LIVE ON THE STREET

BAB 1

Cp 1

"um, ugh, dimana aku?, apa aku sudah mati?" sikecil bertanya-tanya dengan memegang kepalanya.

Ingatan sikecil terakhir adalah Ia tengah dipukuli ayahnya dan entah kenapa Ia ketika tersadar sudah berada di tengah hutan dan terbaring disebuah pohon besar yang tak pernah Ia lihat sebelumnya.

"bau apa ini?, ah bau darah segar dari tanganku" ucapnya ketika Ia melihat tangannya yang berlumuran darah segar.

Si kecil itu berjalan untuk mencari air untuk menghilangkan darah dikedua tangannya, akan tetapi ini sudah gelap dan Ia hanya bisa melihat remang-remang 'apa ini akherat?' batinnya.

Tak beberapa lama kemudian Ia menemukan sebuah aliran sungai akan tetapi Ia terkejut ketika melihat ada perumahan didepannya dan dengan penerangan dari perumahan itu Ia memasuki aliran sungai, "sungainya berwarna seperti celana ayah" katanya melihat aliran sungai yang berwarna seperti celana jints.

Si kecil tak mengerti, jika Ia sudah mati kenapa ia masih merasa sakit ditubuhnya dan kenapa diakhirat sungainya berwarna hitam, Ia dengan hati-hati membersihkan sakit dipelipisnya yang kemungkinan darah masih mengalir dan setelah usai Ia membersihkan kedua tangannya yang lengket oleh darah dan berbau amis.

Ia mencium sesuatu yang enak dan menggugah selera, Ia berjalan menyusuri aliran sungai menuju aroma tersebut dan Ia tak mengerti kenapa di akhirat dia dapat melihat adanya jembatan serta seseorang yang berjualan sate dan nasi goreng.

"apa di akhirat juga ada penjualnya dan apa itu gratis?" katanya berjalan mendekat dan dicegah oleh pedagang kaki lima tersebut.

"ngapain kamu" kata pedagang dengan mengarahkan pisau yang digunakannya untuk memotong sayuran.

"pak boleh saya minta makan" balasnya lemah tanpa rasa takut.

Si pedagang melihat sosok kurus, kecil dan lusuh, ditambah sosok anak yang berada didepannya dipenuhi luka memar dan lebam membuatnya iba, "boleh tapi jangan makan disini mengganggu pelanggan yang lainnya saja" ucapnya selepas menghela nafas iba.

Si kecil mengangguk dan menunggu makanan gratis akhirat yang akan diterimanya "Ini, tadi ada yang beli ternyata pesanannya kebanyakan" ucapnya sembari memberikan sebungkus nasi.

"Terimakasih!" ucapnya tersenyum tulus "ternyata di akhirat lebih enak ya, tidak perlu dipukul dulu sebelum mendapatkan makan" tambah gumamannya lemah yang terdengar oleh si pedagang dan membuat si pedagang terkejut, akan tetapi karena ada banyak pesanan menunggu Ia menghiraukan ucapan bocah kecil itu dan harus buru-buru membuat banyak masakan.

Si kecil berjalan agak jauh sesuai perintah pedagang tersebut dan Ia melihat anak laki-laki yang lebih tua darinya berjalan mendekat, Ia berpakaian seadanya dan membawa gitar kecil ditangannya dan dapat dilihat bahwa ia adalah pengamen.

Pengamen itu menawarkan makanan dan minuman yang Ia bawa pada si kecil dan bertanya tentang apa yang terjadi sampai mendapatkan luka seperti itu, si kecil tersebut terkejut mengetahui bahwa Ia sebenarnya belumlah mati dan Ia masih hidup.

"jadi begitu yah, mungkin tanpa sadar kamu melarikan diri dari rumahmu dan berakhir disini" ucap pengamen itu berjalan bersamanya.

"mungkin saja bang" ucap si kecil ragu.

"oh iya, siapa namamu"

"namaku Rendy" ucap si Kecil terlihat mengingat kenangan diperlakukan kejam oleh sang ayah.

"namaku Dhika, jadi sehabis ini kamu mau bagaimana?" tanyanya.

Selepas itu Rendy memutuskan untuk bersama Dhika karena Ia masih terlalu kecil dan tak bisa hidup sendiri dijalanan, Ia belajar kerasnya hidup dijalanan dan bagaimana artinya hidup sederhana.

Rendy menghabiskan hari-harinya hidup dijalanan bersama Dhika dan kawan-kawan senasibnya dan suatu ketika ketika mereka berdua melewati sebuah warung Dhika merasa kesedihan dan bertanya pada Rendy "kamu lihat di warung bakso itu Rendy?".

"maksud abang keluarga yang tengah makan itu?"

"yah, kehangatan yang sangat kita inginkan seseorang pasti memilikinya dan lihatlah anak yang duduk ditengah mereka, kehangatan kedua orang tuanya itu tidak dianggap berarti oleh anak seperti itu" ucap Dhika dengan iri.

"yah, itu juga namanya hidup, ayo ke bang Jack buat setor" ucap salah satu teman mereka yang bernama seto menarik mereka.

Teman-teman jalanan Rendy mengajarkan susah, sulit, dan kerasnya hidup dijalanan seperti ada uang jatah keamanan preman dan terkadang ada yang disuruh untuk mencopet, mengemis atau pekerjaan jalanan lainnya, dan mungkin karena daerah tersebut sering terjadi kecopetan membuat pemerintah setempat menertipkan orang-orang terpinggirkan yang menjadi permasalahan sosial daerah tersebut.

Rendy dan teman-temannya berlarian kesana kemari dan mereka memiliki kesepakatan untuk melindungi Rendy karena dia yang paling kecil.

Banyak petugas pemerintahan yang berhasil menangkap anak-anak jalanan, pengemis dan preman didaerah tersebut, akan tetapi ada yang berhasil meloloskan seorang diri, mungkin karena tubuhnya yang mungil dan berkat kerjasama teman-temannya.

Akhirnya Rendy pindah tempat hidup seorang diri akan tetapi karena ia memiliki suara yang tak terlalu bagus seperti Dhika atau Seto ia tak bisa bertahan hidup dijalanan dengan mengamen, terpaksa Ia bertahan hidup dengan mencopet atau mengais makanan sisa di tempat sampah.

Sudah sepuluh hari Ia hidup sendirian dijalan dan suatu ketika sewaktu ia mengais-ngais makanan sisa ditempat sampah ada seekor anjing liar yang berebut makanan dengannya, walaupun Rendy berbadan kecil akan tetapi akhirnya Ia berhasil mendapatkan makanan tersebut akan tetapi itu menyisakan luka gigitan cukup dalam pada lengan kanannya yang kecil.

Rendy telah hidup berpindah-pindah tempat selama hampir enam bulan selepas kabur dari Ayah yang menganiayanya, terkadang tidur diemperan toko selepas toko tutup dan cepat-cepat bangun sebelum toko buka agar Ia tak ditendang si pemilik toko.

Sudah tiga hari Ia belum makan apa-apa dan didorong oleh rasa lapar yang sangat kuat Ia memberanikan diri untuk mencopet, Ia menabrakkan diri dan berhasil mendapatkan dompet dari seorang laki-laki dan berlari menuju sebuah gang.

"hei aku tak pernah melihatmu sebelumnya, jangan asal masuk daerah orang lain" ucap seseorang dari balik punggung Rendy dan ketika Ia membalikkan badan dan Ia melihat tiga preman dengan banyak tato.

"ampun bang, aku lapar bang" ucap Rendy takut.

Salah satu resiko mencopet, mengemis, atau mengamen di terminal dan pasar tradisional adalah adanya uang keamanan dan jika ada yang main masuk seperti Rendy, maka Ia akan mendapat pendisiplinan.

"gak usah banyak ba**t, masih kecil sudah mencopet" ucap salah satu preman Geram.

Rendy memberanikan diri untuk kabur dan dengan badan kecil Ia bisa menghindari ketiga preman itu akan tetapi dikarenakan Ia sangat lapar membuat Ia lemas dan akhirnya tertangkap "bocah kurang ajar, jika begini harus diberi pelajaran" ucap salah satu preman mengambil dompet yang terjatuh ke tanah.

...

Saat ini Rendy tengah dipukuli, satu orang memegangi tangan yang lain menghajarnya "agar jera kenapa gak bikin aja bekas luka pakai pisau lipat itu atau buat cacat agar bisa kita suruh mengemis, uangnya pasti bisa kekumpul banyak" kata orang yang menahan kedua tangan Rendy mengingatkan pada rekannya yang terlihat lelah memukuli seorang bocah kecil.

Dan preman yang lainnya yang tengah membuka dompet saat temannya mendekatkan pisau kewajah kecil Rendy, Ia tiba-tiba terjatuh dan pingsan sebelum membuka dompet, "bisa kalian hentikan aksi kekerasan kalian" ucap orang yang membuat preman tadi pingsan.

Karena marah dan panik pada orang yang tiba-tiba membuat kesenangan mereka terhenti membuat kedua orang itu mengkroyok orang tadi dan dalam sekejap kedua orang itu dibuat pingsan.

Setelah menghajar ketiga preman itu Ia berjalan mendekati Rendy dan dalam sekejap Rendy menyadari bahwa orang yang menyelamatkannya adalah orang yang tadi Ia copet, perasaan takut dengan cepat mengalir keseluruh tubuhnya 'apa aku akan di hajar ramai-ramai atau diarak seperti teman-temanku yang lain, atau bahkan akan dibak-'pikirannya terhenti.

"apa kamu tidak apa-apa?" tanyanya memecah pikiran Rendy dan Ia hanya membalas dengan anggukkan kecil.

"bisa kembalikan dompetku" ucapnya membuat Rendy terkejut.

"i-ini,"dengan gugup dan tangan gemetar ia memberikan dompet yang jatuh didepannya akan tetapi balasan orang itu.

"keluarkan juga yang ada di sakumu, yang itu dompetku kan!"ucapnya lembut dengan senyuman.

'ba-bagaimana ia tahu trik untuk membodohi preman wilayah ini' batin Rendy "ma-maaf" ucapnya gugup.

Setelah ia menerima dan memeriksa dompetnya "kalo begitu berhentilah mencop-".

Gggrrruuuu..

Suara perut Rendy yang tak bisa menaha lapar lagi "ak-aku dua hari tiga malam belum makan apa-apa, karena itulah aku mencopet"

"kalo begitu mau makan apa?, aku belikan!" ucapan itu membuat Rendy terkejut lagi, tidak hanya orang ini menolong dirinya tetapi juga memaafkan bahkan membelikan makan dan juga tak melaporkan dirinya kepihak berwajib.

"te-terimakasih, ku-kupikir aku akan mengalami nasib se-seperti teman-temanku yang lain dan ku-kupikir abang akan meragukan ucapanku" ucap Rendy tergugup dibarengi tangis dan tangisan itu membuat beban aneh dipundaknya menjadi agak hilang.

Sang penyelamatnya terlihat tersenyum aneh seakan terganggu dengan ucapan Rendy dan tiba-tiba "akhirnya 'Ia' pergi" gumam penyelamatnya membuat Rendy berhenti menangis "jangan khawatir mataku tak bisa di bohongi dan lagi pula aku seorang wanita".

"eh" Rendy melihat sosok penyelamatnya yang mendekatkan dompet panjang dan mengedipkan sebelah matanya, setelah Ia mengusap kepala Rendy dan tersenyum lembut.

"namaku Agnes aulia sari, nama adek kecil?" tanyanya mengulurkan tangan membantu Rendy yang masih terduduk ditanah.

"Re-rendy tante"

"ayo kita mengisi perutmu dulu" Rendy diajak wanita itu untuk setidaknya makan sesuatu diwarung, dengan badan yang kecil dan mungil membuat wanita tersebut merasa khawatir serta simpati terhadap Rendy.

Setelah makan ibu Agnes serta Rendy pergi ke pihak berwajib untuk melaporkan tiga preman pingsan digang dan tak membawanya kedinas sosial kenapa ibu Agnes melakukan itu.

Beberapa lama setelah memberikan keterangan pada pihak kepolisian Rendy di ajaknya pulang kerumah dari ibu Agnes untuk mandi dan membersihkan tubuhnya.

Rumah yang Ia lihat setelah sampai adalah rumah dengan cat dinding serba putih berlantai dua serta kolam ikan yang ditengah kolam terdapat pulau kecil dengan pohon bonsai, rerumputan serta bunga-bunga indah dipot-pot yang berjejer rapi kata yang dapat dijelaskan adalah "rumah megah yang sangat minimalis".

Rendy dibawa kedalam dan dimandikan, setelah Ibu Agnes melihat bekas luka-luka sayatan dan lebam sekujur tubuh serta gigitan anjing ditangan kanan membuat Ia menahan Air mata, "kenapa Tante baik padaku?" tanya Rendy setelah memakai pakaian.

"panggil aku bunda, mulai sekarang Rendy adalah anak bunda" kata ibu Agnes mengusap wajah Rendy lembut menahan air mata.

"Bu-bun-bunda" kata rendy tergugup dikarenakan belum pernah sekalipun merasakan kasih sayang seorang ibu sebelumnya, ibunya yang jarang ada dirumah karena bekerja diuar negeri sedangkan sang ayah yang kurang memberinya kasih sayang.

Setelah mendengar ucapan Rendy, ibu Agnes memberikan senyum hangat, "aku akan menjawab pertanyaanmu tadi" Ia mengusap pipi lembut Rendy dan fokus memandang wajah mungilnya.

"itu karena dari mata Rendy!, dari matamu Bunda bisa tahu seberapa banyak kekerasan, kesedihan, dan keputusasaan yang Rendy alami sampai memiliki mata seperti itu, dan itu bukanlah mata yang harus dimiliki oleh anak kecil sepertimu" ucapnya sembari memeluk tubuh mungil yang telah merasakan kerasnya dunia.

Rendy menangis ditengah hangat pelukan seseorang yang bisa dipanggil bunda "tidak apa-apa, kamu adalah anak bunda sekarang"

Dan seseorang yang tak mengerti suasanapun datang, "sayang aku pula-" ucap seseorang yang terhenti setelah melihat adegan itu dan menjatuhkan tas bawaannya.

Sosok itu berlari dan menarik mundur ibu Agnes dari Rendy dan menceramahinya "sa-sa-sayang, apa ini?, walaupun kita belum dikarunia buah hati tapi tindak penculikan ini terlalu berlebihan atau jangan-jangan kam-"sebuah pukulan tepat di uluhati membuat Ia meringkuk kesakitan.

"haah, kamu masih kekanakan disituasi ini sayang"ucap ibu Agnes setelah menghembuskan nafas lelah.

"I-ini ka-KDRT sa-sayang, ji-jika ingin mengingatkan jangan pake tangan".

"ya-ya, ini jadi mengingatkanku saat-saat pertamakali kita bertemu, maaf Rendy jadi meninggalkanmu orang yang meringkuk ini adalah suami tercintaku" ibu Agnes memperkenalkan suaminya.

Akan tetapi rendy berlindung dibelakang Ibu Agnes dan terlihat ketakutan "jadi namamu Rendy, namaku Ahmad sutopo jangan takut om gak gigit kok" ucapnya bangkit. "hei sayang, apa anak ini sangat pemalu seperti ini?"

Ibu Agnes hanya menggelengkan wajahnya dan dengan lembut dan hati-hati mendekatkan Rendy kesuaminya.

"tak apa-apa Rendy, dia bukan ayah yang jahat seperti ayahmu"

Ibu Agnes menceritakan kembali apa yang mereka alami pada suaminya dan Rendy juga menceritakan kejadian sebelum bertemu dengan Ibu Agnes, ibu Agnes menutup mulutnya dan menahan air mata sedangkan sang suami hanya memandang iba dan simpati, karena Ia melihat tubub Rendy ketika dimandikan membuat Ia percaya semua cerita itu.