Chapter XV: Meet

Hawkins? Apa yang dia lakukan di sana? Mengapa dia melayang sendirian? Jadi, selama ini dia mengelabuiku? Apa dia yang menghalau hunjaman palu pria paruh baya itu? Pertanyaan demi pertanyaan memenuhi benak Ayodya. Ia ingin jawaban tapi ia tahu ada hal yang lebih penting untuk dilakukan sekarang. "Siapa dia, Orizon?" Orizon memandang pria paruh baya tersebut denga tajam, "Bukan siapa-siapa, hanya seorang rendah, seorang pengkhianat yang harus dilenyapkan,"

Pria paruh baya tersebut menoleh, seakan mendengar apa yang dikatakan Orizon. "Begitukah bicaramu pada orang yang telah membimbingmu selama delapan belas tahun?"teriak pria paruh baya tersebut. Suaranya menggelegar, menggetarkan udara dan memekkakan telinga siapaun yang mendengarnya. "Delapan belas tahun aku mengabdikan diriku untukmu dan adikmu dan ini yang kudapat?"katanya sambil mengacungkan palunya ke Orizon.

"Kau tak berubah, Orizon. Kau tetap mengecewakan, tidak seperti adikmu, Okeanos,"katanya lagi dengan nada meremehkan. "Tidakkah kau mengerti bahwa apa yang dilakukan adikmu dan aku adalah hal yang benar dan adil? Tidakkah kau mengerti, Orizon?"tanyanya sambil menatap tajam Orizon. "Benar? Kau mengklaim bahwa apa yang kau lakukan adalah kebenaran. Kau mengklaim bahwa kau melakukan keadilan, lalu bagaimana dengan manusia-manusia lain? Yang mengejar kebenaran selama hidupnya, yang membangun apa yang tidak mereka rusak dan yang merawat apa yang bukan menjadi tanggung jawab mereka? Apa jawabmu untuk itu, wahai Skliros?"

Pria paruh baya itu menunduk, kemudian tertawa. "Hahahahaha! Kau masih saja mudah untuk dikelabui, Orizon! Itu sebabnya aku memilih untuk berada di sisi adikmu! Kau dan ibu serta ayahmu tak ada bedanya! Mudah untuk ditipu dengan sedikit kebaikan! Hahahahaha!" "Beraninya kau menghina mereka!"teriak Orizon penuh kemarahan. BLAR! Petir menyambar dan mengenai lengan pria paruh baya itu.

"Lebih baik kau memberitahuku sekarang dimana Okeanos sebelum aku menghanguskan tubuhmu juga," Skliros menyeringai. Ia menatap lengan kanannya yang hangus. Ia menyadari bahwa tangannya tak dapat digerakkan. Ia memotong lengan kanannya dan dalam sekejap, sebuah lengan yang baru tumbuh dengan sendirinya. "Terkejut, wahai putra Gi? Kau tak menyangka adikmu akan memberikanku sesuatu bukan?"

Wajah Orizon memucat, "Tak mungkin," Skliros mengangguk dengan penuh kemenangan. "Ieri Dynami," gumamnya pelan. "Apa?"tanya Ayodya yang tak mengerti pembicaraan mereka berdua. "Dia pasti telah meminumnya,"kata Orizon lagi. "Memangnya kenapa kalau dia meminumnya?"tanya Ayodya lagi. "Ieri dynami artinya kekuatan suci. Regenerasi dan keabadian adalah dua hal yang didapat seorang dewa apabila meminumnya. Tetapi, untuk manusia dan makhluk lainnya, belum jelas apa yang akan terjadi pada mereka,"

"Ia pasti telah meminumnya, aku yakin,"kata Orizon. "Bagaimana mungkin? Lokasi tempat tersebut sangatlah tersembunyi. Aku yakin bahkan Okeanos tidak dapat menemukannya," Skliros menyeringai dan menatap Orizon dengan tatapan licik, "Ya, Okeanos memang tidak mengetahuinya, dan menurutmu, bagaimana caranya aku bisa ke sana?" Ayodya tersadar apa yang dia lihat untuk sekejap disana bukanlah imajinasinya.

"Dia mengikuti kita," Orizon tersentak, "Apa? Sejak kapan?" Skliros menempelkan jari telunjuknya di dagunya, membuat pose solah-olah ia sedang berpikir, "Jika kujawab sejak kau bertemu dengan Shiori, kira-kira apa reaksimu? Aku penasaran, khukhukhu…" Orizon terdiam. Ia tahu dengan pasti bahwa rencana ini tidak akan berjalan semulus itu.

"Kau pikir aku tak menyadari keberadaanmu?"tanya Orizon. Skliros tersentak, ia tak menyangka perkataannya akan dibalas. "Jadi, itu sebabnya kau terus mengatakan akan mengajarku, tetapi pada akhirnya kau tidak melakukannya sama sekali,"kata Ayodya seolah-olah paham dengan perkataan Orizon. Kini. giliran pria paruh baya itu yang tak mengerti pembicaraan mereka.

"Ayodya, aku akan mengatasinya, kau carilah Okeanos, hanya kau yang mampu mengalahkannya,"lanjut Orizon lagi. "Itu tak perlu, kakak," Pusaran air muncul dari lautan dan membentuk sebuah wujud, Okeanos. "Aku tak menyangka kakak akan tetap berada di sisi manusia hingga saat ini,"katanya tanpa memandang Orizon sedikitpun.

"Jika kakak mau membantu manusia itu untuk mengembalikan bumi seperti sedia kala, maka kakak harus melawanku. Melawanku dan guru Skliros, saat ini, sekarang juga." Okeanos memandang kearah kapal-kapal manusia. "Tentu saja dengan memperhatikan keselamatan mereka, sebab aku sama sekali tak peduli jika serangan-serangan kita mengenai mereka selama kita bertarung,"

"Jangan khawatir, kalian bisa mengandalkan kami,"kata Hawkins yang kembali melayang keluar kapal. "Kami bisa melindungi diri kami sendiri,"lanjut Hawkins. "Ya! Kalahkan dia!"teriak seseorang dari kapal. "Kembalikan bumi!"teriak yang lain. "Kau pasti bisa!" Teriakan demi teriakan membangkitkan semangat Ayodya dan Okeanos. "Kau siap?"tanya Orizon. "Aku mungkin memang tak bisa dibandingkan dengan mereka, tetapi aku akan berusaha sebisaku,"kata Orizon lagi. "Tidak, kau lebih dari mereka dan aku percaya itu,"balas Ayodya padanya. "Ayo,"kata Ayodya sambil menepuk punggung Orizon. Orizon mengangguk.

Okeanos menarik napas dalam-dalam, memulai kuda-kudanya dan memulai gerakannya. "STEREA PROSTASIA PAGOU!" Air laut bergerak naik dan siap menghunjam mereka kapan saja. "Dengar baik-baik Ayodya, aku hanya akan mengatakannya satu kali. Sterea Prostasia Pagou adalah jurus andalan adikku. Terdiri atas tiga tahap, langkah pertama dan kedua untuk pertahanan dan langkah ketiga untuk penyerangan."

"Akan sangat baik apabila kau berhasil menyerangnya sebelum ia memulai langkah kedua karena ia sudah pasti sulit dikalahkan ketika sudah mencapai langkah ketiga. Okeanos tidak akan bisa berbuat apa-apa selama langkah pertama dan kedua yang artinya, Skliros akan menyerang atau berjaga untuk melindunginya. " Ayodya mengangguk dan melesat menuju Okeanos dengan pedang di tangannya.

TRANG! Pedang Ayodya dan tombak Skliros beradu. "Kau harus menghadapiku terlebih dahulu jika kau mau mencapai Okeanos,"katanya. "Tidak, kau akan berhadapan denganku,"kata Ayodya yang tiba-tiba berubah menjadi Orizon. "Kau? Artinya, "kata Skliros sambil menoleh ke belakang. "Ya, kau benar. Dia diatas sana,"kata Orizon sambil memandang ke atas.

"Argh!"teriak Skliros sambil bergerak ke atas. "Tak akan kubiarkan kau kabur begitu saja,"kata Orizon sambil mengejarnya. "RETALION ZANCLUS!"teriak Orizon. Awan menutupi pandangan Skliros dan petir mulai menyambarnya. Skliros menghindarinya dengan baik, tetapi tidak semua. Ia tak peduli dengan Orizon dan mengingat bahwa ia telah meminum Ieri Dynami ia berpikir bahwa ia akan baik-baik saja.

"Melihat kau mengejarnya dengan sangat, membuatku berpikir bahwa kau tak percaya Okeanos bisa mengalahkannya seorang diri." Skliros memandang Orizon dengan tatapan benci. "Jaga ucapanmu, Orizon. Aku tahu bahwa adikmu lebih dari siapapun yang kukenal." Orizon tersenyum, "Tapi, kau tak mengenalnya,"kata Orizon sambil menunjuk ke atas. "Manusia itu? Pfft! Jangan membuatku tertawa. Dia tak lebih dari seorang manusia yang mendapat kekuatan ayahmu secara abstrak,"

"Kau tak tahu siapa dia sebenarnya,"kata Orizon sambil memanahnya dengan petir. Skliros menghindarinya. "Dia anak Ouranos," Skliros membeku sesaat. "Kau bergurau. Ouranos tak mempunyai anak."katanya lagi. "Kau tak tahu semua hal yang terjadi di alam semesta, Skliros, pandanganmu hanya terbatas pada apa yang terjadi di bumi ini," Skliros memucat. Ouranos pernah mengalahkannya jauh sebelum Okeanos dan Orizon ada, dan hal itu membekas di dalam benaknya.

Skliros melihat kanan dan kirinya. Ia mencari keberadaan Ouranos. Orizon mengubah panahnya menjadi pedang. Skliros mengubah trisulanya menjadi tameng. "Kau tak perlu mencarinya, Skliros. Dia sudah lama berada disini. Kau bahkan tak menyadarinya," Orizon mengubah pedangnya menjadi sebuah kapak intan. Ia menghunjamnkan kapaknya dan tameng Skliros terbelah menjadi dua. Skliros berhasil menghindar meskipun ia tergores sedikit.

Dimana dia?katanya dalam hati. Orizon terus menerus menyerangnya tanpa henti. Ia tahu bahwa kemampuan regenerasi memiliki batasnya. Ia akan terus menyerang Skliros hingga kekuatannya habis. Ia telah memikirkan rencana ini matang-matang. Memancingnya dengan membicarakan Ouranos bertujuan menghilangkan fokusnya. Sesaat setelah kata itu diucapkan, ia pasti akan mencari dewa tersebut hingga ia menemukannya.

Sedari awal, ini bukan hanya pertarungan antara Okeanos, Skliros, Orizon dan Ayodya. Ini pertarungan antara dewa dan manusia. Dimana manusia, bersama dengan Orizon telah menyusun rencana untuk bersama-sama menghancurkan rencana Okeanos dan mengembalikan bumi seperti sedia kala. Orizon sudah menyusunnya dengan sempurna. Ia tahu apapun yang berhubungan dengan manusia tidak akan menarik minat Skliros. Skliros hanya mengikuti Okeanos karena Okeanos memberikan apa yang dia inginkan.

"Lelaki itu,"gumam Skliros tiba-tiba. Ia menuju ke arah Hawkins. "OURANOS!!!"teriaknya sambil melesat. Hawkins diterjangnya hingga mereka tenggelam ke lautan. Skliros menghajarnya sekuat tenaga dan Hawkins sama sekali tak membalasnya. Skliros berhenti. Aneh, katanya dalam hati. Dia bahkan tidak melawanku sama sekali. Dia terlalu lemah. Jangan-jangan bocah itu menipuku.

Lagipula apa yang kuharapkan? Bagaimana mungkin kau membiarkan dirimu ditipu semudah itu, Skliros? Kau tahu Ouranos tak akan mungkin ada di sini. "Lebih baik aku pergi dan menghabisi manusia itu secepat mungkin,"kata Skliros sambil meninggalkannya. Sebuah tangan meraih pundaknya. Ia berusaha bergerak menjauh tetapi cengkraman tangan itu terasa sangat kuat. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Hawkins memegang pundaknya.

Kemarahan dengan jelas terpampang di wajahnya. Ia menarik Skliros keluar dari air dan api biru mulai menjalar ke lengannya, membakar Skliros. Skliros meronta-ronta. "Jika kau berani menyentuh anakku dengan seujung jaripun, kau akan tahu akibatnya,"katanya sambil membakar Skliros.

BYUR! Sesuatu jatuh dari ketinggian. Ouranos melepaskan genggamannya dan Skliros terjatuh. Ia menyadari sesuatu. Orizon berteriak dari jauh, dan ia tak mendengar dengan jelas apa yang dikatakannya. Samar-samar, dari kejauhan, ia menyadari sesuatu tengah mengapung di permukaan laut. Dengan cemas, ia mendekatinya dan kini ia tahu apa yang diteriakkan oleh Orizon.

"AYODYA SUDAH MATI!"