Sebenarnya kami sudah nembawa alat untuk mendirikan tenda, tapi karena ada tempat yang bagus kenapa gak kami gunakan? Kan lumayan untuk menghemat energi. karena, sebenarnya kami sudah lelah menempuh perjalanan yang jauh dan berkelok-kelok. Setelah selesai menyimpan barang yang kami bawa, kami melanjutkan dengan sholat isya' berjamaah. Kemudian dilanjutkan dengan masak bersama.
"Kita masak oseng kangkung dan nasi liwet aja ya!" kata Pingki, yang membawa peralatan masak. "Kita bagi tugas, Rijal dan Hilmi ambil air dengan ember dan mencuci beras, Fira dan Apri menyiapkan bahan, sedangkan aku membuat dapur dan menyalakan api." lanjutnya. Aku dan Fira menyiapkan semua bahan seperti kangkung, tempe, bawang merah, bawang putih, dan cabe. "Ping dimana pisaunya?" tanyaku dengan heran. "Yadi aku bawa pisau kok, coba cari betul-betul!" jawabnya, sambil menunjuk tas besar yang berisi alat masak. Aku mencoba mencari tapi tidak ketemu. "Gak ada ping, udah aku cari-cari di dalam tas." ucapku, sambil menunjukkan tas yang sudah kosong, karena semua isinya sudah aku keluarkan. "Apa tadi jatuh dijalan ya? Aku ingat betul sudah aku masukkan. Trus gimana?" tanyanya mulai kebingungan. "Aku punya ide, lho bawa spatula kan?" tanyaku dengan senyum merekah. "Bawalah" jawabnya spontan. "Kita gunakan spatula aja buat memotong-motong bahan, kan spatula juga tajem kayak pisau." kataku dengan jelas. Yang lain pada ketawa. "Bisa aja lhu Pri" celetuk Fira. Setelah itu kami fokus dengan kegiatan masing-masing. Walau masih ada kendala saat memasak, saperti api yang mati karena angin yang kencang, trus air buat memasak yang keruh karena air disana langsung dari mata air, ya begitulah keadaan memasak di alam apa adanya. Tapi disela-sela itu temen kami uang bernama Hilmi masih sempat-sempatnya memfoto kami yang amburadul. Dia mengambil foto Fira yang sedang mengiris tempe menggunakan spatula, aku yang sedang memetik kangkung dengan jariku, dan Pingki yang sedang menyalakan api. Adalah keisengan kami untuk mengisi waktu yang hening ini. Dan bernyanyi bersama, walaupun suara kami pas-pasan.
Tepat pukul 11 kami selesai memasak dan sudah kami tata dengan rapi diatas alas. Kemudian kami menikmatinya dengan berbagai rasa, ada yang terlalu asin dan nasinya yang rasanya sangit karena efek dari api yang sering mati dan banyak mengeluarkan asap. Tapi kami tetap memakannya dengan lahap, karena rasa lapar mendominasi perut kami. Setelah selesai makan kami membersihkan semuanya, dan nasi yang masih sisa kami simpan buat besok pagi. Karena kopi yang tadi kami buat masih ada, akhirnya kami memutuskan untuk berbincang-bincang dulu sambil menghabiskan kopi tersebut.
"Eh, katanya disini ada air terjun loh, besok kita kesana yuk!" ajak Rijal, dengan antusias. "Masag, jauh gak tempatnya?" tanya Fira. "Gak tau, kan baru pertama kali." kata Rijal. Dan masih banyak lah cerita lain, maklum lama gak ketemu. Jadi banyak bahan yang ingin kami ceritakan. Tiba-tiba aku kebelet ingin ke toilet, tapi takut kalau sendirian. Biasalah aku suka parno kalau tempatnya sepi begini, dan belum beradaptasi. "Fir temenin aku yuk ke toilet!" pintaku dengan lirih. "yuk" jawabnya. Diantara kami bertiga aku paling sering minta tolong pada Fira, karena dia yang paling pengertian. Akhirnya keluar dulu dan Fira dibelakang ku. "Makasih Fir" ucapku. "Sama-sama, biasa aja kali" jawabnya santai.
Setelah itu kami melanjutkan bercerita kami. Gak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Kami yang sudah merasa lelahpun mulai mengantuk. Tempat buat tidur di bagi menjadi dua, buat para anak laki disebelah Utara dan yang cewek di sebelah Selatan. Agar tidak menimbulkan fitnah. Karena disana ada pengawas wisata.