dengan nada gemetaran dan penuh ketakutan, "habislah sudah lelaki brengsek tersebut" gerutunya dalam hati
"haii, Revan....!!" sapa lelaki tersebut saat melihat Revan sudah berdiri disampingnya, sambil mengulurkan tangannya, tapi sama sekali Revan tak membalasnya
"oh, baiklah.....jadi sifat kamu masih tetap sama seperti yang dulu, pantas saja tak ada satupun wanita yang suka dan betah bersama kamu" kembali lelaki itu menarik uluran tangannya yang tak dapat respon apapun dari Revan
sementara Revan hanya menatap dingin dengan berusaha menahan amarahnya, yang sebenarnya emosinya sudah memuncak sampai ke ubun ubun, karna ia tau dan mengenal siapa lelaki yang sekarang ada di depannya
"oh ya, maaf....papa aku tidak bisa datang karna ia harus pergi ke luar negri untuk mengunjungi rekan bisnisnya yang ada di sana, jadi ia menyuruhku untuk menemui mu, untuk membicarakan masalah kesepakatan kerja sama antara perusahaan kamu dan perusahaan papa aku, tapi sebenarnya aku malas harus bertemu dengan mu yang sama sekali tak berubah, tetap sombong dan angkuh" ucap lelaki itu dengan santainya dan sesekali masih mencuri pandang ke arah Kiara
"ooohhh..... ternyata pak Widodo sudah salah mengirim orang kepadaku, orang yang tak punya aturan dan etika sama sekali, juga sifatnya yang begitu bejat" balas Revan sambil menatap tajam ke arah lelaki itu
"heii.... perempuan ini dan receptionis kamu ini yang berbicara nya tak sopan padaku, seenaknya aja main usir aku dari sini, apa mereka tidak tau kalo aku adalah Bayu Widodo, pewaris tunggal dari Widodo Grup !" lagi kesombongan itu keluar dari mulutnya
memang keluarga Widodo adalah orang terkaya kedua di kota itu, setelah keluarga Revan, dan ia hanya memiliki seorang putra yang bernama Bayu Widodo, dan menjadi satu satu nya pewaris semua kekayaannya, namun sayang ia memiliki sifat playboy dan suka mempermainkan perasaan wanita, hampir puluhan wanita yang sudah menjadi korbannya, dan dibuatnya sakit hati karna ulah nya, dan ia juga terkenal suka seenaknya sendiri memperlakukan orang lain karna ia selalu mengandalkan kekayaan orang tuanya
Kiara dan Lisa menatap lelaki itu dengan pandangan penuh rasa marah, karna caranya yang begitu sombong nya dalam memperkenalkan dirinya, sedangkan Revan terlihat tangannya sudah mulai mengepal dan rahangnya pun mengeras menahan amarah nya
"apa kamu tau siapa wanita ini ?' ucap Revan sambil tangannya menunjuk ke arah Kiara yang berdiri disampingnya
lelaki yang bernama Bayu Widodo itupun tertawa lepas setengah mengejek "jelas jelas itu simpanan kamu kan, Revan !!" jawab nya penuh penegasan
"gadis yang sangat lugu dan polos, ternyata sekarang kamu lebih menyukai gadis gadis polos macam dia, tapi sebenarnya aku pun juga menyukainya....kalo kamu tidak keberatan aku juga mau menjadikannya sebagai kekasih ku" ucap Bayu pun setengah menggoda ke arah Kiara, Kiara pun merasa muak dengan tingkah lakunya
"kamu tidak tau siapa dia ?????, dasar play boy b***ngan, tamatlah riwayat mu !!!!" seketika itupun pukulan kepalan tangan Revan tepat mendarat di muka Bayu, yang membuat Bayu terjatuh tersungkur ke sofa
Kiara, Lisa dan sekertaris Bayu pun kaget bukan kepalang, sehingga ketiganya sontak berteriak sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya
sementara Bayu pun meringis merasakan kesakitan di wajahnya dan mengusap sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah segar, Revan segera mencengkeram krah kemeja Bayu sambil mengangkatnya dan lagi lagi pukulan keras pun melayang dan mendarat di depan muka Bayu yang membuat nya tersungkur dilantai karna ia tak pernah siap menghadapi pukulan Revan yang tiba tiba dan juga karna tubuhnya pun kalah kekar dibandingkan dengan Revan
beberapa karyawan yang sempat mendengar ada keributan, secepat itupun segera menghampiri kearah keributan tersebut, dan ternyata mereka semua melihat kalo pimpinan mereka sedang menghajar seseorang
"berani beraninya kamu menggoda istriku, apa kamu sudah bosan hidup haaahhh !!, dan inilah akibatnya kalo kamu suka seenaknya kurang ajar kepada istri orang !" lagi lagi Reban menghujani Bayu dengan beberapa pukulan yang membuat Bayu semakin tak berdaya
"apaa....istri !!!" Bayu pun terkejut dan sedikit syok mendengar Revan menyebut istri didepannya, begitu juga dengan sekertaris nya
"rasain, itulah balasan buat orang yang pikirannya selalu mesum, gak bisa lihat perempuan cantik sedikit aja, langsung nyosor" gumam sekertaris Bayu, dalam hatinya, karna memang ia tak pernah menyukai sifat playboy pimpinan nya
"maaf Revan....aku tidak tau kalo ia adalah istri kamu !" ucapnya
tapi Revan tak memperdulikan semua ucapan Bayu, lagi lagi ia terus menghajarnya, ia begitu marah karna sudah ada yang berani menggoda dan mengganggu istrinya, ia tak perduli walaupun itu orang yang sangat berpengaruh sekalipun
"dulu aku tidak menghajar mu, saat kamu berduaan dengan Karin di kamar hotel.....tapi sekarang aku tak akan segan segan membunuhmu karna kamu sudah berani mendekati dan menggoda istri ku" ucapan Revan dengan mata ber api api penuh amarah sambil mencengkeram kemeja Bayu dan kembali memukulnya
Bayu pun tak pernah sempat menghindar karna semua pukulan Revan yang secara tiba tiba, dan bukan berati Bayu tak bisa ilmu bela diri tapi karna memang ia tak pernah punya kesiapan menghadapi nya
semua yang menyaksikan Revan menghajar Bayu, nampang tegang, mereka semua merasa takut melihat sosok Revan yang sudah kalap karna amarahnya
"kak Revan....sudah kak !, nanti orang itu bisa mati, kak !", Kiara berusaha memberanikan diri melerai suaminya yang terus terusan menghajar Bayu
namun sedikit pun Revan tak memperdulikan nya, ia terus menghajar nya tanpa ampun sedikitpun, nampak wajah Bayu yang sudah dipenuhi lebam lebam, dan darah segar pun keluar dari mulut dan hidung nya
"sudah kak, aku mohon hentikan, kak !" kali ini Kiara berusaha melerai dengan menghalangi tangan suaminya, namun apa yang terjadi....
"aaawwww....!!!" teriak Kiara, yang tanpa sengaja pipinya terkena pukulan Revan, spontan Kiara langsung memegangi pipinya yang nampak memerah
semua nya pun kaget, melihat Kiara terkena pukulan Revan, mereka begitu ketakutannya
Revan yang melihat istrinya terkena imbas pukulannya, seketika langsung menghentikan menghajar si Bayu, dan langsung mendekati Kiara lalu memeluknya
"sayang, maafkan aku....aku gak sengaja" ucap Revan sambil mengelus pipi istrinya yang terkena pukulannya
Kiara pun tak langsung menjawab nya, ia malah memeluk suaminya karna ketakutan yang dirasakannya, dan Revan pun membalas pelukannya dengan penuh rasa sayang
sementara Bayu yang tergeletak di lantai tak berdaya, berusaha dibantu berdiri oleh sekertaris nya
"untung aja pak Revan datang tepat pada waktunya" gumam Lisa dalam hatinya
"lagian jadi orang sok ganteng, sukanya godain perempuan....padahal kalo di lihat lihat masih lebih gantengan pak Revan, jauh" lagi lagi Lisa hanya bergumam dalam hatinya sambil tersenyum senyum sendiri, sedangkan sebenarnya ia merasa kasihan pada Kiara yang tanpa sengaja sudah terkena pukulan oleh Revan
"sayang, kamu gak kenapa kenapa kan ?, kamu baik baik aja kan ?" tanya Revan sambil mengelus pipi Kiara, ia merasa khawatir dengan pipi Kiara yang nampak sedikit lebam dan kemerahan
Kiara tak menjawab nya, ia hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kepada suaminya, dan Revan pun kembali menatap tajam ke arah Bayu yang berdiri tak berdaya dengan bantuan sekertaris nya
"sekarang juga kamu bawa pergi bos kamu itu !, sebelum ia mati ditangan ku, dan satu lagi.....aku gak akan lagi bekerja sama dengan orang sepertimu !" bentak Revan dengan penuh penekanan sambil tangan nya menunjuk ke arah Bayu dan sekertaris nya
sekertaris Bayu pun hanya menatap Revan dengan wajah penuh ketakutan sambil menelan ludahnya yang terasa begitu sulit, sedangkan Bayu sendiri tak berdaya...dan lalu pergi meninggalkan Revan dengan bantuan sekertaris nya
"kemana security yang aku tugaskan menjaga anak dan istriku" ucap Revan sambil menatap ke seluruh karyawan yang ada di sekitarnya, mereka pun hanya menundukkan kepala begitu juga dengan Lisa
"maaf kan aku kak, aku yang menyuruh security untuk menjaga Revki yang sedang jalan jalan bersama mbak Siti" jawab Kiara dengan mata yang sudah berkaca kaca, dan tak perlu menunggu lama air matanya pun menetes karna ia merasa takut dengan kemarahan Revan
Revan pun menarik napas panjang, dan menghempaskan nya kasar "iya sayang, aku tak akan marah lagi, koq" ucap nya sambil memegang dagu Kiara dan mengelap pipi istrinya dengan lembut, ia tak akan pernah bisa marah didepan istrinya, karna ia tak akan pernah sanggup untuk membujuk Kiara kalo sudah menangis tak henti hentinya
beberapa karyawan yang berada di situ, termasuk dengan Lisa berusaha menahan dan menyembunyikan tawanya saat melihat perubahan sikap bos mereka bila berada di depan istrinya
"kalian semua, bubar....kembali ke pekerjaan kalian masing masing !" seketika itupun mereka semua kembali ke meja dan pekerjaan masing masing, begitu juga dengan Lisa
kemudian Revan pun mengajak Kiara untuk duduk di sofa, dan mengobati memar di pipi istrinya dengan kotak p3k yang diambilkan oleh Lisa atas perintah Revan
"sekali lagi maaf kan aku ya, sayang....aku benar benar gak sengaja" dengan telaten dan rasa sayang Revan terus mengobati pipi Kiara
"iya kak, aku gak apa apa.....!!, aku hanya takut melihat kak Revan marah dan menghajar orang itu sampai berdarah darah" jawab Kiara dengan sesekali menahan sakit di pipinya
sebenarnya dalam hati Kiara ingin sekali bertanya soal lelaki tersebut, saat tadi Revan menyinggung tentang hubungan nya dengan Karin, tapi ia merasa sekarang bukanlah saat yang tepat
setelah selesai mengobati pipi istrinya yang memar, Revan pun kembali memeluk istrinya dan mencium keningnya dengan lembut dan penuh kasih sayang, Lisa yang melihat itu semua hanya tersenyum dan bergumam dalam hatinya "tak ada yang bisa menggantikan posisinya di hati pak Revan"