Ada keheningan yang sesaat menyelimuti ruang tamu. Mo Chenyan duduk di sana tanpa mengubah ekspresi wajahnya. Alisnya mantap dan tidak menunjukkan pergerakan. Ia menyilangkan kaki dengan sangat elegan hingga tampak sangat cocok dengan celana panjang yang ia kenakan. Wajah tampannya masih tampak sangat dingin. Namun, Zhu Meiying menatap Mo Chenyan seolah-olah ia sedang menatap monster. Anak nakal ini sejak kecil tidak ingin membuat orang khawatir, tapi sekarang membuat khawatir soal urusan besar seperti pernikahan. Meskipun umur 29 tahun belum termasuk tua, belum memiliki gandengan merupakan hal yang tidak normal. Tapi, sekarang apa yang terjadi? Istri? Anak kedua sudah menikah?! pikir Zhu Meiying.
Nyonya Besar benar-benar tidak bisa mempercayai hal ini. Wanita tua itu berusaha menarik tangan suaminya dengan gemetar, tapi tidak bisa. Kepala Keluarga Mo tiba-tiba mengambil asbak bersih di atas meja dan menghancurkannya begitu saja. Suara pecahannya terdengar sangat nyaring. "Anak nakal! Apakah kau bisa sembarangan bicara mengenai hal semacam ini?"
Jantung Ye Banxia rasanya hampir melompat keluar dari tenggorokannya. "Mo Chenyan…" bisik Ye Banxia. Ia melihat Mo Chenyan menumpu pipinya dengan satu tangan.
Mo Chenyan mengangkat asbak dengan mantap, kemudian kembali menatap Ye Banxia. Alis dan matanya yang dingin kini terlihat jauh lebih lembut, lalu ia berkata dengan suara rendah, "Tidak apa-apa, jangan takut. Kakek sering melakukannya. Ini adalah caranya mencintai juniornya."
Ye Banxia tertegun dan membatin, Seperti ini disebut cara mencintai… Pendidikan anak militer ternyata berbeda dengan orang biasa.
Mo Chenyan meletakan kembali pecahan asbak ke atas meja tanpa ekspresi dan berkata, "Kakek, kau mengagetkan istriku."
Kepala Keluarga Mo terdiam dan kembali merasa marah. Ia ingin mengambil bantal di sofa dan melemparkannya, tapi Nyonya Besar buru-buru menariknya dan berseru, "Orang tua!" Zhu Meiying mendesak Kepala Keluarga Mo untuk mengambil napas dalam-dalam, lalu ia tersenyum, "Nona Ye, mohon maaf karena membuatmu tertawa. Kepala Keluarga Mo tidak berniat jahat dan kemarahannya bukan ditujukan padamu. Hanya saja anak nakal ini selalu membuat khawatir sejak kecil. Lihat saja omong kosong ini…"
Ye Banxia ingin membuka mulutnya, tapi Mo Chenyan sudah lebih dahulu mengatakan, "Nenek, aku tidak berbicara omong kosong."
Mo Chenyan menyelesaikan kalimatnya dengan santai. Ketika kedua orang tua Mo menatapnya dengan aneh, Mo Chenyan melemparkan buku berwarna merah ke atas meja dengan huruf-huruf yang sangat jelas bertuliskan Buku Nikah. Kepala Keluarga Mo sontak melotot. Ia segera mengambil buku kecil itu, membukanya, dan langsung melihat foto di dalamnya. Ternyata, mereka berdua benar-benar sudah menikah. Kepala Keluarga Mo menutup matanya dan alisnya berkerut dengan agak aneh, lalu matanya segera menunjukkan kelegaan.
Ye Banxia melihat wajah Kepala Keluarga Mo yang tiba-tiba membaik. Meskipun masih belum ada senyum di wajahnya yang serius, amarahnya sedikit mereda. Kemudian, Kepala Keluarga Mo menatap Mo Chenyan dengan ganas dan mencibir penuh ironi, "Urusan besar seperti menikah tidak terlebih dahulu dibicarakan dengan keluarga? Karena kau sudah mandiri, kau juga bisa merencanakan untuk mati lebih awal, hm?"
Ternyata lidah beracun Mo Chenyan adalah turunan. Ye Banxia menatap Kepala Keluarga Mo yang berjanggut dan melotot, lalu menatap wanita tua di sebelah Kepala Keluarga Mo yang sedang tersenyum padanya. Hati Ye Banxia akhirnya sedikit lega. Sebelum datang ke sini, bahkan sampai sekarang, ia masih takut jika dua orang tua Mo tidak menyukainya. Namun, sepertinya orang-orang tua ini telah menunjukkan diri mereka yang sebenarnya dan tidak sulit untuk berhubungan dengan mereka sekarang.
"Kakek," Mo Chen mengerutkan kening, dan berkata dengan serius, "Bukankah hal pertama yang kau ajarkan padaku adalah untuk menjadi kuat? Jika terlambat, aku khawatir menantumu ini dibawa kabur orang lain."
"Anak nakal, kau masih berani berbicara?!"
Sebuah bantal putih terbang ke arah Mo Chenyan dan kali ini ia tidak bersembunyi. Ada api amarah yang membara di dalam hati Kepala Keluarga Mo dan Mo Chenyan harus selalu membiarkannya melampiaskan kemarahannya. Jika tidak, Mo Chenyan tidak sanggup jika harus merasa bosan tanpa melihat tingkah lelaki tua itu. "Tidak berani."
"Tidak berani tapi masih terus berbicara?"
Zhu Meiying langsung melotot ke arah mereka. "Tak ada habisnya? Menantu baru pertama kalinya pulang ke rumah, tapi sudah dibiarkan melihat lelucon seperti ini?" tergunya. Kemudian, ia berbalik dan menatap Ye Banxia sambil meringis, "Banxia… Anak kedua tidak mengerti masalahnya. Ia tidak memberi hadiah padamu sebelum menikah. Jadi, atas nama keluarga Mo, kami minta maaf kepadamu. Jika kalian ada waktu, Nenek dan Kakek akan berkunjung ke rumahmu?"
Karena Zhu Meiying tidak menanyakan pekerjaan keluarga Ye Banxia, ia langsung paham bahwa nyonya besar bukanlah orang yang memperdulikan latar belakang. Namun, keluarganya sekarang sepertinya lebih rumit dari sekadar masalah latar belakang keluarga dan benar-benar istimewa. Ia pun ingin angkat bicara, "Nenek, sebenarnya Mo Chenyan dan aku, di antara kita—"
Tiba-tiba sentuhan hangat menggenggam punggung tangan Ye Banxia. Mo Chenyan mengencangkan pegangan tangannya untuk menghentikan perkataan Ye Banxia, lalu ia mengambil alih dan berkata, "Nenek, situasi dalam keluarga Banxia sedikit istimewa. Kita akan membicarakan ini nanti."
Zhu Meiying tertegun sejenak. Kemudian, wanita tua itu mengangguk seperti biasa sambil tersenyum dan berkata, "Oke, oke. Hari ini makan malam di sini?"
"Hng," jawab Mo Chenyan dengan ringan.
Zhu Meiying menarik Ye Banxia untuk mengobrol sebentar dan menanyakan informasi standar tentangnya. Ye Banxia agak sedikit malu dan merasa seperti tidak memiliki apa-apa. Seperti yang sering ia katakan pada Mo Chenyan, mereka sebenarnya tidak cocok. Untungnya, Zhu Meiying tidak keberatan. Wanita tua itu meraih tangan Ye Banxia dan kemudian suasana menjadi lebih baik.
———
Setelah Ibu Zhang selesai menyiapkan makan malam, ia memanggil semua orang untuk makan. Mereka berempat pun bangkit dari sofa dan pergi ke ruang makan. Nenek dan Kakek Mo berjalan di depan, sementara Mo Chenyan menggendong Ye Banxia sambil berjalan di belakang. Namun, saat mereka baru berjalan sebentar, Mo Chenyan tiba-tiba berhenti.
"Kenapa?" Ye Banxia menatap Mo Chenyan dengan curiga. Matanya yang indah menunjukkan sedikit kebingungan hingga ia terlihat sangat polos dan sangat lucu.
Mo Chenyan menahan Ye Banxia dengan telapak tangan besar, lalu tiba-tiba membungkuk dan mencium dahinya dengan lembut. Ini mungkin pertama kalinya Mo Chenyan benar-benar menciumnya. Bulu mata Ye Banxia bergerak sedikit. Sebelum Ye Banxia sempat mengatakan apapun, bibir Mo Chenyan sudah menempel di telinganya dan berkata dengan suara rendah, "Nyonya Mo tidak membutuhkan latar belakang keluarga yang luar biasa dan juga tidak memerlukan keahlian khusus. Ye Banxia, suamimu mampu untuk merawatmu, hng?"
Tubuh Ye Banxia sedikit gemetar. Ketika Ye Banxia menatap Mo Cheyan, pria itu sudah menjauhkan wajahnya dan ekspresinya kembali seperti biasa. Lalu, ia lanjut menggendong Ye Banxia menuju ruang makan. Begitu mereka masuk, Zhu Meiying menyambut Ye Banxia dengan hangat, "Ye Banxia, ayo duduk di sebelah Nenek."
Zhu Meiying kemudian melirik ke arah Mo Chenyan yang sedang menggendong Ye Banxia. Ia tahu bahwa Mo Chenyan menggendong Ye Banxia karena kaki istrinya terkilir, namun ia sengaja mencibir dan berkata, "Kau begitu erat menggendongnya di rumah. Kenapa? Takut Nenek memakannya?"
Kepala keluarga Mo ikut melirik Mo Chenyan dan segera tertawa dengan dingin. Wajah Ye Banxia langsung memerah, lalu ia segera menepuk lengan Mo Chenyan untuk memberi kode agar Mo Chenyan menurunkannya dan membiarkannya berjalan sendiri ke arah Zhu Meiying.
Zhu Meiying dengan bangga melirik cucunya yang dipermalukan. "Makan lebih banyak, Ye Banxia. Kelak rumah ini adalah rumahmu sendiri. Tidak perlu sungkan dengan Kakek dan Nenek, mengerti?" bisik wanita tua itu dengan ramah sambil mengambilkan makanan untuk Ye Banxia.
"Terima kasih, Nenek. Aku tahu," Ye Banxia cepat-cepat mengangguk.Ia tersenyum dengan rendah hati hingga matanya yang indah sedikit menyipit dan alisnya melengkung.
"Yo, tidak ada yang memberitahuku kalau anak kedua juga pulang untuk makan?" seorang pria tiba-tiba muncul dari pintu ruang makan dan bertanya dengan suara berat.