Aku Mau Setengah dari Uang yang Aku Menangkan

Quan Rui tidak menjelaskan dengan jelas. Ia hanya menarik tangan Bai Ran dengan agak kuat, kemudian menarik Bai Ran masuk ke dalam pelukannya.

"Ah!" Bai Ran refleks memekik.

Setelah Bai Ran sadar, ternyata Quan Rui sudah duduk di kursi dan menariknya hingga ia terduduk di atas pangkuan Quan Rui. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa situasi bisa tiba-tiba berbalik drastis seperti ini. Setelah sejenak menenangkan diri, Bai Ran mulai berusaha untuk melepaskan diri. Namun, niatnya barusan terinterupsi saat Quan Rui mendekat dari belakangnya, lalu berbisik pelan di telinganya, "Ini kesempatan yang bagus. Apa kamu tidak ingin memberi sedikit pelajaran pada orang yang menindasmu sejak kecil?"

Bai Ran sangat kebingungan saat mendengar perkataan Quan Rui. Jelas, Bai Ran sangat sering ditindas dalam keluarga Jiang sejak kecil karena statusnya sebagai seorang putri yang tidak sah. Ia tidak pernah membantah apalagi melawan agar ibunya bisa hidup dengan tenang. Tetapi, malam ini... 

Meskipun Quan Rui yang berada di belakangnya ini menjengkelkan, perkataannya jelas cukup untuk membuat Bai Ran tergoda. Quan Rui sangat puas melihat wanita dalam pelukannya itu terdiam. Lalu, Quan Rui pun lanjut menggoda Bai Ran, "Jika kamu memenangkan permainan ini, aku akan membantumu mencari cincinmu yang hilang dan mengutus orang untuk mengantarmu pulang. Bagaimana?"

Quan Rui sengaja mengajak Quan Rui bernegosiasi. Mereka baru bertemu kurang dari setengah jam, tapi Quan Rui merasa dirinya sudah cukup mengerti tentang sifat Bai Ran. Jika ia bisa memberi Bai Ran perasaan aman yang cukup, Bai Ran pasti bisa melakukan hal yang ia suka. Kata-kata Quan Rui membuat Bai Ran merasa lega.

Bai Ran akhirnya menyadari bahwa ia sedang berada tempat perjudian. Kalau begitu… berarti bisa bertaruh uang? pikir Bai Ran sambil mengangkat alisnya. Kemudian, ia tiba-tiba mendapat sebuah ide. Ibunya sedang sakit parah, ayah sudah meninggal, dan ia tidak mendapatkan uang sepeser pun karena para saudari dari keluarga Jiang mengambil semua warisannya. Bai Ran bahkan masih belum lulus dari universitas dan ia sama sekali tidak memegang uang di tangan.

Jadi... jika aku bisa mendapat uang dari perjudian ini, aku tidak perlu khawatir lagi tentang biaya operasi ibu. Apalagi, ini hanya satu permainan… pikir Bai Ran. Ia memiliki keyakinan untuk menang. Mungkin Bai Ran lupa memperkenalkan diri bahwa kakek Bai Ran dulu adalah seorang raja judi yang paling terkenal di dunia malam daerah utara.

Setelah berpikir begitu, Bai Ran segera mengubah ekspresinya dan menoleh untuk melihat Quan Rui yang berjarak sangat dekat dengannya. Ia tiba-tiba mencondongkan badan dan melingkarkan kedua tangan di leher Quan Rui. Ia mengikuti perlakuan Quan Rui dan juga berbisik di telinganya, "Tambahkan satu syarat lagi. Jika aku menang, aku mau setengah dari uang yang aku menangkan."

Bai Ran sedang merencanakan keinginannya. Namun, ia tidak tidak tahu bahwa tujuan diadakannya acara ini adalah untuk sumbangan amal. Semua kemenangan dan kekalahan perjudian malam ini akan diserahkan untuk amal. Namun, Quan Rui tidak membicarakan tentang poin ini pada Bai Ran dan hanya mendengarkan gadis itu dengan sedikit penasaran. Oh, ternyata adalah domba kecil yang kekurangan uang, pikir Quan Rui.

"Baik," jawab Quan Rui dengan suara yang jernih. Uang jelas bukanlah masalah bagi Quan Rui. Ia malah lebih tertarik untuk menyaksikan bagaimana domba kecil yang membutuhkan uang ini gagal memenangkan perjudian ini.

Orang-orang bisa melihat saat Bai Ran memeluk leher Quan Rui, lalu keduanya saling mendekatkan kepala dan berbisik. Mereka pun mengira bahwa keduanya adalah pasangan yang tampak sangat bahagia, namun lain halnya dengan Jiang Hao dan Jiang Bangyuan. Jiang Hao tidak tahu apa yang terjadi di taman rumput sebelumnya sehingga ia cukup terkejut ketika melihat Quan Rui datang membawa Bai Ran. Sekarang ia semakin bingung melihat mereka melakukan ini di depan semua orang. Ia pun membungkukkan badan dan bertanya pada Jiang Bangyuan, "Kak, apa yang terjadi dengan Kakak Ipar? Banyak orang sedang melihat ke arah sini! Apa dia begitu ingin membuatmu kehilangan muka?"