Berapa Banyak yang Boleh Aku Pertaruhkan?

Quan Rui begitu dengan dekat dengan wanita lain, tak hanya di hadapan tunangannya sendiri tapi juga di ruang publik. Mungkin memang hanya Quan Rui yang berani melakukan hal seperti ini. Ekspresi wajah Jiang Bangyuan yang mulanya sudah suram kian menjadi masam setelah mendengar Jiang Hao. "Semuanya karena Bai Ran si jalang kecil itu. Adik, jangan banyak bicara dan jangan menyinggung Quan Rui. Ayah kita baru saja meninggal. Jika Quan Rui mengubah sikap dan tidak mau mengenal kita lagi, hal itu akan menyulitkan kita," kata Jiang Bangyuan.

Jiang Bangyuan masih merasakan sedikit kekhawatiran. Meskipun masih ada beberapa paman yang menopang bisnis keluarga Jiang, tapi jelas bisnis itu mulai merosot setelah ayahnya meninggal. Karenanya, keluarga Jiang mengadakan acara amal malam ini agar masyarakat kota Sanjiang bisa lebih mengingat mereka. Quan Rui sekarang sedang memegang bisnis dengan nilai yang tak terhitung sehingga orang bodoh pun juga tahu bahwa di momen krusial seperti ini, keluarga Jiang tidak boleh mencari masalah dengan Quan Rui.

Jiang Hao mengangguk setelah mendengar Jiang Bangyuan, lalu berkata, "Kak, kamu sudah banyak berkorban dan sengsara."

Sementara kakak-beradik Jiang menyusun strategi, 

Meng Fan mulai bertaruh, "Tiga juta!"

Jiang Bangyuan dan Jiang Hao tersadar dan kembali berkonsentrasi pada perjudian. Sementara itu, Quan Rui yang sebelumnya bergegas keluar, belum dapat melihat kartunya. Namun, orang yang bisa membantunya melihat kartu telah datang. "Kamu bisa bermain?" tanya Quan Rui pada Bai Ran. Ia mengangkat dagunya sambil melihat Bai Ran, lalu melihat ke arah meja judi lagi.

"Sedikit," Bai Ran masih berkata dengan jujur. Bukan berarti ia tidak bisa bermain, namun ia hanya rendah hati.

Quan Rui tersenyum lagi saat mendengar jawaban Bai Ran yang membuatnya sedikit terkejut. Bahkan dia juga bisa bermain begini? pikirnya. Lalu, ia berkata, "Lihatlah kartunya."

Bai Ran mematuhi perintah Quan Rui, lalu mengambil dua lembar kartu di atas meja dan melihatnya sekilas. Setelah melihat besar atau kecilnya kartu, baru ia bisa bertaruh. Ia melirik chip di samping tangannya, tapi ia tidak berani sembarang bertaruh karena tidak tahu seberapa besar blind yang mereka pertaruhkan sebelumnya. Ia pun menoleh sekilas ke Quan Rui. "Berapa banyak yang boleh aku pertaruhkan?" tanyanya dengan penuh hati-hati. Bagaimanapun juga, uang ini milik Quan Rui sehingga sebaiknya Bai Ran menanyakan pendapatnya terlebih dahulu sebelum membuat keputusan.

"Terserah," jawab Quan Rui dengan tak acuh. Ia tidak peduli pada jumlah chip di atas meja. Ia hanya ingin melihat siapa yang menang dan siapa yang kalah. Setelah mendengar tanggapan dari Quan Rui, Bai Ran mengambil chip dengan nominal tiga juta dan memasang taruhannya, "Ikut."

Jiang Hao bersorak, sementara Jiang Bangyuan melihat kartu yang ia dapat. Jiang Bangyuan mendapat 7 Wajik dan 9 Keriting. Kartu yang ia dapatkan benar-benar buruk sampai tidak bisa lebih buruk lagi. Padahal, ia tidak ingin membuang beberapa juta uangnya dengan sia-sia.

Setelah semua orang melihat kartunya, dealer mengetuk meja dan membagi tiga kartu di tengah meja. Setelah ketiga kartu terbuka, semua pemain bisa melihatnya. Peraturannya sangat sederhana. Pemain hanya perlu menggabungkan kartu yang ada di tengah meja dengan kartu yang mereka pegang di tangan masing-masing dan kombinasi nominal terbesarlah yang menang. Tiga lembar kartu yang dikeluarkan dealer itu adalah J Hati, 10 Sekop, dan K Sekop.

Wajah Meng Fan jelas terlihat sedikit lebih baik ketika melihat ketiga kartu ini. Tampaknya kartu-kartu ini akan sangat menguntungkan bagi Meng Fan. Sementara, ekspresi wajah Jiang Hao tidak berubah selagi ia menatap ke Bai Ran. Bai Ran sendiri masih berada di pangkuan Quan Rui. Sepertinya Bai Ran sudah tidak merasa begitu asing dengan meja judi ini seperti sebelumnya dan sudah mulai terbiasa.

Bai Ran tidak melihat kartunya sendiri. Bahkan, Quan Rui yang memangkunya juga tidak melihat. Perjudian telah dimulai, tapi Quan Rui malah membungkukkan tubuhnya untuk semakin mendekat ke arah Bai Ran. Aroma wangi dari tubuh Bai Ran langsung tercium di hidung Quan Rui dan ia menyukai aroma itu

"Bagaimana? Kartunya bagus tidak?" Quan Rui jelas tidak melihat kartunya sendiri sehingga ia hanya bisa bertanya pada Bai Ran. Bai Ran sadar bahwa Quan Rui sedang mendekatinya dan ia sangat ingin mendorong pria itu menjauh. Namun, ia tidak berdaya karena tangan Quan Rui memegang pinggangnya erat-erat dan nyaris mengontrol seluruh pergerakannya.