Untuk Apa Wajahmu Memerah?

Ling Nian sadar bahwa ia tidak bisa bersembunyi, sehingga ia pun berhenti dan menatap Li Hanchuan balik dan bertanya, "Ada urusan apa, Tuan Li?"

Mata Li Hanchuan memancarkan ejekan yang bercampur dengan amarah yang mudah meledak. Rahang Li Hanchuan meregang lebih erat, "Di mana Ye Banxia?"

"Yo…" Ling Nian mencibir, "Mana aku tahu? Di manapun Ye Banxia berada, apa dia juga harus melapor pada Tuan Li?"

Wajah Li Hanchuan tampak dingin. "Bukannya Ye Banxia juga tinggal di sini?" tanya Li Hanchuan, lalu meraih dan memegang Ling Nian erat-erat. "Kau adalah teman baiknya. Apa kau tidak khawatir setelah dia tidak kembali sepanjang malam?"

Ling Nian menyipitkan matanya sedikit. "Dia belum kembali sepanjang malam?" Ling Nian mengulangi kata-kata Li Hanchuan, seolah tiba-tiba menyadarinya. Lalu, sudut bibirnya terangkat hingga menyunggingkan senyum acuh tak acuh. "Ternyata Tuan Li telah menunggu Ye Banxia sepanjang malam…"

Ling Nian melirik puntung rokok di samping mobil Lamborghini Li Hanchuan dan menjadi lebih yakin dengan tebakannya. Lalu, ia menatap Li Hanchuan yang sedikit cemas di depannya. Mata pria itu memerah dan ada sedikit kerak hijau di dagunya. Puncak alisnya yang dingin tampak tegang hingga menampakkan ekspresi yang sangat tidak senang. Tiba-tiba, muncul kemarahan tanpa alasan di lubuk hati Ling Nian.

"Kau sekarang memiliki status apa sampai berpura-pura memperdulikan Ye Banxia dan datang berbicara seperti ini padaku?" tanya Ling Nian. Ia tidak menyembunyikan kemarahan batinnya dan matanya penuh ironi, "Li Hanchuan, mengapa kau berani muncul di hadapanku?"

Li Hanchuan menipiskan bibirnya rapat-rapat hingga menjadi garis lurus dan wajahnya begitu suram. "Aku tidak ingin bertengkar denganmu! Di mana sebenarnya Ye Banxia? Apa yang sebenarnya dia lakukan?"

Setelah pergi dari vila keluarga Tang, Ye Banxia benar-benar menghilang. Ia tidak pulang ke Jinyuan dan juga tidak berada di tempat Ling Nian. Ke mana ia pergi seorang diri? Selama dua tahun mereka bersama, Li Hanchuan bisa melihat bahwa satu-satunya orang yang bisa Ye Banxia percaya adalah Ling Nian. Selain keluarganya, tidak ada yang lain. Namun, sekarang Ye Banxia menghilang tanpa alasan 

"Untuk apa aku memberitahumu?" cibir Ling Nian sambil mengangkat dagunya dengan ekspresi sedih.

Li Hanchuan memejamkan mata, tapi suara tegasnya menyiratkan sedikit kompromi, "Ye Banxia baru berusia dua puluh tahunan. Di luar sana tidak aman baginya. Ling Nian, jika kau benar-benar baik padanya, katakan padaku ke mana Ye Banxia pergi."

"Oh…" Ling Nian masih mencibir. "Tuan Li tidak bisa menahan diri dan selalu mementingkan diri sendiri,: ujarnya sambil menatap Li Hanchuan dengan sinis, "Ye Banxia sangat baik sekarang, bahkan jauh lebih baik daripada ketika bersamamu. Kau tidak perlu berpura-pura memperdulikannya."

Li Hanchuan mengerutkan kening. "Apakah Ye Banxia sudah punya pacar?" tanyanya, lalu ia membatin, Yang waktu itu di toko furniture di mal... Tanpa menunggu jawaban dari Ling Nian, Li Hanchuan bertanya lagi dengan dingin, "Dari mana Ye Banxia mendapat biaya operasi untuk Ye Hanyan?"

Lin Nian membuka mulutnya dan memberi penekanan pada setiap kata, "Tidak tahu."

"Ling Nian!" hardik Li Hanchuan.

"Jangan panggil aku!" Ling Nian balas menghardik semakin marah. Ia benci melihat penampilan Li Hanchuan sekarang yang sangat menjijikkan baginya. "Ternyata kau begitu memperdulikannya. Ke mana saja kau .ketika Ye Banxia ingin meminjam uangmu? Mengapa kau tidak berpikir bahwa Ye Banxia hanya seorang gadis berusia dua puluh tahunan ketika kau mengabaikannya demi Ye Youran?"

Ling Nian membatin dengan jesal, Jika bukan karena Tuan Mo, bagaimana jadinya Ye Banxia sekarang? Jika terjadi sesuatu pada Ye Hanyan, bagaimana bisa Ye Banxia menanggung beban dari perasaan terpukul karena terus kehilangan keluarganya satu demi persatu? Ye Banxia adalah seorang wanita yang seharusnya kaya dan periang, tapi sebaliknya dia harus pergi ke Bar Ye Se untuk menjadi pelayan demi mencari uang… Mengapa Li Hanchuan masih punya muka untuk muncul di sini dan sok peduli?

"Ini adalah masalah antara aku dan dia!" sentak Li Hanchuan. Suara pria itu terdengar tertekan, alisnya berkerut dengan gusar, dan matanya berkedip tak berdaya, "Katakan padaku di mana Ye Banxia sekarang. Aku sendiri yang akan berbicara padanya."

"Karena ini adalah masalah di antara kalian, mengapa kau harus datang dan bertanya padaku?" sindir Ling Nian dengan sarkastik, "Atau, Ye Banxia tidak ingin melihatmu, jadi kau tidak dapat menemukannya dan hanya bisa datang kepadaku?" tanyanya lagi. Lalu, ia memainkan rambut hitam lurus panjangnya dan melanjurkan, "Tuan Li, kondisi Ye Banxia sekarang sangat baik setelah kalian putus. Kau juga sudah bersama dengan Ye Youran. Apa lagi yang harus dikatakan? Semua kembali ke jalannya masing-masing. Bukankah seperti ini sudah sangat baik? Tidak perlu bertemu dan saling menambah masalah satu sama lain?"

Kembali ke jalannya masing-masing, ulang Li Hanchuan dalam hati. Ia menatap punggung Ling Nian yang semakin lama semakin jauh, seolah ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokannya hingga ia tidak bisa mengeluarkan suara apapun. Ia ingin membantah Ling Nian, tapi sialnya ia tidak bisa menemukan kata-kata apapun. Seharusnya tidak demikian. Apa yang ingin Li Hanchuan lakukan di sini?

Ya, Li Hanchuan datang untuk menemukan Ye Banxia. Iia tidak bisa menyerah hanya karena perkataan Ling Nian. Lagi pula, mereka dulu pernah bersama selama dua tahun. Meskipun ia menyukai Ye Youran, ia masih perlu melihat Ling Nian dengan baik. Ling Nian akhirnya membatin, Itu benar, seperti ini saja...

———

Ketika Mo Chenyan pulang pukul dua belas siang, Ye Banxia sedang makan di lantai atas. Li Shen meletakkan meja kecil di tempat tidur untuk Ye Banxia. Mulanya Ye Banxia mengatakan bahwa ia bisa makan di sofa di sebelahnya. Namun, Li Shen bersikeras dengan dalih 'perintah Tuan'. Ye Banxia akhirnya tidak punya pilihan lain selain menurut.

Saat Mo Chenyan membuka pintu, ia melihat Ye Banxia bersandar di tempat tidur dan masih memegang tablet di tangannya. Mungkin dia sedang menjelajahi internet atau bermain Weibo, pikir Mo Chenyan. Sinar keemasan matahari masuk dari jendela dan menyelimuti sosok kurus Ye Banxia hingga wanita itu seolah-olah dilapisi aura yang lembut semacam, hangat, dan tak bisa dijelaskan di kata-kata.

Saat Ye Banxia mendengar suara pintu terbuka, ia mengira Li Shen yang datang. Namun, ketika ia mendongak, ia malah melihat Mo Chenyan sehingga ia langsung bertanya, "Kenapa pulang begitu awal?"

"Hng," jawab Mo Chenyan sambil menatap Ye Banxia dan sambil tersenyum. Matanya seakan berkata, Jika ada yang gelisah di rumah, apa yang bisa aku lakukan?

Ye Banxia memalingkan wajah dengan canggung dan sepertinya ia pasti salah paham. "Furnitur rumah akan diantar jam setengah dua. Setelah makan, aku akan membawamu pindah ke ruang kerja."

"Baiklah," Ye Banxia mengangguk. Namun, ia tiba-tiba mengerutkan kening seakan baru teringat sesuatu. Mengapa aku harus pindah? Kita sepertinya tidak membeli barang apapun untuk di kamar? Batinnya.

Meskipun Mo Chenyan sempat mengatakan bahwa ia ingin mengganti tempat tidur, mereka belum menemukan tempat tidur yang sesuai di tempat furnitur sehingga pria itu menunda niatnya. Apakah Mo Chenyan spesial memesannya? pikir Ye Banxia. Begitu ia memikirkan kemungkinan itu, wajahnya langsung memerah.

Mata Mo Chenyan menggelap, kemudian matanya sekilas berkilat-kilat dan bibirnya tersenyum penuh makna. "Nyonya Mo."

"Hng?" Ye Banxia menatap Mo Chenyan.

"Aku meminta orang untuk membuat lemari pakaian, untuk apa wajahmu memerah?"

Ye Banxia hanya terdiam seribu bahasa dan wajah semakin memerah. Tangannya yang tidak memegang sumpit mulai mengipas-ngipas tubuhnya dan ia bergumam, "Aku tiba-tiba merasa begitu panas."

Kenapa panas sekali… batin Ye Banxia. Ia segera menundukkan kepalanya untuk melanjutkan makan. Ia melihat beberapa halaman di Weibo, tapi tidak menemukan apapun. Jarinya terus menyapu layar tabletnya tanpa tujuan pasti.

Mo Chenyan berdiri di sana untuk waktu yang lama. Ia menunggu hingga Ye Banxia menghabiskan setengah dari makanan di mangkuknya. Lalu, ia merogoh saku celana hitamnya dengan tangan kanannya dan mengeluarkan kotak beludru hitam. Ia segera melangkahkan kaki panjangnya ke sisi lain tempat tidur, ke sebelah Ye Banxia.