BERTEMAN BAIK

"Maafkan aku, aku berpikir ini di rumah sakit dan kamu sedang bertugas," jawab Hanin memberi alasan yang tepat.

"Panggil saja namaku Nin, aku tetap Rafka yang dulu," ucap Rafka dengan suara hampir tak terdengar. Rafka menatap Hanin sedikit ragu untuk bertanya tentang masalah yang belum selesai antara ia dan Hanin.

"Ada apa Raf? Kenapa kamu menatapku seperti itu?" Tanya Hanin berusaha tenang dengan memanggil nama Rafka.

"Apa kamu keberatan kalau aku ingin membahas masalah kita lebih dulu sebelum membahas sakitnya suami kamu Nin?" Tanya Rafka memberanikan diri untuk meminta waktu pada Hanin untuk mendengarkan alasan Hanin kenapa tega memutuskan hubungan dengannya.

Hanin mengangkat wajahnya, ternyata apa yang dipikirkan Rafka sama dengan apa yang ia pikirkan.

"Aku juga berpikir seperti itu. Aku ingin menyelesaikan masalah kita. Di waktu lalu kamu tidak memberikan aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya," ucap Hanin dengan suara pelan tidak berani menatap Rafka.

"Saat itu pikiranku masih kacau Nin. Tapi kenapa kamu tidak menghubungiku lagi? Apalagi kamu juga tahu aku mengalami kecelakaan. Kenapa kamu tega membiarkan aku terpuruk dengan kesedihanku Nin? Apa salahku padamu?" Tanya Rafka dengan suara bergetar merasakan kembali luka di hatinya.

"Maafkan aku Rafka. Tolong maafkan aku. Sungguh aku tidak bermaksud menyakiti hati kamu. Aku tidak bisa lagi menghubungi kamu lagi karena aku sudah menikah dan aku menjaga perasaan Mas Hasta. Tolong maafkan aku Rafka," ucap Hanin dengan air mata mengalir di pipinya.

"Kalau kamu ingin tahu, saat kamu memberitahuku kalau tidak ada hubungan dengan wanita itu aku sangat sedih. Aku sangat merasa bersalah padamu. Sebetulnya sebelum aku menikah, aku berusaha menghubungimu dan bicara jujur padamu untuk kita berpisah baik-baik. Tapi saat aku mendengar kamu juga akan menikah, saat itu juga aku memutuskan untuk menikah dengan Mas Hasta," ucap Hanin menceritakan kondisinya saat itu hingga ia menikah dengan Hasta.

"Sejak kapan kamu sudah mencintai Tuan Hasta, Nin?" Tanya Rafka menatap wajah Hanin yang terlihat sedih.

"Apa kamu ingat saat aku bilang padamu untuk tidak menghubungiku selama satu bulan? Saat itu aku dalam dilema. Aku berada dalam dua pilihan, antara kamu dan Tuan Hasta. Selama sebulan itu aku tidak bertemu dengan Mas Hasta juga tidak menghubungimu. Di saat itulah aku merasa kehilangan Mas Hasta dan sangat merindukannya. Aku baru menyadari aku takut kehilangan Mas Hasta," ucap Hanin dengan jujur mengatakan apa yang ia rasakan.

Rafka terdiam mendengar semua apa yang di katakan Hanin dengan sangat baik.

"Apa mungkin kamu berpaling cinta karena aku jauh darimu Nin?" Tanya Rafka ingin mendengar jujur apa yang Hanin rasakan.

"Aku tidak tahu Rafka, mungkin saja ya. Mungkin juga karena Mas Hasta selalu di sampingku dan memberikan cinta yang sangat besar padaku hingga tanpa aku sadari aku telah mencintainya," Jawab Hanin dengan jujur tidak menyembunyikan sedikitpun yang ia rasakan.

"Setelah kamu mengetahui keadaanku saat ini seperti ini, apa yang kamu pikirkan tentang aku Nin?" Tanya Rafka menatap kedua mata Hanin untuk sedikit mencari cinta di mata Hanin.

"Aku sedih Raf, sangat sedih. Aku merasa bersalah padamu. Aku telah menyakiti hati kamu, padahal kamu sangat baik dan tulus padaku. Aku yang salah, kamu sama sekali tidak salah. Kamu tidak salah kalau marah atau membenciku. Aku benar-benar sedih hubungan kita harus berakhir seperti ini," ucap Hanin seraya mengusap air matanya setelah menjawab semua pertanyaan Rafka.

"Kamu ingin hubungan kita berakhir seperti apa Nin? Katakan padaku?" Tanya Rafka dengan suara bergetar ternyata perasaannya pada Hanin tidak berubah. Ia masih sangat mencintai Hanin dan tidak bisa melihat Hanin menangis.

Hanin menatap Rafka dengan tatapan berkabut ingin sekali mengatakan apa yang ada di dalam hatinya.

"Katakan padaku Nin, jangan ragu. Kamu sangat tahu bagaimana aku," ucap Rafka dengan tatapan penuh.

"Aku ingin hubungan kita baik-baik saja Raf. Jujur, aku sangat sedih bila kamu membenciku. Kalau saja aku bisa menebus kesalahanku padamu aku pasti akan melakukannya agar kamu bisa memaafkan aku," ucap Hanin dengan jujur.

"Benarkah Nin, kamu akan menebusnya?" Tanya Rafka memastikan ucapan Hanin.

Hanin menganggukkan kepalanya dengan sungguh-sungguh.

"Aku tidak bisa membencimu Nin, karena aku sangat menyayangi kamu. Dulu, aku tidak bisa melihatmu menangis, sekarang pun aku tidak bisa melihatmu menangis. Kamu harus bahagia Nin, sudah cukup kamu menangis," ucap Rafka sambil mengusap air mata Hanin yang tersisa.

"Tapi aku telah menyakiti hati kamu Raf. Apa kamu mau memaafkan aku?" Tanya Hanin dengan tatapan memohon.

"Aku sudah memaafkan kamu dari dulu Nin. Tapi apa aku bisa meminta sesuatu padamu?" Tanya Rafka lagi dengan tatapan penuh cinta.

"Apa itu Raf? Katakan saja," ucap Hanin berharap Rafka tidak menginginkan hal yang bisa menyakiti Hasta.

"Tetaplah baik padaku Nin, kita masih bisa berteman seperti kamu dan Jonathan. Bagaimana Nin? Apa aku masih bisa berteman baik denganmu?" Tanya Rafka dengan tatapan sungguh-sungguh.

Hanin membalas tatapan Rafka dengan tatapan tak percaya.

"Hanin, jawab pertanyaan teman kecilmu ini Nin," ucap Rafka sudah tidak sabar menunggu jawaban Hanin.

"Tentu saja aku mau Raf," ucap Hanin dengan mata berkaca-kaca sangat lega setelah hubungannya dengan Rafka sudah baik-baik saja.

"Kita berteman baik sekarang," ucap Rafka dengan tersenyum segera mengulurkan tangannya.

Tanpa berpikir panjang lagi Hanin membalas uluran tangan Rafka dan tersenyum saat melihat Rafka tertawa senang.

"Kamu senang bisa melihatmu tertawa Raf. Apa kamu sudah menikah?" Tanya Hanin setelah hubungannya dengan Rafka baik-baik saja.

"Aku tertawa karena aku bahagia melihat kamu bahagia Nin. Sampai saat ini aku belum menikah. Memang siapa yang mau menikah dengan pria cacat seperti aku?" Ucap Rafka seraya kembali kemejanya untuk melihat hasil lab Hasta.

"Kamu jangan bicara seperti itu Raf. Apa aku harus memberitahu kamu kalau di grup kampus semua wanita sedang memujamu," ucap Hanin sedikit menceritakan tentang rumor yang ramai di bicarakan teman-temannya.

"Biarkan saja mereka seperti itu Nin, mereka memujaku bukan berarti mau menikah denganku kan?" Ucap Rafka dengan tersenyum.

"Suatu saat pasti ada Raf. Contohnya Mas Hasta. Dengan sakitnya yang parah dan usianya yang sudah matang. Tapi ada aku yang mencintainya dan mau menikah dengannya," ucap Hanin memberikan contoh yang benar-benar nyata.

"Apa yang kamu katakan benar Nin. Aku akan mencari wanita seperti kamu, yang bisa mencintaiku dan mau menikah denganku," ucap Rafka masih dengan tersenyum sangat bahagia melihat Hanin yang masih bisa di lihatnya.

"Kamu tenang saja Raf. Yang namanya jodoh tidak akan kemana," ucap Hanin memberikan semangat pada Rafka.