"Eh?"
Sebenarnya Ye Banxia agak takut pada Mo Chenyan. Ia sendiri tidak tahu apakah ia takut karena takjub atau takut karena Mo Chenyan sedikit terlihat kejam. Namun, Mo Chenyan berhenti menatap Ye Banxia selama beberapa detik sebelum kemudian kembali menatapnya sambil berbicara dengan suara pelan, "Besok jam 10 pagi, aku tunggu kau di lantai bawah. Jangan lupa bawa KTP dan Kartu Keluarga."
Tuan Mo, Mo Chenyan mencerna dua kata itu perlahan dan memikirkannya. Mulanya ia tidak memikirkan apa-apa, tapi pikirannya kembali berubah setelah Ye Banxia memanggilnya Mo Chenyan.
Setelah mendengarkan kata-kata Mo Chenyan, wajah mungil Ye Banxia mendadak dipenuhi kebingungan. Untuk apa KTP dan Kartu Keluarga? Apakah kondisi saat ini sangat terbuka sehingga tidak perlu bertemu dengan orang tua sebelum menikah? Atau mungkin, dia tidak mau orang lain tahu tentang keberadaanku? pikir Ye Banxia. Namun, ia kemudian mengabaikan kebingungan yang telah berlalu di hatinya dan berkata pada dirinya sendiri bahwa hanya terjadi barter di antara mereka.
Ye Banxia mengulang kata-kata di mulutnya beberapa kali. Namun, ketika akhirnya ia mengatakannya, ternyata kata yang keluar malah berbeda, "Kau tahu aku tinggal di mana?"
"Clear Water Bay," jawab Mo Chenyan.
Ye Banxia tidak tinggal di rumahnya sendiri, tapi di rumah temannya. Ia pun menyipitkan matanya, lalu mengangguk, "Baiklah."
———
"Pertama, ada cukup banyak vas di rumahku. Aku tidak butuh peralatan tambahan, jadi tidak begitu penting untuk menjadi lembut dan cantik. Kedua, aku tidak butuh uang dan kekuatan keluarga Ye, jadi aku juga tidak peduli jika kau tidak punya apa-apa."
Bagaimana mungkin Tuan Mo dari kota Rongcheng meminta uang dan kekuasaan keluarga Ye? Seluruh tubuh Ye Banxia terdiam di sofa dan ia terus-menerus mengingat apa yang dikatakan Mo Chenyan setelah pria itu mengantarnya pulang. Apakah ini jawaban untuk pertanyaanku saat kami di taman waktu itu? Tapi, aku ingin tahu lebih banyak. Mengapa Mo Chenyan menikahiku? Ye Banxia terus berpikir sampai ia merasa sakit kepala dan menekan-nekan pelipisnya.
Tiba-tiba, Ye Banxia teringat sesuatu dan langsung mencari ponselnya. Setelah panggilan tersambung, ia berkata, "Halo, Manajer. Ini Ye Banxia." Alisnya yang halus sedikit berkerut dan ia telah mempertimbangkan kata-katanya dengan cermat. "Maaf, saya... Hari ini lagi…"
"Tidak apa-apa, Nona Ye, aku tahu kau tidak sehat dan kau tidak akan datang bekerja besok. Tuan Mo sudah memerintahkan orang untuk memberitahuku soal masalah ini. Nona Ye bisa beristirahat dengan baik di rumah. Aku akan menangani masalah yang belum selesai."
Ye Banxia jelas hanya bisa terdiam dan membatin, Mengapa pria itu selalu bergerak lebih cepat dariku? Ye Banxia ingin berhenti dari pekerjaannya di Bar Ye Se dan kemudian mencari pekerjaan lain di siang hari. Pertama, sudah ada yang menanggung biaya operasi Hanyan sehingga ia tidak lagi membutuhkan uang untuk kebutuhan yang mendesak. Kedua, ia sudah setuju untuk menikah dengan Mo Chenyan dan menjadi calon Nyonya Mo sehingga Mo Chenyan pasti tidak mungkin akan setuju jika ia tetap bekerja di tempat seperti itu. Mulanya, Ye Banxia berniat sekali lagi mengunjungi Bar Ye Se besok. Tetapi, melihat kondisinya seperti sekarang, sepertinya itu tidak perlu. "Saya tahu. Terima kasih, Manajer."
Tepat saat Ye Banxia mematikan teleponnya, kebetulan tiba-tiba terdengar bel pintu berbunyi. Ia meletakkan ponselnya dan pergi membuka pintu. Ternyata, Ling Nian sudah berdiri di ambang pintu sambil tersenyum tak berdaya. "Lupa membawa kunci lagi?" tanya Ye Banxia.
"Hei! Untung kau ada di sini, Banxia! Kalau tidak, aku harus pergi ke paman penjaga properti lagi. Paman itu pasti sangat merasa terganggu olehku!"
Ye Banxia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengingatkan Ling Nian, "Kau tahu kau pelupa. Lain kali, periksa kembali bawaanmu sebelum pergi setiap hari."
Ling Nian mengganti sandalnya dan berjalan di belakang Ye Banxia. Lalu, ia duduk di sofa dan tersenyum pada Ye Banxia. "Banxia, malam ini kau tidak pergi bekerja?"
Saat Ling Nian tiba di lantai bawah apartemen dan mendapati bahwa dirinya tidak membawa kunci, ia hendak pergi meminjam kunci ke bagian properti. Namun, ia tidak menduga bahwa ternyata lampu di apartemennya sendiri sudah menyala.
"Ya, aku tidak pergi kerja," jawab Ye Banxia. Setelah jeda, ia menambahkan, "Aku tidak akan pergi kerja lagi."
Jantung Ling Nian tiba-tiba berdetak kencang, tapi ia lega saat melihat tidak ada emosi di mata Ye Banxia. "Apa yang terjadi setelah rumah sakit menelepon? Bagaimana kondisi Hanyan?"
Ye Banxia menatap kaca meja yang berkabut dan menjawab, "Dokter bilang situasinya telah memburuk dan operasi harus dilakukan paling lambat dalam tiga hari ini."
Napas Ling Nian sejenak terhenti dan ia tanpa sadar memegang tangan Ye Banxia. "Banxia…"
"Tidak masalah." Ye Banxia mendongak dan tersenyum. Senyum cerahnya begitu bersih dan jernih, tapi matanya yang indah sedikit ternoda. "Aku sudah menemukan jalan keluarnya. Besok Hanyan akan melakukan operasi, tidak akan ada masalah."
"Uang Li Hanchuan?" tebak Ling Nian sambil mengerutkan kening.
"Bukan." Ye Banxia menepuk pundak Ling Nian untuk menenangkan temannya itu. Sebenarnya Ye Banxia tahu bahwa Ling Nian tidak peduli jika ia mengambil uang Li Hanchuan atau tidak, tetapi Ling Nian tidak ingin Ye Banxia nantinya kesulitan. Begitu Ye Banxia menerima bantuan Li Hanchuan, ia tidak akan bisa lagi menghindar dari hadapan Li Hanchuan dan Ye Youran. Inilah sebabnya ia lebih memilih untuk menikahi Mo Chenyan. Ia pun akhirnya berkata, "Niannian, aku akan menikah."
———
Di sebuah vila yang megah, sesosok pria tinggi berdiri di depan meja dan menuangkan segelas air. Cahaya terang menerpanya hingga sosoknya membentuk bayangan diagonal memanjang. Kedua tangannya bersiap mengambil air di gelas saat telepon di meja kopi tiba-tiba berdering. Ia meletakkan gelasnya, lalu melangkahkan maju dengan kaki panjangnya dan melirik nomor yang muncul di layar ponselnya. Alisnya terangkat.
Ketika teleponnya hampir mati, Mo Chenyan baru mengangkatnya dan menyapa, "Halo, Nenek."
"Anak Kedua…" Terdengar suara nenek tua yang bersemangat dari ujung telepon, "Menurutmu apa yang Nenek lakukan sekarang ini?"
Selain mencarikan pasangan untukku, apalagi yang bisa dilakukan oleh nenek tua? pikir Mo Chenyan sambil mengerutkan bibir. "Nenek, urus saja Kakak Tertua. Nenek tidak perlu mengkhawatirkanku."
"Apa kau bilang, Anak kecil?" Nenek menjadi tidak senang dan langsung berteriak pada Mo Chenyang dengan marah, "Setidaknya ada begitu banyak wanita cantik di sekeliling kakakmu, sedangkan kau hanya seorang diri. Bagaimana mungkin Nenek tidak khawatir? Nenek beritahu, jika kau tidak juga segera—"
"Nenek," Mo Chenyan segera memotong suara yang menusuk gendang telinganya. Ia memijat alisnya, kemudian berkata pelan, "Beberapa hari ke depan, aku akan membawa pulang seseorang untuk bertemu denganmu."
Tiba-tiba suasana menjadi hening beberapa saat.
"Benarkah? Beberapa hari ke depan, kau akan membawa pulang seseorang?" tanya Nenek Zhu Meiying jatuh. Tiba-tiba, suaranya terdengar ragu dan ia bergumam "Eh?" Setelah itu, ia berbisik, "... Anak Kedua bilang dia akan membawakan kita menantu…"
"Dia membodohimu? Aku belum pernah melihatnya mendekati wanita selama bertahun-tahun. Dia pasti merasa bosan sehingga membohongimu..."
"Dasar kau laki-laki tua, menambah keruh saja! Tunggu sebentar, aku akan bertanya lagi…"
Mo Chenyan tidak perlu menebak lagi karena ia tahu itu adalah suara kepala keluarga mereka. Alisnya kemudian terangkat lagi dan ia membatin, Jika ingin berbisik-bisik, tidak bisakah ponselnya sedikit dijauhkan? Takut dia tidak akan mendengarmu?
"Anak Kedua, ini... Beberapa hari ke depan, maksudnya hari apa? Bicaralah yang lebih jelas lagi. Nenek akan meminta Bibi Zhang untuk menyiapkan makanan!"
Bibirnya Mo Chenyan terangkat dan ekspresi wajahnya yang tampan sedikit melembut. "Nenek, jangan dengarkan omong kosong lelaki tua itu. Aku tidak mengada-ada. Aku akan membahas tanggal pernikahan kami sebelum datang dengannya. Setelah sudah pasti tanggalnya, aku akan memberitahu Nenek."
"... Baiklah! Jika kau berani berbohong padaku, aku akan mengirimmu seorang wanita setiap hari!"
"..."