Bagian dalam vila terlihat lebih besar dari bagian luar dan dekorasinya bergaya Eropa. Seluruh rumah, termasuk perabotan yang ada di dalamnya, didominasi warna putih. Seluruh ruangan terlihat sederhana namun tetap terlihat mewah. Namun, Ye Banxi merasa bahwa satu-satu kekurangan dari rumah ini adalah tidak ada kehangatan di dalamnya. Mungkin, itu sama dengan warna yang ada di dalamnya.
Ada sedikit penyesalan di dalam hati Ye Banxia, tapi ia tidak menunjukan penyesalan itu di wajahnya. Saat ia baru berjalan beberapa langkah, ia bertemu dengan seorang wanita paruh baya yang keluar dari dapur sambil tersenyum. Wanita itu sedikit gemuk, tapi terlihat baik hati dan mudah bergaul. Wanita itu dengan sopan menyapanya, "Selamat datang, Nyonya."
Mo Chenyan menatap wanita itu dengan tatapan serius dalam diam, kemudian ia memperkenalkan wanita itu kepada Ye Banxia, "Ini adalah Li Shen yang sudah bekerja di vila selama lima tahun. Jika kau memerlukan sesuatu ketika aku tidak ada di rumah, kau bisa langsung meminta bantuan Li Shen."
Ye Banxia merasa bahwa Li Shen adalah orang yang baik. Ia pun tersenyum dan tidak merasa setegang sebelumnya, kemudian ia mengangguk dan menyapa, "Hallo, Li Yan."
"Iya, Nyonya," Li Shen balas tersenyum pada Ye Banxia. Li Shen merasa bahwa Ye Banxia tampak baik sehingga ia lebih antusias dalam berbicara, "Nyonya menyukai teh apa? Saya akan segera membuatkannya untuk Nyonya."
"Tidak perlu repot-repot. Cukup beri saya secangkir air hangat," jawab Ye Banxia. Kemudian, ia melihat Mo Chenyan yang menatapnya dengan ringan. Ia pun sedikit mengerutkan alisnya dan bertanya, "Ada apa?" Ye Banxia menyentuh wajahnya tanpa sadar dan membatin, Ada apa dengan wajahku? Ada sesuatu yang kotor?
Mo Chen berhenti dan berbisik, "Jika kau tidak suka, kau bisa merenovasi rumah ini jika ada waktu."
Ye Banxia membeku untuk sementara waktu, lalu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. "Semua orang tinggal di sini. Jika direnovasi, apa tidak merepotkan?"
Ternyata Mo Chenyan barusan memasang ekspresi yang bijaksana karena memikirkan hal ini. "Tidak akan lama," jawabnya sambil duduk di samping Ye Banxia. Ia melihat bibir Ye Banxia yang tersenyum hingga ke matanya dan tampaknya begitu senang. Ekspresi dingin Mo Chenyan pun tampak menjadi lembut, "Setiap minggu apartemenku di Jinyuan selalu dibersihkan oleh orang lain. Jika di sini di renovasi, kita bisa pindah sementara ke sana."
Ketika mendengar kata Jinyuan, wajah Ye Banxia mendadak tampak bingung. Mata Mo Chenyang yang dalam terlihat sedikit menyipit dan tampaknya ia tahu apa yang sedang dipikirkan Ye Banxia. Mo Chenyan melanjutkan pembicaraannya dengan mengangkat topik yang sedikit sensitif, "Kau sudah tahu dengan sangat jelas, nantinya tempat ini bukan hanya menjadi rumahku. Jika kau tidak suka warna seperti ini, apa kau tidak akan bosan melihatnya setiap hari?"
Alis Ye Banxia sedikit berkerut selagi ia mendengarkan perkataan Mo Chenyan. Mo Chenyan sendiri mengira bahwa Ye Banxia sedang memikirkan apa yang ia katakan sehingga ia hanya duduk diam dan menunggu jawaban Ye Banxia. Mo Chenyan menyilangkan kaki panjangnya dan celana panjang hitamnya terlipat dengan rapi. Ia terlahir sebagai orang yang bermartabat dan anggun. Ia tidak tahu bahwa pikiran Ye Banxia masih terpaku pada kalimat, 'Tempat ini bukan hanya menjadi rumahku'.
"Ayo pergi membeli perabotan!" Ye Banxia akhirnya mencetuskan ide itu, lalu lanjut berkata sambil tersenyum, "Perlu banyak pikiran untuk merenovasi, tapi kau sibuk bekerja dan aku juga tidak terlalu mengerti tentang hal ini… Sebenarnya dekorasinya saat ini sudah sangat indah, tapi aku lebih terbiasa dengan suasana yang hangat. Aku pikir warna putih itu terasa sangat dingin. Tunggu hingga kau ada waktu, kita akan beli beberapa perabotan bersama, oke?"
Ye Banxia menatap Mo Chenyan dengan matanya yang cerah dan melontarkan pertanyaan dengan pemilihan kata yang begitu cermat. Intinya, jika renovasi ulang hanya dilakukan oleh satu orang saja, hasil renovasi itu tidak akan bermakna. Mo Chenyan seketika ingin memeluk Ye Banxia. Ia menyipitkan matanya sedikit dan secercah cahaya sekilas melintas di matanya yang dalam dan gelap. Kemudian, ia mengangguk dan menjawab, "Oke. Selesai makan, kita akan pergi."
Begitu cepat? pikir Ye Banxia terkejut. Kebetulan, ia melihat Li Shen keluar dari dapur sambil membawakan secangkir teh dan segelas air. Li Shen menurunkan pandangannya dan tidak mengatakan apapun.
"Tuan, Nyonya, silahkan diminum. Saya akan pergi ke dapur untuk menyiapkan makan siang Tuan dan Nyonya," kata Li Shen sebelum pergi meninggalkan mereka. Namun, ia teringat sesuatu di tengah jalan dan segera kembali sambil tersenyum pada Ye Banxia, "Jika Nyonya menyukai sayuran tertentu, Nyonya bisa memberitahu saya dan nanti saya akan sering memasakkannya untuk Nyonya."
"Baik. Terima kasih, Li Shen," jawab Ye Banxia. Kehangatan mulai terasa dan sedikit sentuhan kehangatan itu mulai melekat dalam benak Ye Banxia.
Mo Chenyan membawa Ye Banxia ke lantai atas untuk melihat-lihat kamar. Kamar utama terletak di sebelah bawah tangga, lalu ruangan yang paling besar adalah ruang kerja. Seperti yang diharapkan, layaknya tata letak lantai bawah, tata letak lantai atas terlihat sederhana dan bersih dengan beberapa sudut saja yang dihiasi warna hitam. Ye Banxia mengedipkan matanya karena menemukan hal yang agak lucu. Namun, karena pria di sebelahnya memancarkan aura yang sangat kuat, ia tidak berani menunjukkannya dengan terlalu jelas.
Setelah mereka keluar dari ruang kerja, Ye Banxia tak tahan untuk bertanya, "Tuan Mo tinggal seorang diri di ruangan yang begitu besar dan juga melihat warna yang seperti ini setiap hari. Bukankah itu membosankan?"
Langkah kaki Mo Chenyang sedikit terhenti dan ia hanya menjawab dengan samar-samar berdeham, "Hm..."
Mo Chenyan mengulurkan tangannya dan membuka pintu kamar. Ketika Ye Banxia mengedarkan pandangannya ke seisi kamar, Mo Yenchan tiba-tiba menoleh dan tersenyum pada Ye Banxia, "Karenanya, aku mencarimu untuk menemaniku."
Kemudian, Mo Chenyan berjalan masuk dan meninggalkan Ye Banxia sendiri. Setelah tersadar, Ye Banxia menyentuh pipinya sendiri dan terasa panas. Ia tahu bahwa pipinya memerah tanpa perlu melihat dirinya sendiri. Ia pun menggigit bibirnya dan berpikir, Mengapa Mo Chenyan selalu mengatakan hal yang dapat membuat mukaku memerah dan detak jantungku berdetak kencang? Apakan itu hanya perasaanku saja?
Mo Chenyan menatap wanita di belakangnya yang telah mengikutinya beberapa saat, lalu terbit senyuman tipis di bibirnya. Mo Chenyan tampaknya memiliki kesenangan baru dalam hidupnya, yaitu menggoda istrinya. Setelah melihat sekeliling rumah, Mo Chenyan tiba-tiba bertanya, "Apakah ranjang ini terlalu kecil?"
Ye Banxia hanya terdiam. Ia menatap Mo Chenyan yang berdiri tegak dan tetap menunjukkan ekspresi yang sama. Wajah Mo Chenyang yang sangat tampan diterpa cahaya keemasan matahari yang masuk dari jendela. Dia tampak sama mulianya dengan Dewa, tanpa perbedaan sedikitpun. Jadi, apa ini lagi-lagi hanya perasaanku saja? pikir Ye Banxia.
"Ini... Cukup besar…" Ye Banxia berbicara agak sedikit terbata-bata dan sedikit rasa malu terlintas di matanya. Ia merasa bahwa sikap tenangnya yang dulu tidak cukup untuk berhadapan dengan pria ini, atau mungkin bisa dibilang sudah sepenuhnya lenyap.
Sementara itu, senyum Mo Chenyan malah tampak semakin dalam. "Lebih baik diganti saja."