Ayodya tenggelam, makin lama makin dalam. Perlahan, ia membuka matanya. Dimana aku? Apa yang terjadi? Ia mencoba menggerakan tubuhnya tetapi ia tidak dapat merasakan apapun. Kelumpuhan, itulah yang dialaminya saat ini.
Tidak, ini tak boleh terjadi. Aku harus berenang ke permukaan. Jika tidak, umat manusia akan binasa. Ia mencoba menggerakan jemarinya. Aku bisa, katanya dalam hati. Aku harus! Ia mengerahkan kekuatannya dan tangannya mulai terkepal. Ya! Sedikit lagi...gumamnya dalam hati. Oh tidak.
Puluhan, tidak ratusan hiu anak buah Okeanos! Pikir! Apa yang bisa ku lakukan untuk menghindari mereka?gumamnya dalam hati. Tetapi, anak buah Okeanos tak mungkin menunggu. Mangsa sudah di depan mata, dan apapun akan diberikan kepada mereka jika mereka membantu Okeanos untuk melenyapkannya.
Ayodya menatap hiu itu lekat-lekat dan berusaha untuk mengumpulkan kekuatan pada lengannya. Setidaknya, aku harus bisa melayangkan satu pukulan, katanya dalam hati. Tanpa ia sadari, hiu-hiu itu berenang cepat ke arahnya, melesat dengan membuka mulutnya, siap menelannya kapan saja.
SRIING! Seberkas sinar muncul dan menyinari tempat itu. Ayodya menutup mata dan tampak seseorang muncul di hadapannya. Ia menoleh dan tersenyum. Pria dengan wajah 50 tahunan itu berdiri dan mengangkat tombak emasnya. Ia menghentakannya dan sebuah lingkaran arus menghantam semua hiu itu hingga mereka terhempas cukup jauh.
Siapa dia?gumam Ayodya dalam hati. Begitu ia datang, tubuh Ayodya merinding ketakutan. Tubuhnya yang lumpuh seolah-olah bergerak sendiri untuk berlutut. Dia bukan dewa biasa seperti Okeanos dan Orizon. Auranya terasa seperti Dewi Gi, seolah-olah manusia bisa mati kapan saja ketika meihatnya.
Hiu-hiu itu kembali mendekat. Tetapi, ketika mereka hanya berjarak beberapa meter saja dari pria itu, mereka berhenti dan dengan gemetar, mereka mulai menunduk. "Pergi, selama aku masih mengampuni nyawa kalian,"katanya dengan tegas. Hiu-hiu tersebut berbalik dan melesat pergi secepat yang mereka bisa.
"Kurasa ini pertemuan pertamaku denganmu?"tanya sang pria sambil berbalik. Ayodya tak menjawab,mulutnya kelu. "Oh, payahnya aku, aku lupa kalau kau juga akan terkena imbasnya, mari kubantu kau berdiri,"katanya sambil mengulurkan tangannya. Tapi, Ayodya tetap pada posisinya. Terang saja, ia masih lumpuh.
"Kelumpuhan badan rupanya?"tanyanya sambil menarik tangan yang diulurkannya. Ia menyentuh dahi Ayodya dengan telunjuknya dan sebuah titik biru muncul di dahinya. "Kekuatanmu dikunci olehnya, dan kini aku sudah melepasnya kembali,"
Ayodya menggerakan tubuhnya perlahan-lahan. Ia lega karena mendapat kontrol tubuhnya kembali. "Kau mungkin harus bergegas untuk kembali, ketika kekuatanmu dikunci, beberapa dewa akan menyangka kau sudah mati, karena mereka tak bisa mendeteksi kekuatanmu,"jelasnya lagi.
"Terimakasih atas bantuan Anda,"kata Ayodya sambil membungkuk. "Maaf kalau saya lancang, tapi siapakah Anda?" Pria itu tersenyum hambar. "Aku adalah ayah dari kedua dewa yang mengubah hidupmu secara drastis, suami dari Gi, dan dewa penjaga 8 dunia, namaku Galaxias,"
Galaxias? Dimana aku pernah mendengar nama itu? "Ngomong-ngomong, kau ingat dengan kristal biru sumber kekuatanmu?" Ayodya mengangguk. "Itu kekuatanku, atau lebih tepatnya sebagian dari kekuatanku,"
Ayodya tersentak. Ia tak tahu harus mengatakan apa. "Kau pasti bingung mengapa aku memberikan kekuatan sebesar itu untuk manusia bukan?" Ayodya mengangguk, ia merasa seolah-olah Galaxias tahu apa yang ada dalam pikirannya.
"Aku hanya berusaha untuk memenuhi ramalan,"jelasnya lagi. "Ramalan apa?"tanya Ayodya. "Evlogia se Metamfiesi, adalah ramalan yang harus dilaksanakan di bumi. Ditulis langsung oleh Dewa Koryfi bagi dewa galaksi ini, yakni aku, Galaxias,"
"Jadi, kau bukan dewa tertinggi?" Galaxias menggeleng. Ia kemudian mengeluarkan sebuah lembaran yang berisi tulisan-tulisan yang tidak dimengerti Ayodya. "Alam semesta dan segala isinya diciptakan oleh Dewa Koryfi. Setelah itu dibawahnya adalah aku dan teman-temanku, para dewa galaksi lain, dan dibawah kami adalah dewa yang menghidupi dan mengatur setiap planet, begitulah susunannya,"
"Dewa Koryfi adalah dewa agung, tak ada seorang pun yang pernah melihat wajahnya karena kemuliaan selalu terpancar darinya, penghubung kami dengannya hanyalah pemimpin dewa dewi galaksi, Evgenis, yang menuliskan segala sesuatu lewat ramalan dan ramalannya selalu tepat."
Ayodya mengangguk, tanda mengerti. "Lalu, mengapa harus aku yang menghentikannya, dan bukan Anda? Bukankah Anda bisa menghentikan Okeanos dalam sekejap saja?"tanya Ayodya lagi. "Itu juga yang ku mau, tapi Dewa Koryfi tak mengizinkannya,"
"Darimana Anda tahu hal itu?" Galaxias menghela napas, "Karena Okeanos berhasil mendapatkan Osa Pairnei o Anemos, trisula yang mampu menghilangkan keberadaan dewa manapun," Ayodya tersentak dan mengingat kembali apa yang terjadi sebelum ia jatuh.
"Selain itu, apabila dewa galaksi ikut campur dengan kejadian internal suatu planet, maka dewa planet dan aku akan menerima hukuman, yaitu dilenyapkan dan digantikan karena dianggap tidak kompeten,"
"Sekarang dengarkan aku, tentang trisula itu, satu kali terkena serangannya, kekuatanmu akan terkunci, dua kali terkena serangannya, kekuatanmu akan mengalir keluar dari tubuhmu, tiga kali terkena serangannya, kau akan hilang selama-lamanya,"
Trisula merah itu! Itu yang dilemparkannya padaku ketika aku berusaha menyerangnya!gumam Ayodya dalam hati. "Aku harus memberitahu yang lain tentang hal ini," Galaxias tersenyum, "Bagus, gunakan kekuatan telepatimu untuk hal itu,"
Selesai memberitahukan semua temannya tentang hal itu, Ayodya pamit kepada Galaxias. Galaxias meminta padanya untuk menghentikan putrinya sebelum semuanya terlambat, entah apa maksudnya dan ia melambai dari jauh kepada Ayodya yang berenang naik ke permukaan.