Keduanya sama-sama diam dalam perjalanan pulang itu. Hanya ada suara musik yang pelan yang menutupi suara detak jantung mereka yang berdetak lebih cepat. Keenan fokus pada jalanan di depannya sedang Rhein sibuk menata hatinya sembari menatap ke luar jendela di sampingnya. Sesekali tatapan mereka bertemu dan menimbulkan desir di hati mereka.
Rhein memejamkan matanya dan beberapa kali mengambil nafas panjang untuk menetralisir debaran dadanya yang makin kencang tapi usahanya sia-sia.
"Langsung pulang? Atau kita mau kemana?" tanya Keenan memecah kesunyian di antara mereka.
"Terserah," jawab Rhein pelan. Sebenarnya dia ingin langsung pulang karena merasa sangat lelah karena tingkah Surya tadi tapi dia tak mengatakannya pada Keenan.
"Oke," jawab Keenan .
Suasana diantara mereka kembali sunyi. Keenan mengarahkan mobilnya ke jalan menuju pusat kota dan berhenti di sebuah bangunan dengan desain yang sangat mewah. Rhein baru tahu kalau itu adalah sebuah toko jam setelah mereka memasukinya karena melihat beberapa merek terkenal terpampang di sana dan sebagian dengan nama asing yang Rhein sama sekali belum pernah dengar.
Dua orang perempuan muda dan cantik menyambut mereka dan mempersilakan mereka untuk duduk di sofa dan memberi mereka minuman setelah kedua orang itu duduk. Kedua pelayan itu tampak saling berbisik sambil sesekali mencuri pandang pada Rhein membuat Rhein merasa tidak nyaman.
Tampaknya Keenan sering ke tempat ini karena kedua pelayan itu tampak menunjukkan sikap sok akrab meski Keenan tak menanggapi. Keenan mengatakan kalau dia ingin bertemu manager mereka, kedua pelayan itu berlalu dari hadapan Rhein dan Keenan dengan tatapan iri pada Rhein yang menunduk membuka-buka sebuah katalog di sebelah Keenan. Mereka merasa Rhein sangat tidak sebanding dengan Keenan yang tajir dan tampan sementara Rhein tampak sangat sederhana dalam pakaian kerjanya apalagi Rhein tak menggunakan riasan sama sekali karena riasan sederhananya telah luntur sejak dia masih di kantor.
Rhein masih melihat-lihat katalog jam yang harganya sangat fantastis menurutnya, satu jam itu harganya bisa beberapa tahun gajinya sebagai desainer grafis di kantor Surya saat manajer toko mendatangi mereka, manajer toko yang bernama Tio itu menyambut Keenan dengan akrab, Dia segera menyalami Keenan dan duduk di depan mereka.
"Cewek baru kamu, Keen?" tanya Tio sambil menatap Rhein yang masih asyik menatap katalog.
"Istriku," Keenan kalem.
Rhein mengangkat kepalanya dan menatap Tio yang sedang menatapnya tak percaya.
"Istri? Bukankah kau menikah dengan Cassandra?" Tio membulatkan matanya menatap Rhein kemudian Keenan tak sadar dengan pertanyaannya yang tak tanpa tedeng aling-aling.
Mata Rhein sedikit muram dan hatinya merasa sakit mendengar pertanyaan Tio kepada Keenan tapi dia berusaha menutupinya dengan tersenyum. Jadi benar, Cassandra adalah calon istri Keenan.
"Aku dan Cass tidak jadi menikah! Ini istriku, Rhein," terang Keenan, cuek.
Rhein menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kepada Tio.
"Tio," Mau tak mau Tio ikut mengangguk sambil tersenyum pada Rhein.
Gila si Keenan! Dibandingkan Cassandra, gadis itu tidak ada apa-apanya, kenapa malah dia, rutuk Tio dalam hati apalagi dia tahu kalau Cassandra sangat mencintai Keenan.
"Cass kecelakaan saat menuju hotel tempat acara pernikahan kami jadi aku menikahinya karena aku tak mau mengecewakan kakek," kata Keenan tanpa beban, tangannya segera terulur merangkul Rhein membuat gadis itu merasa jengah tapi dia tak berusaha untuk melepasnya.
Tio hanya menggelengkan kepalanya mendengar penuturan Keenan. Ya, dari dulu prioritas Keenan adalah kakeknya, Tio sedikit paham mengapa Keenan menikahi gadis ini, mungkin karena kakek yang memilih gadis ini.
Rhein merasa tidak enak mendengar pembicaraan kedua pria itu karena itu dia segera pamit ke toilet, Tio segera memanggil seorang pelayannya untuk mengantar Rhein ke toilet.
"Kamu gila! Kenapa tidak kamu tunda pernikahannya sampai Cass sembuh?" Tio menggeram, dia tak lagi menahan apa yang ingin dikatakannya karena Rhein sudah tidak ada diantara mereka.
"Aku akan gila kalau tidak melangsungkan pernikahan ini. Aku tak bisa membiarkan kakek sekarat karena pernikahanku gagal. Hari itu kakek sangat bahagia karena aku akhirnya mau menikah, aku merasa kakek pasti akan merasa malu karena semua undangan sudah datang dan kita sudah menunggu sangat lama kedatangan Cass tanpa berita sama sekali!"
"Lalu di mana kamu menemukan... siapa nama istrimu tadi?"
"Rhein! Dia juga menunggu calon suaminya tapi tidak datang-datang karena itu kami bersepakat untuk menikah," Keenan tersenyum.
"Dan dia setuju begitu saja?"
Keenan hanya terkekeh lalu tatapannya teralih pada Rhein yang berjalan ke arah mereka.
"Bagaimana pesananku kemarin?" tanya Keenan saat Rhein duduk di sebelahnya.
Tio segera menyuruh pelayanannya untuk mengambilkan pesanan Keenan, seorang pelayan membawa sebuah goodie bag dan diserahkan pada Tio kemudian Tio menyerahkannya kepada Keenan.
Rhein menunduk saat Keenan membuka kotak yang ada di dalam goodie bag itu, selintas dia melihat kotak itu berisi sebuah jam tangan perempuan, kalau Rhein gak salah ingat, itu adalah versi perempuan dari jam tangan yang dipakai Keenan. Tiba-tiba Rhein terkejut saat Keenan memegang tangannya dan saat dia masih dalam kekagetannya, Keenan telah telah memasang jam tangan itu di pergelangan tangan Rhein.
"Hadiah untukmu," Keenan tersenyum.
" Hadiah? Untukku?" tanyanya tak percaya, dia mendongak menatap Keenan mencoba mencari tahu kenapa Keenan memberinya sebuah jam tangan yang sangat malah untuknya. Meski Rhein baru tahu merk jam tangan yang melingkari jam tangannya tapi dia tadi sempat melihat harga jam dengan merk itu walau sekilas. Harganya ratusan juta!
"Iya, hadiah pernikahan kita. Simpan ucapan terima kasihmu di rumah, honey," ucap Keenan sambil mencium pipinya.
Rhein membeku dengan semua perlakuan Keenan, dia tak tahu harus berbuat apa, yang jelas saat ini wajahnya pasti telah memerah dan jantungnya berdebar dengan kencang, seluruh tubuhnya terasa lemas. Keenan tersenyum menatap Rhein, entah mengapa dia suka melihat keterkejutan di wajah Rhein.
Tio hanya bisa menatap Keenan tak berdaya sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal. Sungguh dia tak tahu ada apa dengan sahabatnya itu.
***
AlanyLove