rencana liburan

'Lupakanlah masalah itu, biar jadi kenangan. Dan sekarang fokus saja untuk meraih masa depan yang cerah.' Semangat ku dalam hati.

Hari-hari berlalu begitu cepat, dan sekarang sudah tanggal tua aja. 'asik udah tanggal tua, jadi bentar lagi gajian', batinku bersorak bahagia. Kemudian ku lanjutkan lagi kerjaanku.

"eh, cah kapan-kapan refresing yuh! Nek pantai Gemah. Seng tau tak parani kae, pas rekreasine anakku" (eh, nak kapan-kapan liburan yuk! ke lantai Gemah. Yang aku tahu kesana, waktu anakku rekreasi). Kata bu bos, dengan semangat. "Tapi khusus karyawan dalam saja." lanjutnya. "Enggeh mb kenging, manut mawon niki" (Iya mb boleh, ngikut aja kita). Jawab mb Sari seadanya. Aku dan yang lain hanya manggut-manggut dan mendengarkan kan saja. "Trus enaknya kapan?", tanya bos lagi. " mb saja yang nentuin!", kata mb Nuril. "Kalau minggu ini gimana?", usul buk bos. " Minggu ini anak saya ada lomba mb. ya udah aku tak gak ikut, daripada gak jadi liburan.", kata mb Sari. "Ya jangan gitu, tujuannya kita liburan itu untuk nyenengin anak-anak. Jadi kita undur minggu depan aja, biar bisa ikut semua.", jelasnya si bos. " ya udah kalau gitu, kita lihat situasi dan kondisinya saja. Nanti kelanjutannya gimana?", usul ku. "iyalah, gitu aja.", jawab mb Elsa, ikut nimbrung. " yowel lk ngunu."(ya sudah kalau begitu). kata si bos. Setelah perbincangan itu kami pun melanjutkan kan pekerjaan kami.

Tak terasa 1 minggu lebih waktu telah berlalu dan sekarang sudah tanggal 1 November. Artinya hari ini adalah hari gajian kami. Kalau awal bulan gini tugasku akan bertambah, yaitu menghitung gajiku dan yang lainnya. Dan itu membutuhkan konsentrasi yang tinggi, karena kalau salah sedikit saja bisa bahaya. Karena itu akan menjadi tanggungjawab ku nanti. Jadi aku harus menghitungnya dengan teliti. Setelah selesai menghitung gaji bulan ini, ku setorkan buku absen kami untuk di koreksi, dan tentunya untuk mendapatkan uang (senangnya hatiku🤭). Hari sudah menjelang, waktunya kami pulang. Tapi sebelum kami pulang, kami harus antri dulu untuk mendapatkan uang gaji. Sambil buk bos menghitung uang, kami pun mendiskusikan kelanjutan acara ke pantai itu.

"Gimana minggu ini bisa apa tidak?." tanya buk bos, sambil mencet-mencet mesin penghitung. "InsyaAllah bisa mb, gak ada yang sibuk kan?", tanya mb Nuril. "Tidak". Jawab aku, mb Elsa, dan mb Sari secara bersama. " Oke, Jadi kita tanggal 3 November ke pantai gemah. Enaknya berangkat jam berapa?". Tanya buk bos. "pagi aja, biar bisa lama-lama disana", usul mb Elsa. " Boleh, trus makannya gimana? bawa bekal apa beli disana?", tanya buk bos lagi. "Bawa bekal aja mb, biar irit", ucap mb Sari. " ya udah deal ya, jam 05.00 pagi harus sudah pada ngumpul di rumah saya. Nanti biar saya saja yang siapin bekalnya." ucap buk bos memutuskan. "enggeh mb", jawab kami memahami. Tak terasa waktu sudah semakin sore saja, dan kami sudah di gaji semua. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang.

Kebiasaan ku kalau setelah gajian yaitu, mengajak ibuku dan adikku keluar (kalau sama bapak jarang keluar bareng), sekedar untuk membeli makanan ringan. yah, itung-itung nyenengin orang tua, untuk membayar kerja keras beliau saat aku masih belum bisa menghasilkan. Dan malam ini rencananya, aku ingin mengajak ibuku beli mie ayam dan gorengan. Karena adikku sedang ada les, jadi dia tidak ku ajak.

"yuh mak jajan! (yuk mak jajan)", kebiasaan kalau dirumah aku ceplas-ceplos. " kemana?", tanyanya. "Ke Gambar" (yang dimaksud Gambar disini bukan kaya menggambar, melainkan sebuah desa yang di situ banyak penjual makanan). "yowes, yuh!. mok tukokne to?" (ya udah, yuk!, kamu belikan kan?" tanyanya. "iya, iya" jawabku seadanya. kamipun bersiap-siap, kemudian berangkat. Sesampainya disana.

"pak mie ayam dua ya, sama es teh satu. Dimakan disini!" Pesan ibuku kepada penjual langganan kami yang harganya pasti terjangkau,yaitu seporsi mie ayam hanya rp. 6.000. "Enggeh bu", kata bapak penjual. Kemudian aku dan ibu duduk di tempat yang telah disediakan. Kita menunggu sambil berbincang-bincang tentang hari ini. " Niki buk, pesanannya", kata pak penjual itu, meletakkan pesanan ibu tadi. "makasih pak", ucapku. Setelah itu keadaan jadi hening, karena kita fokus makan.

Selesai makan kita cari penjual gorengan, untuk dibawa pulang. Karena bapak tidak terlalu suka dengan mie ayam. Jadi kubelikan gorengan saja. Trus adikku ku belikan roti bakar. Tidak sampai 50.000 untuk membeli itu semua. Jadi masih amanlah Dompetku. hehe😁. Selesai belanja itu semua, akhirnya kita pulang.

Hanya semudah itu, untuk membahagiakan mereka. Aku pun bersyukur di tengah-tengah beliau (orang tuaku), karena aku diajarkan untuk hidup sederhana, tidak perlu yang mewah-mewah. 'Terima kasih telah mengajarku dengan baik bu, pak', kataku dalam hati.