Second Meet

Semua organisasi, tempat, kasus dan kejadian dalam cerita ini hanyalah fiksi.

°°°

Jaehyun tengah duduk santai di ruang Kantornya sambil menikmati segelas Kopi dipagi hari. Dia sedang memikirkan percakapannya dengan Kakek semalam yang sukses membuatnya tidak bisa tidur.

Flashback

Kakek meminta Jaehyun untuk menemuinya setelah selesai dengan pekerjaan kantor yang tentu saja mau tidak mau harus disetujui oleh Jaehyun. Sesampainya di mansion milik Kakek Jung, Jaehyun mendapati Kakek yang sudah menunggunya di ruang tamu. Setelah Jaehyun sudah duduk di hadapan sang Kakek, perbincangan pun dimulai.

"Jaehyun, apa Kau sudah menemukan solusi atas permintaan Kakek? Ku pikir tidak akan sulit bagimu untuk mengabulkannya. Kakek tidak pernah meminta apapun darimu. Hanya ini permintaan Pertama dan terakhir Kakek padamu, Jaehyun." Ucap Kakek panjang lebar.

"Iya Kek, Aku akan mengabulkannya. Tapi Aku harus menikah dengan siapa? Kakek kan tahu sendiri tunanganku sedang terbaring Koma sekarang." Jaehyun sungguh tidak tahu harus bagaimana lagi. Disisi lain Dia ingin membahagiakan Kakek, namun disisi lainnya Dia bingung harus berbuat apa.

"Kakek ingin memberi saran."

"Saran apa?"

"Menikah saja dengan gadis lain, istilahnya Kau hanya membayarnya untuk melahirkan anakmu. Tapi Kalian harus menikah untuk menjaga reputasi keluarga Kita. Kakek tidak mau ada desas desus kalau Kau menghamili anak orang diluar nikah."

Apa yang dikatakan Kakek sungguh membuat Jaehyun bagai ditusuk tombak Trident milik Dewa Poseidon! Apa Kakek sudah tidak waras? Membayar seorang wanita hanya untuk kepentingan pribadi? Memangnya jaman now mana ada perempuan yang mau melakukan itu semua hanya demi uang.

"What? Are you insane, Kek? Memangnya siapa wanita gila yang mau menjual tubuh dan rahimnya karena uang?"

"Pasti ada. Kau akan menemukannya Jaehyun-a. Menggunakan sedikit ancaman juga ide yang bagus" Ujar Kakek dengan gerakan berbisik sambil tersenyum ke arah Jaehyun.

"Mengancam siapa lebih tepatnya?"

Tiba-tiba kakek melemparkan sebuah amplop besar berwarna cokelat ke atas meja yang segera saja dibuka oleh Jaehyun. Isinya adalah beberapa lembar foto dan kertas berisi data informasi mengenai seseorang yang di foto tersebut. Jaehyun memandangi foto tersebut lamat-lamat dan itu sukses membuat Jaehyun melebarkan mata saking terkejutnya.

"Hah? Dia kan gadis yang kemarin menabrakku!"

"Wah rupanya Kau secara tak sengaja sudah bertemu dengannya ya?"

"Iya. Dia sungguh gadis bertemperamental buruk asal Kakek tahu."

Jaehyun sungguh tak menyangka Kakek akan merekomendasikan Dokter pemarah itu padanya. Tidak ada gadis lain apa selain Dia. Ehm, bukannya Jaehyun terlalu mau. Pikirnya lebih baik tidak usah karena Dia tidak ingin mengkhianati Chaeyeon.

"Bagaimana lagi. Kakek sudah menjatuhkan pilihan padanya. Ayolah Jae, hanya sampai Anakmu lahir Kau akan hidup bersamanya. Setelah itu terserah Kau mau menceraikannya atau malah melanjutkan pernikahan Kalian."

"Tidak bisakah Kita tunggu sampai Chaeyeon bangun?"

Jaehyun berharap Kakek akan mengiyakan keinginannya. Tapi Jaehyun salah besar, Dia seharusnya tahu Kakek itu seperti apa jika sudah membuat keputusan.

"Cih, Kau mau menunggunya dan Kakek sudah mati duluan sebelum Dia bangun begitu?"

Jaehyun jadi tidak tega mendengar Kakek berkata seperti itu. Bagaimanapun juga Kakek begitu menyayangi Jaehyun, selalu mengikuti kemauan Jaehyun. Apa sekarang giliran Jaehyun memenuhi permintaan Kakek?

"Bukan begitu Kek, Baiklah. Aku akan melakukannya. Tapi... Berikan alasan kenapa harus gadis pemarah ini sih?"

Jaehyun menunjukkan tampang jengkel mengingat gadis itulah yang akan menikah dengannya.

"Dia adalah penerima beasiswa tetap Yayasan JH Foundation mulai dari SMA hingga selesai program spesialis. Sekarang tercatat sebagai salah satu Spesialis Kandungan terbaik di JH Hospital. Tidakkah Kau membayangkan betapa pintarnya Dia? Mengingat JH Foundation tidak main-main dalam memberikan beasiswa, hanya Siswa dan Mahasiswa yang benar-benar Jeniuslah yang dapat menerimanya." Jelas Kakek tanpa jeda.

"Lalu apa hubungannya? Hmm lihat ini, Dia bahkan bukan dari kalangan seperti Kita, Yatim piatu dan hanya tinggal bersama adik laki-lakinya."

Jaehyun heran, benarkah Kakek akan mengijinkannya menikah dengan gadis biasa-biasa saja? Bukankah Kakek dari dulu selalu mengatakan Jaehyun harus mencari pendamping yang derajatnya setara dengan mereka. Tapi apa sekarang, Kakek malah merekomendasikan gadis dari kalangan yang tak sama dengan mereka.

"Tentu saja karena Kakek ingin memiliki cucu yang cerdas. Kau tidak pernah membaca riset? Penelitian membuktikan bahwa Kecerdasan anak diwariskan dari Gen Ibunya!"

Kakek begitu menggebu-gebu. Alasan yang sangat tak bisa diterima. Hanya karena itu Kakek memilih gadis ini? Astaga! Semakin tua semakin aneh-aneh saja keinginan Kakek.

"Hanya karena itu? Aku juga pintar Kek. Aku bahkan yang terpintar diangkatanku!" Jaehyun jelas tak terima. Kakek seolah meremehkan kecerdasannya.

"Lalu bagaimana jika Kau menikah dengan gadis bodoh dan Anakmu akan mewarisi gen gadis bodoh itu? Kau bisa jamin anakmu akan sepenuhnya mewarisi kecerdasanmu? Kau bukan Tuhan jika Kau lupa."

Jaehyun sudah lelah berselisih paham dengan Kakek.

"Baiklah. Baiklah. Aku akan menikahi gadis ini. Tapi Jika Dia menolak?"

"Dia tidak akan menolak. Beasiswa adiknya jadi taruhan."

Kakek menyeringai ke arah Jaehyun.

"Jadi adiknya juga penerima beasiswa tetap JH Foundation? Wah Keluarganya memang dipenuhi oleh orang-orang pintar." Jaehyun setengah kagum mengetahui fakta ini, Ia akui itu.

"Maka dari itu, Jika dia menolak tinggal Kau ancam saja Dia dengan itu."

"Baiklah. Semoga Dia akan setuju tanpa Aku mengancamnya."

"Kakek sudah mengatur pertemuan Kalian. Besok jam sepuluh pagi di private room restoran Pierre Gagnaire Seoul." Kakek memang sudah merencanakan ini semua matang-matang.

"Baiklah. Jika tidak ada yang perlu dibahas lagi, Aku pulang dulu Kek."

Jaehyun ijin undur diri dari hadapan Kakek untuk pulang ke penthouse miliknya. Jaehyun memang sudah hidup sendiri semenjak menjadi CEO.

End Of Flashback

At Pierre Gagnaire Seoul Restaurant

Jaehyun dan Nara kini tengah duduk berhadapan di private room restoran yang telah direservasi oleh Kakek Jung. Untuk sesaat tidak terjadi percakapan diantara kedua insan tersebut. Terlebih Nara yang terlihat bingung sebab Dia baru saja selesai melakukan Caesarean Section pada pasiennya ketika seseorang dengan penampilan layaknya pengawal tiba-tiba muncul di hadapannya, membungkuk hormat dan mengatakan bahwa CEO nya yang memintanya untuk menjemput Nara.

Lee Nara pun mengikuti pengawal itu karena Dia pikir Orang yang disebutnya CEO itu mungkin mau menyampaikan sesuatu yang penting.

Nara begitu terkejut setelah masuk ke dalam private room dan mendapati CEO yang dimaksud adalah orang yang bertabrakan dengannya kemarin. Bayangkan betapa malunya Nara saat ini. Apalagi sekarang mereka tengah duduk berhadapan.

Ini adalah pertemuan kedua mereka. Pertemuan pertama tidak begitu berjalan mulus sehingga sedikit menciptakan suasana canggung bagi keduanya.

Menurut Jaehyun, Lee Nara lumayan cantik. Memiliki kulit putih mulus dan wajah blasteran yang jarang dimiliki gadis Korea pada umumnya. Tidak buruk pikir Jaehyun.

"Tuan. Saya minta maaf atas kejadian kemarin, dan Maaf juga karena sudah berani berteriak padamu." Ucap Nara sopan disertai senyuman.

"Lupakan saja kejadian itu. Aku bukan tipe lelaki pendendam. Sebaiknya Kita makan terlebih dahulu, baru setelah itu Aku akan memberitahumu maksud dari pertemuan ini."

Jaehyun kemudian mulai menyantap makanan di hadapan mereka yang ternyata sudah dihidangkan tepat ketika Nara sampai di restoran itu. Lee Nara mengikuti jejak Jaehyun dan mengambil beberapa menu yang tersedia.

Mereka hanya makan dalam diam. Sesekali Nara mencuri pandang ke arah Jaehyun yang tengah serius mengunyah makanannya.

Tampan. Itu pendapat Nara. Namun tampan saja tidak cukup. Nara harus menelaah kembali sikap Jaehyun yang asli. Lihat saja Nanti.

Tak selang berapa lama mereka telah meyelesaikan acara makan pagi menjelang siang mereka. Setelah menuntaskan makanan penutup, kini Jaehyun bersiap-siap mengatakan maksudnya bertemu gadis ini. Entah bagaimana reaksinya nanti, Jaehyun tidak mau peduli.

"Jadi, Lee Nara-ssi. Menikahlah denganku."

"Uhuk uhuk!"

Nara yang sedang meneguk air mineralnya seketika tersedak mendengar apa yang dikatakan CEO Muda di depannya ini. Apa pria ini terlalu banyak makanan mengandung MSG sehingga mengganggu sistem saraf otaknya?

"Ex.....cuse me?"

Nara sulit untuk mencerna kata-kata yang dilontarkan Jaehyun barusan. Memangnya mengajak menikah hanya semudah mengajak nonton film sambil makan popcorn apa? Terlebih mereka orang asing!

"Menikahlah denganku. Apa kurang jelas?"

"Sangat Jelas. Tapi kenapa harus Saya? Kita baru saja kenal dan tidak memiliki hubungan apa-apa."

"Hubungan Kita akan dimulai setelah menikah nanti." Ucap Jaehyun dengan seringaian manisnya.

"Apa mungkin Tuan sudah hilang Akal?" Nara bertanya dengan posisi jari telunjuk bergerak melingkar disamping kepalanya. Seolah mengatakan jika Jaehyun sudah gila karena omong kosongnya itu.

"Aku sangat waras. Alasannya karena Kau adalah gadis yang dipilihkan Kakek untukku."

"Bagaimana Kakekmu bisa mengenalku?"

"Tentu saja Kakek mengenal semua penerima beasiswa tetap Yayasan JH Foundation. Ingat?"

Nara menganga mendengar penjelasan Jaehyun. Dia melupakan fakta bahwa Dia bisa menyelesaikan program spesialisnya karena Beasiswa dari Yayasan milik lelaki di depannya ini.

"Memangnya Kau tak punya kekasih?"  Karena ide gila ini bahkan Nara telah menanggalkan sikap formalnya terhadap Jaehyun tadi.

"Aku punya tunangan yang Aku cintai, tapi sekarang Dia sedang terbaring Koma karena kecelakaan yang menimpanya. Dan Kakek memintaku untuk menikah denganmu."

Nara merasa ada yang tak beres. Jangan bilang...

"Kau benar sekali. Aku memintamu menikah denganku dan memberiku keturunan." Seolah dapat menebak apa yang dipikirkan Nara, Jaehyun menjawabnya dengan gamblang.

Itu kan benar dugaan Nara.

"Jadi maksudmu Aku seperti menjual tubuh dan rahimku begitu?" Tanya Nara tak percaya.

"Benar sekali Nona. Tapi tetap akan ada pernikahan karena Aku tidak mau reputasi keluargaku hancur jika menghamili anak orang diluar nikah." Jaehyun mengucapkannya tanpa beban sama sekali.

"Jika Aku menolak?" Nara seolah menantang Jaehyun dengan senyum nakalnya yang tiba-tiba Ia pamerkan. Jaehyun tak menyangka gadis ini agresif juga.

"Beasiswa adikmu taruhannya, dan juga pekerjaanmu tentu saja."

Nara sudah menduga Jaehyun akan menggunakan itu sebagai ancaman.

Asal Jaehyun tahu saja, Nara bukanlah gadis lugu yang takut akan apapun. Nara adalah gadis pemberani, terang-terangan, sarkastik dan tidak munafik.

"Kau tidak perlu mengancamku, Tuan. Aku akan dengan senang hati menerimanya, lagian Kau kaya dan tampan. Aku tidak bodoh untuk melewatkan kesempatan emas ini." Ucap Nara disertai seringaian khasnya.

"Dasar murahan. Ku kira Kau adalah gadis polos yang akan menolak mentah-mentah." Jaehyun terkekeh pelan mengetahui bahwa Nara tidak sepolos yang Ia pikiran. Gadis itu berani juga rupanya.

"Sesukamu saja menyebutku apa. Jadi apa saja tugasku nanti?"

"Kau hanya perlu menikah denganku dan melahirkan seorang anak untukku. Hidupmu juga akan terjamin selama hidup denganku maupun setelah Kita bercerai nanti. Dan juga, beasiswa adikmu aman."

"Selama Kau memberikan imbalan yang setimpal, Anything for you Tuan. Kuanggap ketampananmu sebagai bonus."

Nara telah menyetujui kesepakatan itu. Bukan tanpa alasan, sebenarnya Nara sedikit terpengaruh dengan ancaman Jaehyun. Tapi Dia tidak mau menampakkan ketakutannya di depan Jaehyun. Dia tidak boleh terlihat lemah di depan lelaki itu.

Lagian untuk apa mempertahankan harga diri yang menurut Nara sudah tak berarti. Sekarang Dia hanya punya Lee Jeno, dan Dia akan melakukan apapun untuk melindungi Jeno.

***