Diperhatikan Serigala Berekor Besar Sepertimu

Gerakan Ye Banxia sedikit terhenti. Sebelum ia sempat membalikkan kepalanya, ia telah melihat Mo Chenyan melihat ke arah pria yang baru saja datang itu. Mo Chenyan bertanya, "Apakah ada hubungan tertentu antara kepulanganku dan kepulanganmu?"

"Tidak," jawab pria itu.

Mo Chenyan mendengus pelan. "Kalau begitu, kenapa aku harus memberitahumu? Kepulangan kita tidak ada hubungannya, jadi memberitahumu bukanlah keharusan."

Pria itu kemudian memanfaatkan jawaban Mo Chenyan untuk berkata, "Tapi, aku ingin melihat kau membawa seorang wanita pulang. Bagaimanapun, aku juga harus pulang." Ia mulai melangkahkan kaki dari pintu dan perlahan-lahan mendekat. Ia meletakkan kedua tangannya di saku celana, lalu menyapa dengan sopan, "Kakek, Nenek."

Pria bernama Mo Jinghan itu belum selesai berbicara, tapi sosok rampingnya sudah berjalan ke samping Ye Banxia hingga bayangan tebalnya mendarat di satu sisi. Ye Banxia menghela napas, lalu meletakkan sumpit dan menatapnya sambil tersenyum. "Halo, Kakak Tertua. Saya Ye Banxia."

Kakek dan Nenek telah menerima Ye Banxia sehingga ia jelas tidak perlu khawatir jika kakak tertua ini akan menolaknya. Namun, reaksi Mo Jinghan jauh melampaui harapannya. Mo Jinghan mengangkat alisnya dan malah berkata, "Gadis kecil ini tampak sangat menawan."

Ye Banxia hanya bisa terdiam dan membatin, Apa dia dan Mo Chenyan benar-benar bersaudara? Ia bisa melihat bahwa Mo Chenyan dan Mo Jinghan sama-sama memiliki paras yang menawan. Satu terlihat acuh tak acuh, sedangkan satu lagi terlihat jahat. Gaya mereka benar-benar berbeda dan hanya ada sedikit kesamaan di mata dan alis. Bagi orang yang tak mengenal mereka, mereka tidak akan terlihat sebagai saudara. 

Tiba-tiba bayangan hitam melintas di depan Ye Banxia, disertai dengan geraman rendah dari Kepala Keluarga Mo, "Anak nakal! Apanya yang gadis kecil? Dia ini adik iparmu!"

Ye Banxia terkejut saat melihat Kepala Keluarga Mo melempar barang. Ternyata ini benar-benar cara Kepala Keluarga Mo mencintai juniornya… batinnya.

Walaupun Mo Jinghan yang sedang minum air berhasil menangkap gulungan kertas yang dilempar Kepala Keluarga Mo, ia tetap saja tersedak hingga batuk beberapa kali. "Apa?"

Mo Jinghan tentu tahu apa maksud Kepala Keluarga Mo yang sengaja menekankan kata 'adik ipar'. Meskipun terdenfar aneh jika anak kedua keluarga Mo membawa seorang wanita pulang ke rumah, namun itulah kenyataannya. Mo Jinghan pun merasa beda kemampuannya tidak dapat dibandingkan karena adiknya telah membawa pulang adik ipar. Jadi, anak kedua ini.... sudah mempunyai istri? pikirnya.

Mo Jinghan memandang Zhu Meiying dengan heran, lalu bertanyam "Nenek, sudah berapa lama aku tidak kembali?"

Wanita tua itu meliriknya dan menjawab, "Aku baru saja kembali kemarin."

Ekspresi Mo Jinghan menjadi semakin aneh. "Jadi, apa saja yang terjadi hari ini yang aku tidak tahu?" tanyanya. Anak kedua menikah dan membawa pulang istrinya. Hal ini merupakan berita besar yang bisa menggemparkan dunia, tapi bahkan aku tidak tahu? lanjutnya dalam hati.

Zhu Meiying langsung mencibir ketika mendengar pertanyaan Mo Jinghan. "Jangankan kau, bahkan aku dan kakekmu juga baru tahu. Siapa yang tahu kalau anak nakal ini menghamili wanita ini di luar nikah, memohon maaf kepada wanita ini, dan cepat-cepat mengesahkan pernikahannya?!"

Kali ini giliran Ye Banxia yang tersedak. Wajahnya yang putih langsung memerah. Mo Chenyan melirik wanita tua itu, lalu bangkit dan menuangkan segelas air untuk diberikan Ye Banxia. "Kenapa kau terlalu bersemangat?"

Ye Banxia hanya terdiam. Padahal, diam-diam ia membatin, Apakah pria ini tidak memiliki rasa malu? Bukankah dia seharusnya menjelaskan yang sebenarnya? Atau, haruskah istrinya yang menjelaskan?!

Zhu Meiying menyadari bahwa ia seharusnya tidak mengatakan ini di depan istri cucunya. Ia pun cepat-cepat meraih tangan Ye Banxia, menepuk-nepuk tangannya sambil tersenyum, dan berkata untuk menenangkan, "Ye Banxia, Nenek bukannya mengatakan bahwa hamil di luar nikah itu tidak baik. Nenek memang memiliki pemikiran yang konservatif, tapi Nenek bukan orang kolot yang feodal. Selama kalian bahagia, Nenek juga tidak peduli jika ada pesta pernikahan atau tidak."

Zhu Meiying terlihat lebih dari sekadar tidak keberatan. Ia bahkan sangat senang melihat Ye Banxia seperti ini. Ye Banxia menggigit bibirnya dan melihat ke arah Zhu Meiying sambil membatin, Nenek, walaupun Nenek sudah tua, Nenek jelas-jelas lebih berpikiran terbuka daripada orang lain.

———

Setelah makan malam, Kepala Keluarga Mo dan Zhu Meiying membawa Ye Banxia untuk berbicara di ruang tamu sementara Mo Chenyan dan Mo Jinghan pergi ke luar untuk duduk di teras. Mo Jinghan menyalakan sebatang rokok, lalu angin malam berhembus melintasi wajahnya hingga cahaya kecil dari ujung rokok itu berkedip-kedip di tengah kegelapan langit malam. Wajah tampan pria itu tampak semakin tak bisa ditebak. Setelah beberapa saat, ia bertanya dengan ringan, "Apakah kau serius?"

"Apa maksudmu?"

"Tentang keluarga Ye. Kakek dan Nenek mungkin tidak tahu, jadi mereka tidak begitu jelas. Sedangkan aku, aku mengetahui sedikit tentang itu," terang Mo Jinghan. Lalu, ia menghembuskan asap rokoknya dan sedikit menyipitkan mata sebelum melanjutkan, "Aku tidak peduli bagaimana kalian bisa bertemu, tapi Ye Banxia memilih untuk menikah denganmu ketika dia jatuh miskin. Bisakah kau yakin tentang seberapa jujur atau palsunya dia?"

Mo Chenyan mengerutkan kening. "Apa yang kau lakukan? Mengapa kau mengurusi keluarga wanitaku?"

Mo Jinghan melirik Mo Chenyan dengan samar. "Anak kedua Mo, kau sangat bodoh? Wanita itu tampak sangat bersih, tapi aku tidak bisa melihat seberapa bagus caranya, Berapa lama yang dia butuhkan untuk membuatmu terpesona?"

Berapa lama? ulang Mo Chenyan sambil ikut mengeluarkan rokok dan korek dari sakunya. Ia menyelipkan rokok di tangannya, tapi ia tidak menghirup rokok itu dan membiarkan angin malam perlahan-lahan meniup ujung rokok yang berkedip-kedip semakin pendek. "Sangat lama," Mo Chenyan bergumam pelan hingga suaranya hampir menghilang bersama angin. Ia tidak tahu apakah Mo Jinghan mendengarnya atau tidak. Namun, ia mengerutkan alisnya dan kemudian melanjutkan, "Setelah keluarga Ye mengalami masalah, aku yang duluan mencari Ye Banxia. Dia terpaksa untuk setuju menikah denganku. Hatinya mungkin begitu menderita."

Satu juta Yuan ditukar dengan menikahi Mo Chenyan, demi menyelamatkan Ye Hanyan. Diam-diam, Nyonya Mo tidak tahu sudah berapa kali matanya memerah.

"Kau pergi mencarinya?" Mo Jinghan melihat ke sisi wajah Mo Chenyan yang menawan. Ia merasa bahwa sangat khawatir. Walaupun adiknya tidak memiliki seorang wanita pun di sampingnya, tapi masalah ini benar-benar tidak boleh diketahui siapapun. Ternyata Mo Chenyan telah memanfaatkan kelemahan orang lain.

"Ye Banxia benar-benar menderita," Mo Jinghan mendengus, "Diperhatikan oleh serigala berekor besar sepertimu."

"Aku serigala berekor besar, sedangkan ekormu kecil?" balas Mo Chenyan mencibir. 

Mo Chenyan bahkan tidak memandang Mo Jingjan setelah itu. Ia membuang rokok di tangannya, lalu berbalik memunggungi kakaknya dengan acuh tak acuh dan berjalan masuk ke dalam rumah. Setelah jeda tiga detik, Mo Jinghan akhirnya mengumpat.

Mo Chenyan kembali ke ruang tamu. Ia melangkahkan kaki panjangnya ke arah orang-orang yang duduk di sofa dengan dan berbisik, "Kakek, Nenek, malam sudah mulai larut. Kami harus pulang."

Zhu Meiying memelototi Mo Chenyan dan memprotes, "Anak nakal. Jarang sekali pulang, sekalinya pulang tidak bisakah menginap barang semalam?"

"Nenek, tidak ada pakaian Ye Banxia di sini, jadi dia tidak akan nyaman."

"Soal pakaian, kau bisa menelepon orang sekarang dan meminta mereka mengantarkan satu set pakaian besok pagi."

Mo Chenyan tanpa ekspresi berkata, "Bagaimana dengan malam ini?"

Wanita tua itu menatap Mo Chenyan dengan jijik. "Bukankah kalian suami-istri?"

Mo Chen membeku sejenak sebelum menjawab, "Ye Banxia tidak punya kebiasaan tidur telanjang."

Zhu Meiying menatap mata Mo Chenyan dengan penuh amarah. "Anak kedua, aku akan meminta Ye Banxia mengenakan pakaianku. Apa lagi yang kau inginkan?"

Ye Banxia sekarang rasanya ingin bersembunyi. Ia merasa bahwa setelah hari ini, bahkan tanpa melakukan apapun, citranya telah dihancurkan oleh Mo Chenyan.

"Huft…" Mo Jinghan berjalan ke pintu dan tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya setelah mendengar perkataan Zhu Meiying.

"Nenek, Anak Kedua hanya ingin meminjam perkataanmu untuk mencari-cari alasan..."