Ibukota Kekaisaran

Duan menggendong Anan Tian memasuki penginapan. Sebenarnya Anan Tian sudah menolak untuk digendong setelah makan. Namun langsung ditolak oleh Duan dengan alasan luka dipunggung anak itu. Pada kenyataannya, Duan terlanjur menyukai anak kecil tampan ini. Dia benar-benar terpikat. Mereka memasuki kamar dengan model kuno. Tempat itu bersih dan rapi, Duan dengan senyuman ramah menurunkan Anan Tian kecil di tempat tidur.

"Kakak, kapan kita berangkat menuju sekte?" mendengar suara kekanakan itu membuat hatinya terasa hangat. Dipanggil dengan sebutan kakak oleh anak tampan ini menimbulkan perasaan aneh di lubuk hatinya. Tangannya mengelus kepala anak yang terlihat polos di depannya.

"Besok pagi, kecuali kau mau berkeliling kota terlebih dahulu. Kita bisa menundanya." Jawabnya seraya tersenyum. Anan Tian mencibir dalam hati saat melihat wajah tampan pria itu, apa-apaan elusan kepala ini? Mengapa terasa seperti dia sedang mengelus bulu anjing!? Anak itu berpikiran bahwa mungkin saja dia ditakdirkan menjadi Dewa Anjing. Hal itu membuatnya sedikit jengkel.

Anan Tian menggeleng pelan Ia berpikir bahwa semakin cepat mereka sampai ke sekte maka akan semakin baik. Duan tersenyum dengan wajah yang berseri-seri lalu dia kembali mengelus kepala Anan Tian dengan penuh kasih sayang entah mengapa dia selalu tergoda untuk mengelus kepala anak itu. Duan kemudian menepuk-nepuk kasur bermaksud untuk menyuruh anak berumur delapan tahun itu untuk tidur. Dia mengira bahwa perjalanan yang mereka tempuh pasti membuat anak kecil itu merasa lelah.

Keesokan harinya, mereka melanjutkan perjalanan dan tidak sampai tengah hari mereka kembali memasuki sebuah kota. Namun kali ini kota yang mereka masuki lebih besa. Menurut penjelasan dari Saudara Fan, kota tersebut merupakan ibukota kekaisaran dimana tempat mereka tinggal berada. Mata Anan Tian berbinar cerah saat melihat sekeliling, sifat kekanak-kanakan nya tanpa sadar tampak begitu alami dan hal itu membuat Duan merasakan kehangatan tersendiri dalam lubuk hatinya, dia semakin menyukai anak ini.

Ibukota Kekaisaran batu hitam merupakan salah satu kota terbesar di Dinasti Biru Langit. Dinding kota terbuat dari bebatuan alami yang sudah ada sejak dahulu kala. Sebagai kota besar, ada banyak orang yang berlalu lalang. Kota ini dipadati oleh pedagang dan pelancong yang tertarik untuk mengubah hidup mereka disini. Kota ini memiliki 2 area, area dalam dan area luar yang dibatasi dengan dinding batu. Istana kekaisaran berada di area dalam. Selain area tersebut, ada juga area terlepas yang ditempati oleh Sekte Bumi Langit. Area terlepas merupakan tempat dimana Sang Kaisar akan kesulitan mengontrolnya. Sekte berada di arah selatan ibukota, disana ada beberapa pegunungan yang ditempati oleh para tetua sekte.

Anan Tian menatap takjub gerbang besi berkilau yang menjulang tinggi di depannya. Dia dapat merasakan energi misterius terpancar keluar dengan hawa intimidasi yang kuat. Ini adalah pintu masuk Sekte Bumi Langit, sekte terbesar dan terkuat di Dinasti Biru Langit. Konon katanya, kekuatan sekte ini sangat menakutkan dan ada banyak pendekar kuat yang bersembunyi dibalik bayangan guna melindungi sekte dari ancaman dunia bawah. Sejarah pernah mencatat peristiwa penghancuran sekte ini yang dilakukan oleh sekte kuat lainnya dengan membentuk aliansi besar-besaran. Namun pada akhirnya mereka gagal total, bahkan tidak ada sehelai rumput yang tercabut dari tanah. Saudara Fan menceritakan banyak hal hebat tentang sekte ini hingga terdengar seperti dilebih-lebihkan.

Saat melewati gerbang, dua orang siswa sekte menyambut mereka. Mata Anan Tian yang lebih tajam daripada seekor elang menyadari tingkah aneh kedua siswa ini. Mereka sedikit bergetar dan wajah mereka sedikit pucat, itu terjadi saat Saudara Duan yang menggendongnya melewati gerbang. Setelah agak jauh, Anan Tian masih melihat kebelakang dan mendapati kedua orang tersebut seperti bernapas lega. Apakah pria tampan ini sangat menakutkan?

Tidak hanya sampai disana. Bahkan saat beberapa siswa berpapasan dengan mereka, reaksi yang sama terulang. Terkhusus murid perempuan, dia juga mendapati ketertarikan yang dalam disamping rasa takut. Saat pandangan mereka tertuju pada Anan Tian kecil yang digendong, kehebohan beberapa kali terjadi.

"Lihat anak itu! Astaga, apa dia manusia?"

"Dia sangat tampan dan juga bernyali tinggi! Bagaimana bisa dia membuat Senior Duan menggendongnya seperti itu?"

"Dasar idiot! Senior Duan pasti sangat menyukai anak itu, lihatlah wajah Senior Duan yang berseri-seri."

"Anak itu sangat beruntung. Selain punya wajah yang terlalu luar biasa, aku yakin dia pasti punya bakat yang istimewa."

"Kau benar, mungkin gunung terasing akan menambah jumlah anggotanya."

"Kita harus bisa mengambil hati anak ini. Lihatlah, dia masih muda dan polos."

Sepanjang jalan dia mendengar diskusi singkat para siswa dan itu membuatnya sedikit bingung. Ada beberapa hal yang dia tidak mengerti, seperti apa itu gunung terasing? Mengapa itu disangkutpautkan dengan kehadirannya? Anan Tian menatap wajah Saudara Duan yang terlihat cerah. Dia menggerakkan jari telunjuk kecilnya dan mengetuk pelan pipi Saudara Duan. Mendapat perlakuan yang terkesan manja itu, Duan menoleh dan melihat mata penasaran khas anak kecil.

"Kakak, apa itu gunung terasing?"

"Gunung terasing? Itu tempat tinggalku. Nanti kau akan tahu." Dari sudut pandang Anan Tian, pria ini bertingkah sok misterius. Itu terkesan menyebalkan.

"Adik Tian, gunung terasing merupakan tempat yang luar biasa! Aku selalu ingin tinggal disana." Saudara Fan yang mendengar pertanyaan anak itu menjawab dengan antusias, berbeda dengan orang yang menggendong Anan Tian.

"Kalian tidak tinggal di tempat yang sama?"

"Bagaimana orang sepertiku bisa tinggal disana? Bisa melakukan misi bersama Senior Duan sudah menjadi keberuntungan terbesarku! Kau tahu, hanya siswa dengan bakat istimewa yang bisa tinggal di tempat itu. Walaupun kau mempunyai bakat yang luar biasa, hal itu tidak cukup untuk memberimu peluang bisa tinggal disana." Wajah Fan agak lesu saat menjelaskan hal itu.

"Bukankah itu artinya aku hanya membuang waktu dengan pergi kesana bersama kakak Duan? Kakak Fan, gendong aku. Aku ingin tinggal di tempatmu." Anan Tian merentangkan tangannya dan hal itu membuat Duan tidak senang. Dia memberikan tatapan tajam pada adik juniornya. Fan tersenyum kecut seraya menggeleng pelan. Mengapa bocah ini mempersulitnya? Tidakkah dia bisa tanpa sengaja terbunuh disini?

Melihat respon Fan yang kurang mengenakkan, dia menatap saudara Duan yang masih memasang wajah mengancam. Pria ini keterlaluan, dia seakan ingin memonopoli Anan Tian untuknya sendiri. Dimana karakter keren yang muncul saat pertama kali? Anan Tian sendiri sempat berpikir bahwa pria ini seorang lolicon, itu membuatnya sedikit jijik. Walaupun Anan Tian memiliki jiwa seorang pembunuh berhati hitam, sejak menyatu dengan tubuh ini membuat sifat bawaan khas anak kecil muncul. Apalagi tubuh ini milik seorang pangeran kecil kesayangan kaisar, tentu saja dia sangat manja. Terkadang dia tidak mengerti mengapa dia bisa bertingkah seperti itu. Menurutnya, bersikap seperti anak manja sangat memuakan namun dia seperti kecanduan!