"Mas, singkirkan tanganmu. Kenapa Mas Hasta menutupinya?" Ucap Hanin seraya menyingkirkan kedua tangan Hasta yang berusaha menutupi batang miliknya.
Hampir saja Hanin tidak bisa menahan tawanya saat ia menyingkirkan tangan Hasta. Sekilas ia melihat wajah Hasta yang semakin memerah menahan malu.
"Hanin, kamu tidak sedang mengerjaiku lagi kan? tolong ambilkan selimut itu Nin," ucap Hasta dengan tatapan memelas berusaha meraih selimutnya namun tubuh Hanin menghalanginya.
"Aku tidak mengerjaimu Mas. Lihatlah, aku sedang menyeka tubuhmu Mas," ucap Hanin dengan tersenyum membelakangi Hasta sambil menyeka batang milik Hasta yang sudah mengeras.
"Hanin, jangan di teruskan Hanin. Sudah cukup sayang. Jangan lagi menyiksaku seperti ini. Apa kamu senang melihat aku kesakitan?" Ucap Hasta berusaha bangun dari tidurnya tapi tangan Hanin menahannya.
"Jangan bangun Mas, sebentar lagi selesai," ucap Hanin masih dengan tersenyum terus menyeka pelan batang milik Hasta.
"Akkkhh!! Hanin, jangan teruskan Hanin," ucap Hasta dengan suara yang sudah parau benar-benar merasa ngilu karena usapan pelan Hanin yang berulang-ulang di batang miliknya.
"Ada apa Mas? Ada apa denganmu?" Tanya Hanin menatap wajah Hasta seolah-olah tidak tahu apa yang di rasakan Hasta.
"Hanin...apa yang kamu lakukan sayang? Kenapa kamu menyiksaku seperti ini? Sakit sekali Hanin," ucap Hasta dengan mata sedikit terpejam merasakan gejolak hasrat yang semakin tak terkendali.
"Kenapa Mas? Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya membersikan tubuh kamu Mas," ucap Hanin masih dengan sandiwaranya menguji gejolak hasrat Hasta yang sedikit banyak akan berpengaruh positif pada kesehatan Hasta. Hanin sedikit mengerti tentang terapi atau penyembuhan yang natural dengan cara melibatkan emosional yang positif akan berdampak positif pada kesehatan seseorang.
"Hanin... Kamu telah menyentuh batang milikku Hanin. Apa kamu tidak melihatnya? Sekarang jadi keras dan sakit sayang," ucap Hasta berusaha meraih batang miliknya namun Hasta di kejutkan oleh Hanin yang tiba-tiba menindihnya.
"Hanin, apa yang kamu lakukan sayang?" Tanya Hasta sambil meringis menahan ngilu pada batang miliknya.
"Aku menginginkanmu Mas. Apa kamu tidak merasakan apa yang aku rasakan Mas," ucap Hanin sambil menyentuh bibir bawah Hasta merah.
"Kalau kamu ingin, kenapa tidak bilang Nin," ucap Hasta menatap sayu wajah Hanin yang terlihat sangat cantik dan menggoda.
"Kenapa harus aku yang bilang Mas, bukankah kamu yang berjanji akan membahagiakanku saat pulang?" Ucap Hanin menagih janji Hasta.
"Tadi aku merasa lemas Hanin," jawab Hasta dengan jujur.
"Sekarang apa masih lemas?" Tanya Hanin seraya menyentil pelan ujung batang milik Hasta.
"Ouchh!! Kenapa kamu menyentilnya Hanin," ucap Hasta mengusap pelan batang miliknya yang semakin ngilu terkena sentil Hanin.
"Mas, katakan padaku. Apa sekarang kamu tidak menginginkannya?" Tanya Hanin dengan sebuah senyuman mengusap-usap bibir Hasta yang basah.
Hasta terdiam, tidak memungkiri hatinya kalau gelora hasratnya sudah memuncak ingin segera menyalurkannya dengan bercinta.
"Aku menginginkanmu Nin," jawab Hasta dengan jujur tidak bisa menahan gejolak hasratnya saat Hanin menggodanya.
"Benarkah Mas? Kalau kamu juga menginginkannya, apa kita bisa bercinta sekarang?" Tanya Hanin lagi memastikan Hasta benar-benar menginginkannya.
Hasta menganggukkan kepalanya tidak memungkiri keinginannya.
Hanin tersenyum merasa bahagia melihat Hasta melupakan rasa sakit di dadanya hanya karena sebuah hasrat.
"Pejamkan matamu Mas, kali ini biar aku yang membahagiakanmu," ucap Hanin dengan suara lirih menggeser tubuhnya sedikit naik agar bisa leluasa mencium Hasta.
Hasta memejamkan matanya menunggu ciuman Hanin dengan hati yang berdebar-debar.
Hati Hasta sedikit resah, semakin ia memejamkan matanya, ciuman Hanin tak kunjung mendarat di bibirnya. Namun selang beberapa detik ia merasakan sesuatu yang nikmat pada batang miliknya.
"Hanin, kenapa kamu mencium batang milikku?" Tanya Hasta merasakan dadanya berdegup sangat kencang dengan aliran darah yang mulai menghangat.
"Pejamkan matamu Mas, biarkan aku membahagiakan kamu Mas," ucap Hanin dengan brutal mengulum, melumat dan menghisap batang milik Hasta yang sudah berdiri dan mengeras.
"Aakkhh.... akkhhh... akkkhh Hanin....Hanin, teruskan Hanin," ucap Hasta dengan suara mengerang dan melenguh saat Hanin semakin intens mengulum dan sedikit menggigit ujung batang milik Hasta.
"Ouchh.... Aakkkkhh Haninnn... akkkhh, gigitlah keras Hanin," pinta Hasta dengan mata semakin sayu dan mulut terbuka merasakan kenikmatan yang tiada tara.
"Aakkkkhh Haninnn," lenguhan Hasta semakin keras saat Hanin mulai mengocok batang milik Hasta keluar masuk di mulutnya.
"Aakkkkhh.... Aakkkkhh.... Akkhhh Hanin, aku sudah tidak tahan Hanin," ucap Hasta dengan suara semakin parau kemudian menarik pinggang Hanin dan menindih tubuh Hanin yang sudah berganti di bawahnya.
Dengan tumpuan kedua lututnya, Hasta mengarahkan batang miliknya pada lubang intim Hanin.
"Bukalah pahamu Hanin," ucap Hasta sambil menahan hasratnya yang sudah memuncak.
Segera Hanin membuka kedua pahanya, agar Hasta bisa memasukkan batang miliknya pada lubang intimnya.
Sambil mengarahkan batang miliknya pada lubang intim Hanin, Hasta memberikan ciuman yang bertubi-tubi di area leher Hanin hingga tubuh Hanin menggelinjang indah.
"Mas....Mas ... cepat masukkan Mas," rintih suara Hanin merasakan sensasi di dalam lubang intimnya saat Hasta menghisap dan menggigit lehernya.
"Aku masukkan sekarang Nin," ucap Hasta dengan suara berat segera menghisap lidah bibir Hanin sambil memasukkan batang miliknya pada lubang intim Hanin.
"Aakkkkhhhhhh...Haninnnn," panggil Hasta menghujam dalam lubang intim Hanin dan memutar-mutarnya agar gejolak hasrat Hanin semakin memuncak.
"Asshhhhh...Ashhhh Mas!! Mas!! Tekan yang dalam Mas!.. Aakkkkhhhhhh!" Teriak Hanin saat Hasta berkali-kali menghujam batang miliknya kaluar masuk di dalam lubang intim Hanin.
"Aakkkkhh....Akkkhhh.... Akkkhhh Hanin! Hanin!! Hanin!! Aku sudah tak tahan Hanin! Aakkkkhh...Akkhhh rapatkan pahamu dan jepit milikku sayang;" erang Hasta menghentak-hentakkan batang miliknya pada lubang Hanin yang sudah terkunci.
"Tekan keras Mas!!! Tekan yang lama!! Akkkhhh.... Akkkhhh....Akkkhhh..Mas ..Mas Mas Hasta!! Tekan Mas! Aku tidak tahan lagi Mas!!! Aakkkkhhhhhh!" Teriak Hanin mencengkram rambut Hasta dan menaikkan pantatnya agar batang milik Hasta semakin masuk pada lubang intimnya.
"Sebentar lagi Nin! Aku tekan sekarang!! Akkkhhh... Akkkhhh... Akkkhhh!!! Haninnn! Haninnn!! Aakkkkhh!!" Teriak Hasta mempercepat tekanannya seiring hasratnya yang semakin pada puncaknya.
"Ouchh!! Ouchhh aku mau keluar Hanin!!" Ucap Hasta dengan suara tercekat menghujam kuat batang miliknya dan menekannya dengan pinggulnya sampai Hanin berteriak keras memanggil namanya.
"Masss Hasstaaa!!! Aakkkkhh!! Aakkkkhh!!
Aakkkkhh Massssa....tekan kuat lagi Mas!!" Suara Hanin melenguh bersamaan dengan hentakan terakhir Hasta dan erangan Hasta yang lebih kencang terdengar.
"Aaakkkkkhhhhhhhhhhh!! Aaakkkkkhhhh!!
Aakkkkhhhhhh!! Akkkhhh....Haninnnn! Aku mencintaimu sayangggg!! Aakkkkhhhhh," Hasta mengerang panjang seiring dengan melubernya sperma di dalam rahim Hanin.
"Akkkhhh... Akkkhhh... Akkhhh!" lenguhan terakhir Hasta terputus-putus bersamaan keluarnya sperma yang terakhir keluar dari batang miliknya.
Tubuh Hasta terasa lemas, segera berbaring di samping Hanin yang masih terlihat mengejang mengeluarkan orgasme terakhirnya.