SANGAT MENCINTAIMU

"Hanin? Ada apa denganmu? Kenapa kamu menangis? Baiklah, apa kamu ingin sesuatu? Katakan padaku sekarang. Tapi kamu jangan menangis Hanin," ucap Hasta seraya mengusap air mata Hanin. Entah kenapa ia merasa cemas dan panik melihat Hanin yang tiba-tiba menangis.

"Kalau Mas Hasta ingin tahu, aku tidak ingin apapun Mas. Aku hanya ingin kamu terbuka dan bilang padaku kalau kamu sedang tidak baik-baik saja. Aku ingin tahu semua yang kamu rasakan Mas. Aku ingin bisa menjadi obat dan penenang hati kamu Mas. Jangan lagi menyembunyikan rasa sakit kamu dariku," ucap Hanin menangis terisak-isak mengeluarkan apa yang ia rasakan.

"Saat di rumah sakit, aku tahu kamu kesakitan dan muntah darah. Bahkan aku tahu, kamu juga pingsan. Dan sekarang, aku juga tahu kalau kamu juga kesakitan. Kenapa kamu harus menyembunyikan kesakitan kamu Mas. Aku istrimu, aku juga merasakan sakit kamu Mas Hasta," ucap Hanin lagi sambil meletakkan kedua tangannya di dada Hasta.

Mendengar semua ucapan dan tangisan Hanin, Hasta tidak bisa berkata apa-apa selain menangis dalam diam merasakan kebahagiaan yang tidak bisa ia ungkapkan.

"Hanin, jangan menangis lagi. Tolong maafkan aku sayang. Aku tidak bermaksud menyembunyikan apapun darimu. Aku hanya tidak ingin kamu cemas karena sakitku. Aku tidak mau menjadi beban kamu Hanin," ucap Hasta berusaha menjelaskan apa yang ia cemaskan.

"Kenapa kamu berpikir seperti itu Mas. Aku istrimu tentu saja aku merasa cemas dengan keadaan kamu. Dan kamu bukanlah beban bagiku Mas. Aku mencintaimu, aku ingin kamu baik-baik saja dan bahagia. Kamu jangan hanya memikirkan kebahagiaanku saja Mas. Aku tidak akan bahagia kalau kamu tidak bahagia Mas," ucap Hanin berusaha menjelaskan pada Hasta kalau ia sangat sakit dengan apa yang Hasta sembunyikan darinya.

Mendengar semua ucapan Hanin yang terakhir, Hasta tidak bisa lagi menahan airmatanya. Dengan tangisan tertahan Hasta memeluk Hanin dengan sangat erat.

"Tolong maafkan aku Hanin. Aku sudah membuat kamu sedih. Tolong maafkan aku sayang. Sungguh aku tidak bermaksud membuat kamu sedih seperti ini," ucap Hasta dengan suara parau sangat merasa bersalah pada Hanin yang benar-benar sangat perhatian dan mencintainya.

"Aku sangat mencintaimu Mas, aku takut kehilangan kamu. Aku tidak akan sanggup kehilangan kamu Mas," ucap Hanin di sela-sela tangisannya.

"Aku juga sangat mencintaimu Hanin, sangat mencintaimu. Aku juga takut kehilangan kamu," ucap Hasta semakin erat memeluk tubuh Hanin.

"Jangan lagi menyembunyikan apapun dariku Mas. Aku akan selalu ada untukmu. Dan apapun yang terjadi padamu bukanlah beban bagiku, karena aku sangat mencintaimu," ucap Hanin membalas pelukan Hasta dan mengusap lembut punggung Hasta yang basah.

"Aku juga sangat mencintaimu Nin. Terimakasih sudah mencintaiku sampai saat ini," bisik Hasta merasa tenang dengan cinta Hanin yang begitu besar padanya.

"Sekarang katakan padaku Mas, apa dada kamu sakit lagi?" Tanya Hanin setelah hatinya mulai tenang.

Hasta menganggukkan kepalanya pelan, meraih tangan Hanin dan meletakkan di dadanya.

"Dari beberapa hari yang lalu aku merasakan sangat sakit saat bernapas Nin," ucap Hasta dengan jujur apa yang ia rasakan.

"Berbaringlah Mas," ucap Hanin seraya membantu Hasta berbaring dengan memberi bantal agak tinggi agar Hasta tidak merasa sesak.

"Apa kata Dokter Husin Mas? Aku mendengar sendiri, Dokter Husin menyarankan kamu untuk segera operasi transplantasi paru-paru. Bukankah kamu sudah berjanji padaku mau melakukan hal itu Mas?" Ucap Hanin dengan tatapan penuh menatap kedua mata Hasta yang terlihat sayu.

"Ya Nin, aku pasti memenuhi janjiku padamu. Tapi tidak bisa sekarang Nin," ucap Hasta dengan tatapan berkabut karena Hanin belum tahu keadaannya yang sesungguhnya.

"Kenapa Mas? Bukankah di jaman sekarang mudah untuk mendapatkan donor paru-paru? Lagi pula ada Dokter Husin yang akan membantu kamu Mas," ucap Hanin ingin tahu alasan Hasta tidak mau operasi secepatnya.

"Bukan karena hal itu Hanin. Masalahnya aku takut, aku takut meninggalkanmu Hanin. Aku masih ingin melihat kamu menjadi wanita yang sukses dan menjadi seorang ibu yang melahirkan bayi kembar kita," ucap Hasta dengan suara tercekat.

Hanin sedikit terhenyak dan tidak mengerti dengan penjelasan Hasta yang takut meninggalkannya.

"Aku tidak mengerti Mas, apa yang ingin kamu jelaskan padaku Mas? Kenapa Mas Hasta berpikir akan meninggalkan aku?" Tanya Hanin dengan tatapan mata berkabut merasa takut kehilangan Hasta.

Hasta menghela nafas dalam sebelum menjawab pertanyaan Hanin.

"Dengarkan aku Nin, sakitku sudah sangat parah. Dan bukan hanya paru-paruku saja yang bermasalah. Ada beberapa organ tubuhku yang tidak berfungsi dengan baik. Seandainya aku melakukan transplantasi paru-paru, keselamatanku sangat kecil sekali. Dan Husin tidak menjamin operasiku seratus persen berhasil. Semua tergantung pada takdirku. Karena itulah aku tidak ingin melakukannya di saat aku masih ingin bersamamu. Aku masih ingin bersamamu lebih lama Nin," ucap Hasta dengan suara lirih dan tatapan matanya yang sudah berkaca-kaca.

Mendengar penjelasan Hasta yang cukup panjang tentang sakitnya, Hanin hanya bisa terpaku dan tidak tahu harus bicara apa selain air matanya yang sudah tidak bisa ia pertahankan lagi.

Hanin memeluk Hasta dan menangis sejadi-jadinya.

"Kenapa takdir kamu seperti ini Mas? Kenapa Tuhan memberikan ujian pada kamu yang begitu baik? Aku tidak mau kehilangan kamu Mas. Aku tidak mau kehilangan kamu," ucap Hanin menangis pilu dalam pelukan Hasta.

Hasta hanya diam, mengusap punggung Hanin dengan penuh rasa sayang.

"Kamu harus bersabar Hanin, kamu harus kuat. Jangan menangis lagi, kasihan bayi kembar kita kalau kamu sedih. Kamu harus ingat pesan dari Husin. Kamu harus menjaga bayi kamu dengan baik," ucap Hasta berusaha menenangkan Hanin yang tidak berhenti menangis.

"Aku tidak bisa Mas...aku sangat sedih, aku tidak mau kehilangan kamu Mas. Berjanjilah padaku untuk tidak meninggalkan aku. Berjanjilah Mas," ucap Hanin sambil menangkup wajah Hasta dengan air mata berderai.

"Aku tidak bisa berjanji padamu Hanin, tapi aku akan berusaha bertahan sampai melihat kamu bisa berdiri sendiri dan melahirkan bayi kembar kita. Percayalah padaku, aku tidak akan meninggalkan kamu sebelum kamu benar-benar bahagia," ucap Hasta dengan tersenyum berusaha menenangkan hati Hanin yang benar-benar sedih.

"Tidak Mas, jangan bicara seperti itu. Kamu akan berada terus di sampingku selamanya. Katakan padaku Mas, kamu mencintaiku kan Mas?" Tanya Hanin dengan tatapan sedih benar-benar merasa takut kehilangan Hasta.

"Aku sangat mencintaimu Hanin, bahkan aku bisa menyerahkan nyawaku untukmu," ucap Hasta dengan tatapan sangat dalam.

"Aku tidak ingin apapun darimu Mas, aku hanya ingin kamu tetap hidup untukku. Bisakah kamu memberikan apa yang aku inginkan itu Mas?" Tanya Hanin dengan tatapan meratap.

Hasta hanya terdiam, tidak mampu menjawab apa yang diinginkan Hanin selain hanya bisa memeluk Hanin dengan sepenuh hatinya.