"Aku tidak mau menjadi beban Hanin," ucap Hasta dengan suara parau berusaha bertahan dari rasa sakit yang di deritanya.
"Ya sudahlah Hasta, bagaimana baiknya saja. Aku hanya menyarankan segeralah operasi agar kamu bisa hidup lebih lama. Dengan keadaan kamu seperti ini, aku tidak bisa memastikan keselamatan kamu," ucap Husin merasa putus asa dengan keras kepalanya Hasta.
"Sekarang kamu bisa melihat Hanin, aku akan mengantarmu ke sana," ucap Husin sambil memindahkan infus vitamin Hasta ke tiang brankar.
"Husin, tolong lepas saja semua ini. Aku tidak ingin Hanin tahu keadaanku. Dan aku minta padamu jangan membicarakan hal ini pada Hanin. Aku mohon padamu," ucap Hasta dengan tatapan memohon.
"Seperti apa yang kamu inginkan saja Hasta. Kamu memang keras kepala. Kamu tidak tahu bagaimana rasanya kalau Hanin tahu tentang hal ini," ucap Husin sambil memberikan perintah pada Dian untuk membawa membantu Hasta ke kamar Hanin.
"Tidak perlu Suster, aku akan ke sana sendiri. Aku hanya minta di temani Husin ke sana," ucap Hasta seraya turun dari tempat tidurnya dan berjalan pelan keluar di ikuti Husin yang berjalan di sampingnya.
"Apa tempatnya masih jauh Husin?" Tanya Hasta berusaha berjalan tegak dan tidak menunjukkan rasa sakit di dadanya.
"Sebentar lagi sudah sampai. Kamu akan baik-baik saja kan?" Tanya Husin memastikan keadaan Hasta yang masih terlihat pucat.
Hasta menganggukkan kepalanya.
"Itu kamarnya, sebaiknya kamu masuk sendiri. Aku harus ke pasien yang lain. Kalau terjadi sesuatu pada Hanin hubungi saja aku," ucap Husin sambil menepuk pelan bahu Hasta dan meninggalkan Hasta yang berdiri sambil memegangi dadanya.
Dengan tertatih-tatih Hasta berjalan ke kamar Hanin dan membuka pintu dengan sangat pelan.
Hasta menutup pintu kamar dan melihat Hanin berbaring di tempat tidurnya.
"Hanin... akhirnya aku bisa melihatmu lagi. Entah sampai berapa lama lagi aku bisa di sampingmu Nin," ucap Hasta dalam hati mendekati Hanin yang masih belum bangun dari tidurnya.
"Hanin sayang," panggil Hasta sambil menggenggam tangan Hanin dan menciumnya dengan penuh kerinduan.
"Bangunlah Hanin, aku sangat merindukanmu," ucap Hasta lagi dengan air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.
"Mas..." Panggil Hanin membuka matanya saat merasakan kecupan hangat pada punggung tangannya.
"Hanin, kamu sudah sadar? Bagaimana keadaanmu. Apa kamu merasa sakit?" Tanya Hasta dengan penuh perhatian.
"Aku baik-baik saja Mas. Hanya sedikit merasa ngilu di bagian perutku," ucap Hanin sambil mengusap perutnya dengan pelan.
"Apa aku bisa melihatnya Nin? Aku ingin menyentuh bayi kembar kita dan menciumnya agar kamu tidak merasa sakit," ucap Hasta meminta izin untuk melihat keadaan perut Hanin.
"Lakukan saja Mas," ucap Hanin dengan perasaan haru dan iba melihat wajah Hasta yang terlihat lelah dan pucat.
Mendapat izin dari Hanin, perlahan Hasta menarik pelan kemeja Hanin dan melihat jelas perut Hanin yang tertutup sebagian oleh perban.
Dengan penuh perasaan Hasta mengusapnya dengan sangat hati-hati dan menciumnya dengan sangat lama.
Entah kenapa, hati Hasta merasa tenang dan berdegup sangat kencang saat mencium dan mengusap perut Hanin.
"Setelah aku cium apa masih terasa sakitnya Nin?" Tanya Hasta sambil menutup kembali perut Hanin dengan menurunkan kemejanya.
"Sudah tidak sakit lagi Mas, sepertinya ciuman Mas Hasta sangat ajaib," ucap Hanin dengan tersenyum.
"Kalau begitu, setiap kamu kesakitan bilang padaku. aku akan menciumnya agar kamu tidak kesakitan lagi," ucap Hasta membalas senyuman Hanin.
"Ouchh Mas, bibirku sakit sekali Mas. Apa kamu bisa menciumnya?" Pinta Hanin dengan tatapan manja.
"Hanin, apa kamu serius? Jangan lagi menggodaku Hanin," ucap Hasta antara percaya dan tidak percaya dengan kesakitan Hanin pada bibirnya.
"Benar Mas, bibirku sakit sekali. Bukankah Mas Hasta sudah berjanji untuk mencium di mana aku kesakitan?" Ucap Hanin menagih janji Hasta.
"Baiklah Nin, aku akan menyembuhkannya," ucap Hasta menahan rasa gugupnya mulai mencium bibir Hanin yang terlihat menggemaskan.
Saat Hasta mulai mencium bibirnya dengan cepat Hanin membalas ciuman Hasta dengan menggigit lembut bibir bawah Hasta yang kenyal.
Hasta sedikit terkejut namun demikian membiarkan Hanin membalas ciumannya dengan sangat dalam.
Cukup lama Hasta membiarkan Hanin mencium dan bermain dengan lidahnya.
"Mas, kenapa kamu tidak membalas permainanku?" Tanya Hanin menghentikan ciumannya saat tidak ada balasan dari Hasta.
"Aku takut kamu semakin kesakitan Hanin, bukannya bibir kamu sakit?" Ucap Hasta menatap bibir Hanin yang cemberut dan tatapan mata yang terlihat kesal.
"Bibirku tidak sakit Mas, tapi aku merindukanmu. Aku merindukan ciumanmu Mas," cicit Hanin sambil memeluk leher Hasta agar semakin dekat dengan wajahnya.
"Aku juga merindukanmu Hanin," bisik Hasta tidak sanggup menolak keinginan Hanin yang selalu bisa meluluhkan hatinya.
"Kalau begitu balas ciumanku Mas," sahut Hanin kemudian melanjutkan ciumannya dan dan menghisap lembut bibir bawah Hasta yang sudah membalas gerakan bibirnya dengan lumatan-lumatan kecil yang beruntun.
"Asshh...Mas...aku merindukanmu," bisik Hanin merasakan gelora hasratnya yang sudah mulai memburu.
Hasta memejamkan matanya, membiarkan kedua tangan Hanin yang mulai meraba dadanya dan dan mulai masuk ke sela depan celananya.
"Hanin jangan teruskan, kamu masih sakit. Perut kamu nanti bermasalah," ucap Hasta dengan suara tercekat berusaha menahan gelora hasratnya yang sudah memuncak.
"Aku tidak akan menggerakkan perutku Mas. Aku merindukan yang ada di dalam sini," bisik Hanin berusaha membuka resleting celana Hasta agar bisa memegang milik Hasta yang terlihat sudah mengeras.
"Hanin.... jangan Hanin, aku bisa kesakitan," suara Hasta mulai tercekat merasakan kesakitan pada bagian miliknya yang benar-benar sudah mengeras.
"Mas....kunci pintunya. Biarkan aku membahagiakanmu walau hanya sebentar," ucap Hanin merasa kasihan melihat Hasta yang sudah kesakitan menahan hasratnya.
"Hanin, kamu tidak harus melakukan ini. Aku tidak ingin kamu lelah, kamu baru saja operasi Nin," ucap Hasta merasa bingung antara hasratnya yang memuncak dan rasa kasihan pada Hanin.
"Aku tidak apa-apa Mas, sungguh. Kunci saja pintunya sebentar. Aku ingin melihat milikmu Mas, aku ingin sekali melihatnya," ucap Hanin dengan tatapan memohon.
Melihat tatapan Hanin yang memelas hati Hasta tidak tega kemudian berjalan ke pintu dan menguncinya.
"Cepatlah kemari Mas,aku sudah tidak tahan ingin melihatnya," ucap Hanin mengulurkan tangannya agar Hasta segera mendekat.
Dengan perasaan berdebar-debar Hasta kembali berdiri di samping Hanin. Hanin segera membuka resleting Hasta dan menurunkan celananya.
"Mas," panggil Hanin menatap Hasta yang sedang menatapnya dengan tatapan sayu.
"Lakukan saja Nin," ucap Hasta dengan suara bergetar setelah menurunkan celana dalamnya hingga terlihat jelas batang miliknya yang sudah mengeras.
"Mendekatlah Mas," ucap Hanin menarik pelan pinggang Hasta agar batang miliknya bisa dekat dengan mulutnya.