Aahh, akhirnya aku bisa duduk di sini dan tidak di lihat orang lagi," gumam Hasta sambil menghirup udara malam yang sejuk.
"Kenapa kamu malu kalau di lihat orang Mas? Hal yang kita lakukan sangat wajar Mas. Kita sudah sah menjadi suami istri kenapa harus malu," ucap Hanin seraya duduk di samping Hasta dan menyandarkan kepalanya di bahu Hasta.
"Aku malu karena aku merasa tidak pantas di samping kamu Nin. Kamu masih terlihat seperti remaja pada umumnya. Sedangkan aku sudah tua. Pantasnya menjadi Ayahmu. Saat melihat kita pasti mereka berpikir aku adalah Ayahmu," ucap Hasta mengatakan fakta yang sebenarnya.
"Kalau mereka berpikir seperti itu biarkan saja Mas. Yang terpenting di mataku kamu adalah suamiku yang paling sempurna dan yang paling tampan di banding yang lainnya," ucap Hanin sambil menatap wajah Hasta yang memang sangat tampan.
"Di banding Jonathan?" Tanya Hasta dengan tatapan tak berkedip.
"Emm... lebih tampan suamiku," sahut Hanin dengan cepat.
"Dengan Aditya?" Tanya Hasta lagi.
"Sama saja masih lewat, masih tampan suamiku," jawab Hanin dengan tegas.
"Kalau Rafka bagaimana?" Tanya Hasta menatap Hanin dengan tatapan pengharapan.
"Emm....di banding Rafka?? Sama juga. Tetap lewat, masih sangat tampan suamiku. Semua saja yang ada di dunia, semuanya lewat. Hanya suamiku yang paling tampan. Dan yang terpenting hanya suamiku yang paling aku cintai," ucap Hanin masih dengan tatapan yang tertuju pada wajah Hasta.
Wajah Hasta memerah, semua yang di ucapkan Hanin walau ia tahu bukanlah fakta tapi sudah membuatnya dadanya berdebar-debar dan terbang ke langit tujuh.
"Apa kamu bahagia Mas?" Tanya Hanin dengan sebuah senyuman.
Hasta menganggukkan kepalanya.
"Aku tahu, kamu apa yang kamu katakan bukanlah fakta sebenarnya. Tapi aku sudah bahagia mendengarnya," ucap Hasta dengan tersenyum bahagia.
"Percaya tidak percaya aku mengatakan yang sebenarnya Mas, dan itu fakta. Kalau kamu tidak percaya bisa kita tanyakan pada Jonathan besok. Jonathan tidak akan bisa berbohong, dia selalu jujur dengan apa yang ia lihat," ucap Hanin dengan penuh percaya diri.
"Benarkah Jonathan tidak bisa bohong?" Tanya Hasta dengan wajah sedikit terkejut mengingat ia sudah meminta pada Jonathan untuk membantunya membuat Hanin hamil.
"Ya Mas, aku sangat mengenal Jonathan. Dia tidak akan pernah bisa berbohong. Apalagi kalau berbohong menutupi suatu hal yang penting. Dia tidak akan mampu. Dulu dia pernah sampai di hajar ibu hanya karena di minta untuk berbohong padaku," ucap Hanin menceritakan tentang kepribadian Jonathan.
Mendengar cerita Hanin tentang kepribadian Jonathan yang tidak bisa berbohong membuat tengkuk leher Hasta menjadi dingin. Ada ketakutan dalam hatinya jika Jonathan bercerita tentang bantuannya memberi sperma pada Hanin.
"Tapi lebih herannya lagi Mas, kalau demi keselamatanku Jonathan bisa berbohong. Itu sering di lakukan dengan membohongi Ibu sekedar untuk melindungi aku," ucap Hanin sambil tertawa lepas mengingat rasa sayang Jonathan padanya.
"Benarkah??" Tanya Hasta dengan kening berkerut memastikan apa yang di katakan Hanin.
"Itu benar Mas, kalau kamu tidak percaya kamu bisa mencobanya Mas," ucap Hanin masih dengan tawanya.
Entah kenapa tiba-tiba saja perasaan Hasta jadi tidak enak setelah mendengar cerita Hanin tentang Jonathan.
"Hanin, aku sudah mengantuk. Bisa kita kembali ke kamar sekarang?" Ucap Hasta jadi ingin memastikan sendiri dengan bertanya pada Jonathan.
"Em...aku juga sudah mengantuk Mas," ucap Hanin seraya membantu Hasta berdiri.
Dengan pikiran tak menentu Hasta berjalan sedikit cepat dan segera menghubungi Jonathan.
Sampai di dalam kamar dengan penuh perhatian Hanin membantu Hasta berbaring.
"Tidurlah Mas. Aku mau ke kamar mandi. Sepertinya aku kekenyangan," ucap Hanin sambil memegangi perutnya segera masuk ke kamar mandi.
Melihat Hanin sudah masuk ke kamar mandi, Hasta tidak melewatkan waktu begitu saja. Dengan cepat Hasta menghubungi Jonathan.
"Hallo, Jo?? Kamu di mana?" Tanya Hasta dengan suara pelan setelah Jonathan menerima panggilannya.
"Aku ada di rumah Tuan, ada apa Tuan?" Tanya Jonathan sambil mengusap matanya yang sudah mengantuk.
"Jo, aku hanya bertanya satu pertanyaan saja. Dan kamu harus menjawab dengan jujur," ucap Hasta dengan wajah serius.
"Tanya apa Tuan? Apa ada sesuatu yang terjadi?" Tanya Jonathan dengan kening berkerut merasa heran dengan ucapan Hasta yang terdengar serius.
"Aku hanya mau bertanya padamu tentang aku yang meminta bantuan padamu untuk membuat Hanin hamil, apa kamu menceritakan tentang kesepakatan kita itu pada Hanin?" Tanya Hasta dengan wajah tegang.
Untuk sesaat Hasta tidak mendengar suara Jonathan, dan itu membuatnya mau pingsan.
"Jo?? Kenapa kamu diam? Jawab pertanyaanku Jo!" Ucap Hasta dengan pikiran semakin kacau.
"Tuan Hasta tenang saja, sampai saat ini rahasia kita berdua tetap aman. Hanin tidak tahu. Kalau aku memang menceritakan pada Hanin, apa Hanin akan diam saja? Pasti Hanin memarahi Tuan habis-habisan," ucap Jonathan sambil mengusap tengkuk lehernya berharap Hasta tidak akan marah padanya kalau tahu ia sudah menceritakan semuanya pada Hanin. Apalagi ia sudah bersandiwara dengan Hanin menutupi semuanya dari Hasta.
"Syukurlah kalau kamu tidak mengatakan apapun pada Hanin. Ya sudah, besok pagi kamu ke sini ya? Karena besok aku mau pulang," ucap Hasta merasa lega karena rahasianya dengan Jonathan Hanin tidak tahu.
"Mas," panggil Hanin bersamaan dengan pintu kamar mandi terbuka.
"Perutku sakit, apa aku bisa tidur denganmu," ucap Hanin dengan nada manja mendekati Hasta yang terlihat berbaring dengan mata terpejam.
"Ahh...Mas Hasta! Kenapa kamu tidur duluan Mas?" Ucap Hanin dengan nada di buat kesal berjalan ke arah sofa.
"Ada apa Nin?" Tanya Hasta tiba-tiba saja membuka matanya dan menatap ke arah Hanin yang duduk di sofa.
"Perutku sakit Mas, aku mau tidur denganmu," ucap Hanin dengan nada merengek mengulangi ucapannya.
"Maafkan aku tadi aku tidak mendengarmu. Kemarilah Nin, biar aku memelukmu," ucap Hasta merasa bersalah pada Hanin yang tidak tahu apa-apa tentang bayi kembarnya.
Tanpa berkata apa-apa, Hanin berjalan ke tempat Hasta dan naik ke tempat tidur.
"Berbaringlah Nin, biar aku memelukmu," ucap Hasta memberikan tempat lebih banyak agar Hanin tidak terjatuh.
"Peluk aku Mas," ucap Hanin dengan manja tidur dalam pelukan Hasta.
"Maafkan aku Mas. Aku masih belum bisa memberitahumu tentang bayi kembar kita. Semoga saja dalam waktu dekat ada waktu yang tepat untuk bisa memberitahu kamu," ucap Hanin dalam hati sambil berusaha memejamkan matanya agar bisa tidur.
Dalam pelukan Hasta dan belaian Hasta yang lembut di wajahnya Hanin mulai merasa mengantuk dan akhirnya tertidur dalam pelukan Hasta.
"Kamu sudah tidur pulas Nin, sedangkan malam ini sepertinya aku tidak bisa tidur," ucap Hasta dalam hati merasa galau karena sebelum pulang besok ia harus menemui Rafka lebih dulu.