Chapter 3

Pertempuran itu berlangsung setengah jam dan sudah dapat siapa yang menjadi pemenangnya. Guon Yi yang tau akan kekalahnya mencoba untuk melarikan diri namu sebelum itu terjadi Dewa Tertawa mengeluarkan jurus pamungkasnya.

Lalu keluarlah wujud buddha berwarna merah yang memiliki wajah yang marah lalu roh buddha tersebut mengapit dan memukul Guon Yi dengan seribu tanganya, dan itu langsung membuat Guon Yi terpental dan membuat dirinya pingsan.

Guon Yan yang melihat kakaknya sudah dikalahkan langsung berusaha untuk menolong kakaknya namun sebelum hal itu terjadi tiba tiba Dewa bijaksana mengeluarkan jurus pamungkasnya yaitu tarian seribu pedang Guon Yi yang melihat jurus itu tidak dapat berbuat apa apa dan sekijur tubuhnya penuh dengan luka sayatan namun itu tidak membunuhnya.

Setelah itu datanglah pasukan dari kerajaan yang mengepung benteng tersebut yang dipimpin oleh Jendral Cheng Ming. Semua bandit bandit tersebut dapat di ringkus dengan meskipun beberapa ada yang berhasil lari.

Saat tiga dewa berhasil mengalahkanya mereka lalu melihat ada seorang bocah yang bersembunyi Dewa Bijaksana lalu menghampiri dirinya. "Kemarilah nak jangan takut kami bukan orang jahat." Bocah itu lalu datang mendekati mereka bertiga.

Keadaan bocah sangatlah buruk pakaianya compang camping dan juga rambutnya begitu berantakan. Tentu saja itu membuat ketiga dewa iba kepada anak tersebut.

"Nak apa kau mau ikut dengan kami, tapi kami bukanlah orang yang berada kami menganggap langit sebagai atap kami dan bumi sebagai tikar kami."

"Tidak apa apa aku sudah terbiasa hidup seperti itu." Xiao Yan lalu bersujud sebanyak tiga kali kehadapan mereka. "Apa sekarang aku boleh memanggil kalian guru." Katanya dengan sangat senang. Ketiga dewa yang melihat itu begitu senang dengan tingkah lakunya.

Lalu Jendral Cheng Ming datang menghampiri tiga dewa tersebut. "Saya Jendral Cheng Ming berterima kasih kepada tiga dewa karena mau membantu menangkap para penjahat ini." kata Jendral Cheng Ming dengan penuh hormat.

"Jendral tidak perlu berterimakasih. Sudah tugas kami membantu bila seandainya kaisar meminta bantuan kepada kami ini." Jawab Dewa Bijaksana. "Sang kaisar berkata kalau kalian diundang dalam jamuan makan malam bersama kaisar dan kaisar juga berkata kalau para dewa dimohon tidak menolaknya." Imbuh Jendral Cheng Ming.

"Hahaha...kebetulan sekali guciku sudah habis pastilah didalam istana sana akan ada minuman yang sangat enak." kata dewa tertawa dengan senangnya. Lalu berangakatlah mereka menuju ibu kota kerajaan untuk melaporkan hasil dari tugas mereka.

Akhirnya mereka sampai diistana raja. Xiao Yan diminta oleh para gurunya untuk menjaga kuda mereka karena setelah jamuan makan malam mereka akan langsung pergi. Xiao Yan sangat bosan menunggu ketiga gurunya, akhirnya dia memutuskan untuk berjalan sebentar mengelili istana.

Lalu dia mencium bau yang sangat enak yang berasal dari ruang depan yang rupanya itu tempat para koki istana menyiapkan makanan. Dengan mengendap endap dia mencoba masuk kedalam lalu masuk kekolong meja, dia menunnggu sampai tidak ada orang yang ada disana.

Dia lalu keluar dan melihat makanan yang begitu banyak langsung saja membuat dirinya lupa daratan dan langsung saja mengambil semua makanan tersebut. Saat dia tengah asik makan lalu datang seorang gadis kecil. "Hai!!!sedang apa kamu lakukan disini." Xiao Yan langsung kaget dan segera memutar badan kebelakang.

"Kau pasti pencuri ya disini."

"Ti-tidak kok, aku hanya mengambil sedikit makanan saja tidak banyak."

"Tetap saja itu mencuri." Gadis itu melihat penampilan Xiao Yan yang begitu kotor menebak kalau dia seorang pengemis yang berusaha mencari makan. "Baiklah tidak apa tapi cepatlah jangan sampai kau ketahuan ya." kata Gadis itu dia langsung pei meninggalakan Xiao Yan.

Xiao Yan yang mendengar hal tersebut sangatlah senang dia langsung mengambil beberapa makanan dan segera pergi dari tempat itu. "Untunglah para guru belum datang." katanya dengan lega. "Memangnya kenapa kami belum datang." kata Dewa Tertawa dari belakang Xiao Yan.

Xiao Yan sontak langsung kaget, para dewa sebenarnya sudah datang tepat saat Xiao Yan pergi jalan jalan mereka melihatnya dan mengamati apa yang dia perbuat. "A-anu guru ak-aku tadi pergi jalan jalan sebentar."

"Pastilah perutmu sudah terisi penuh hahaha." Xiao Yan tidak dapat mengelak kembali karena gurunya sudah mengetahui segalanya. "Aku minta maaf guru aku tadi sangat lapar dan aku tidak dapat menahan diri."

"Hahh...tidak apa apa tapi lain kali jangan kau lakukan lagi kerena mencuri bukanlah perbuatan yang baik mengerti." kata dewa bijaksana. "Baik guru aku mengerti." katanya dengan wajah lesu. "Baiklah kalau begitu ayo pergi sekarang."

Mereka lalu pergi, perjalanan mereka memakan waktu tiga hari akhirnya mereka tiba juga disebuah kaki gunung. Sebelum mereka sampai ketujuan mereka berhenti disebuah sungai Dewa bijaksana memberikan pakaian kepada Xiao Yan dan memintanya untuk mandi.

Xiao Yan langsung menerimanya dan langsung berlari kearah sungai denga senangnya selama dia ada digurun mandi merupakan barang yang sangat mewah karena pada umumnya air minum jauh lebih penting dari pada untuk mandi. setelah selesai dia lalu menghampiri gurunya dan mereka lalu melanjutkan perjalan mereka lagi. Pemandangan yang ada ditempat itu sangatlah indah seolah olah ada orang sengaja melukisnya seperti itu.

Memang benar apa kata orang sebagus bagusnya karya manusia pastilah akan lebih bagus karya yang menciptakan manusia. Mereka akhirnya tiba ditempat tujuan. "Xiao Yan mulai sekarang kami akan mengajarimu tentang energi roh kita mulai dengan mengolah fisikmu, ikutlah denganku." kata Dewa Tertawa.

Lalu Xiao Yan masuk kedalam gua, didalam sana sangatlah gelap yang mengaharuskan Xiao Yan berpegangan dengan gurunya. Akhirnya mereka tiba disebuah ruangan didalam ruangan tersebut terdapat sebuah baru giok raksasa yang seperti tempat tidur.

"Sekarang kau duduk diatas kasur giok tersebut." Xiao Yan tanpa membantah perkataan gurunya langsung naik keatas sana. Tapi baru beberapa menit dia langsung turun karena tidak tahan dengan hawa dingin yang keluar dari batu giok tersebut.

Bersambung