Shen Mochen mengangkat dagunya, lalu dia kembali menatap Taozi tanpa ekspresi, "Lagi pula, menurutku dia terlihat sangat bersemangat akan hal ini. Bahkan, ayahku juga menepuk pundakku, menyuruhku untuk tenang dan mengatakan kalau dia bisa menangani hal ini semua." katanya.
"Kalau begitu… Maksudmu…" ucap Taozi dengan ragu. Sepertinya dia sedikit mengerti apa maksud perkataan Shen Mochen.
"Kan ayah dan ibumu tidak ada di rumah, suruh saja ayahku untuk pergi. Bukannya seorang ayah mertua juga seorang ayah…" jawab Shen Mochen. Kini, terpancar cahaya dari kedua matanya yang dingin.
"Memangnya boleh?" tanya Taozi yang sedikit belum santai.
"Orang tua ya… Ayahku kan juga orang tuamu," jawab Shen Mochen sambil menganggukkan kepalanya dengan yakin. Nada bicaranya yang yakin pun akhirnya membuat Taozi merasa lebih tenang.
Taozi pun akhirnya menghela napas panjang dan menjawab, "Baiklah…"
※
Keesokan harinya,
Shen Mochen dan Taozi masuk bersama ke ruangan kantor BK tersebut. Guru BK yang garang itu memperhatikan dua anak yang sedang berdiri di depannya. Lalu, dia melihat Profesor Shen yang berdiri di belakang Shen Mochen dan Taozi, "Anda…?" tanya guru BK.
"Oh, maaf saya lupa memperkenalkan diri saya. Saya ayah Shen Mochen." jawab Profesor Shen sambil memperkenalkan dirinya dengan senyum merekah di wajahnya.
Sebenarnya, dalam hati Profesor Shen kini, dia merasa sangat bersemangat. Selama ini, anaknya tidak pernah berbicara ketika mendapat nilai sempurna. Dari awal pun dia tidak pernah berbuat masalah. Berbeda ketika dia melihat rekan kerjanya dalam 3 hari, karena selalu ada 2 orang yang dipanggil ke sekolah. Sedangkan dirinya sama sekali belum pernah merasakan rasanya ketika dipanggil ke sekolah. Ada satu perkataan yang menarik, kalau seorang kepala keluarga belum pernah dipanggil ke sekolah, maka belum lengkap hidupnya.
Profesor Shen merasa, di mata guru-guru Shen Mochen, dirinya selama ini tidak pernah dianggap keberadaannya. Inilah yang membuatnya sangat frustrasi. Karena itu, ketika kemarin Shen Mochen berbicara dengannya kalau pihak sekolah memanggil dirinya, dia langsung mengiyakannya dengan penuh semangat.
Shen Mochen tidak membicarakan masalah apa yang terjadi, dia hanya berkata kalau orang tua Taozi sedang tidak berada dirumah. Shen Mochen kemudian bertanya, apakah ayahnya juga bisa datang sebagai ayah Taozi. Profesor Shen yang mendengarnya semakin merasa senang, akhirnya dia bisa merasakan bagaimana rasanya dipanggil oleh sekolah.
"Oh, anda pasti Profesor Shen. Saya sudah mendengar tentang anda." kata Guru BK tersebut sambil menaikkan kacamata ke atas hidungnya. "Nilai putra bapak ini sangat bagus, bahkan sempurna. Aku melihat informasinya juga, kalau keluarga kalian juga merupakan keluarga yang berpendidikan. Saat ini, saya ingin membicarakan bahwa dalam proses perkembangan seorang anak harus melewati satu tahapan. Saya tahu, pekerjaan anda mungkin terbilang cukup sibuk hingga kurang memperhatikan anak bapak. Tapi dalam usia saat ini, mereka sangat mudah tertarik oleh suatu hal, kalau salah jalan maka juga bisa berakibat fatal," lanjutnya dengan serius.
"Benar benar!" jawab Profesor Shen dengan sangat antusias mendengar penjelasan guru BK yang penuh gairah. Tidak lupa, ekspresinya saat ini seperti seseorang yang mentaati semua perkataan guru perempuan di depannya ini.
"Tentu saja, ini juga bukan satu-satunya kesalahan anak bapak, ini adalah urusan mereka kedua. Karena itu, aku baru bisa memanggil orang tua kedua belah pihak untuk membicarakannya." kata Guru BK sambil mengangkat tangannya dan melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, "Keluargamu mengapa belum datang?" tanyanya kemudian pada Taozi.
"Aku…" jawab Taozi yang ketika bersiap akan berbicara, Profesor Shen kemudian langsung maju selangkah dan tersenyum sambil berkata, "Saya orangtuanya."
"..." Guru BK hanya diam saja dan akhirnya tersadar setelah terdiam cukup lama, "Bukannya anda adalah ayah Shen Mochen?" tanyanya penasaran.
"Benar, saya juga orang tua dari Su Tao." jawab Profesor Shen.
"Kalian berdua kakak beradik?" tanya Guru BK itu sambil memandangi Shen Mochen dan Taozi secara bergantian. Karena, bahkan mereka tidak terlihat mirip.
"Oh, bukan bukan. Shen Mochen adalah anak saya, Su Tao adalah menantu saya." jawab Profesor Shen dengan sangat percaya diri...