Mengapa Pria ini Begitu Sulit untuk Ditangani?!

Mengapa pria ini begitu sulit untuk ditangani?! Bai Ran menggertakkan giginya, lalu sembarangan berkata, "Kartunya tidak bagus, kali ini kamu akan kalah."

Mereka berdua berbicara tanpa menurunkan suara mereka sehingga semua orang yang berada di sana bisa mendengar percakapan mereka. Orang-orang itu kembali menghela napas lagi, namun Meng Fan menjadi orang yang paling senang. Kalau kartu mereka tidak bagus, kali ini aku pasti menang. Jika aku bermain lebih besar juga tidak masalah! pikir Meng Fan dengan girang.

Jiang Hao mendengar perkataan antara Quan Rui dan Bai Ran, namun ia tidak tahu jika itu benar atau tidak. Ia sama sekali tidak memikiran tentang permainan judi itu dan masih berpikir, Sebenarnya bagaimana bisa Bai Ran berhubungan dengan Quan Rui?! Kebetulan juga orang itu adalah Quan Rui dan tidak ada siapapun di sini yang berani menyinggungnya! Jika Bai Ran tidak sedang bersama Quan Rui, pasti seseorang sudah maju sejak awal untuk membela keadilan untuk Jiang Bangyuan.

Jiang Bangyuan menatap kosong ke arah Bai Ran. Seharusnya wanita yang boleh duduk dalam pelukan Quan Rui adalah aku, tapi ternyata?! Aku malah digantikan oleh wanita jalang itu! pikirnya dengan geram. Selain itu, Bai Ran telah membuat Jiang Bangyuan menjadi topik lelucon malam ini. Ia tidak tahu lagi berapa banyak orang yang sedang menertawakannya dari belakang.

Bai Ran segera mengabaikan pandangan dari kakak-beradik Jiang, lalu menoleh dan menyerahkan kartunya pada Quan Rui, "Nah. Jika tidak percaya, kamu lihat sendiri." 

Setelah Bai Ran kembali diganggu dan saling bertukar trik, ia jelas tidak berharap kartunya kalah dalam set permainan ini. Jika kartu itu menang, aku juga bisa mendapatkan setengah uangnya. Permainan malam ini menjadi kunci untuk mungkin tidaknya aku mengobati penyakit ibu, pikir Bai Ran.

Sayangnya, Quan Rui tampaknya sama sekali tidak menghargai usaha Bai Ran. Ia mengambil kartu di tangan Bai Ran, meletaknya di meja, lalu sekali lagi menurunkan pandangannya untuk melihat Bai Ran. Nada bicaranya terdengar sumringah dan sangat ringan seperti air yang mengalir, "Kamu sudah melihatnya, kan? Katakan, berapa? Lima juta? Sepuluh juta?"

Quan Rui mengajukan pertanyaan dengan sangat santai, seakan ia sedang bercanda atau memang sejak awal uang itu sama sekali tidak berharga di matanya. Ekspresi Bai Ran mendadak berubah saat mendengar Quan Rui dan ia pun segera menghentikannya, "Kamu sudah gila?"

Saat Bai Ran berkata begitu, Quan Rui sudah terlebih dahulu mendorong chip di depannya dan bertaruh, "Lima puluh juta."

Quan Rui membuang lima puluh tiga juta di sela-sela berbicara dan tertawa. Semua orang yang di tempat mengambil napas dingin, sama sekali tidak tahu apakah mereka melihat salah. Bai Ran menunggu sampai ada orang yang serius menghitung taruhan Quan Rui, lalu barulah ia mengangguk dengan kaget. Jelas jumlahnya lima chip putih dan tiga juta… Dia benar-benar pangeran dari keluarga Quan! pikirnya.

Bai Ran terkejut karena tindakan Quan Rui. Ia baru saja menunjukkan kartunya pada Quan Rui dan pria itu tidak melihatnya, tapi mengapa Quan Rui langsung berani mempertaruhkan begitu banyak uang dalam jumlah yang begitu besar? Bagaimana jika kalah? Apa Quan Rui benar-benar tidak punya otak? pikir Bai Ran. Ia ingin mengingatkan Quan Rui karena bagaimanapun, ia tidak akan membiarkan Quan Rui untuk kalah begitu saja dengan tragis. Namun, saat Bai Ran menolehkan kepalanya, ia hanya bisa melihat sisi wajah Quan Rui yang tenang dan tegas.

Bai Ran jadi kembali teringat saat ia melihat Quan Rui untuk pertama kalinya di luar taman rumput setengah jam sebelumnya. Saat itu, sosok Quan Rui memancarkan cahaya. Tubuhnya tinggi dan tegak sehingga ia harus menunduk untuk memandang Bai Ran. Tatapan Quan Rui membuat napas Bai Ran terhenti untuk waktu yang lama.

Bai Ran hampir tidak bisa mempercayai bahwa benar-benar ada orang yang mempunyai aura sekuat Quan Rui di dunia ini. Saat itu, Bai Ran tidak menunjukkan kepanikan yang ia rasakan dalam hati karena ia mengira semua yang ia lihat dari pandangan pertama itu hanyalah imajinasinya. Namun, sekarang Quan Rui berada di hadapan Bai Ran dan bahkan memeluk Bai Ran di pangkuannya. Bai Ran merasa wajahnya sedikit memanas.