TAWARAN KERJA

Pagi hari.....

Perlahan Hanin membuka matanya dan melihat Hasta masih tidur dengan memeluknya.

Karena takut ketahuan Dokter yang biasanya cek rutin kesehatan Hasta, terpaksa Hanin membangunkan Hasta.

"Mas....Mas Hasta, bangun Mas," panggil Hanin seraya mengusap wajah Hasta dengan pelan.

Merasakan usapan lembut di wajahnya dan mendengar suara Hanin memanggilnya Hasta sedikit menggerakkan tubuhnya dan berusaha membuka matanya yang masih mengantuk.

"Ada apa Nin? Aku masih mengantuk. Kamu tahu, semalam aku tidak bisa tidur," gumam Hasta masih dengan memeluk Hanin.

"Ya Mas aku tahu itu. Kamu bisa melanjutkan tidurmu. Tapi lepas pelukanmu Mas. Aku tidak bisa turun. Aku takut kalau tiba-tiba Dokter datang dan melihat kita," ucap Hanin di telinga Hasta.

"Kamu benar, kamu bisa turun Nin. Tapi biarkan aku tidur ya," ucap Hasta melepas pelukannya tanpa membuka matanya karena terlalu berat ia buka.

Hanin tersenyum kemudian segera turun dari tempatnya.

"Sebaiknya aku mandi dulu, siapa tahu setelah aku mandi Mas Hasta sudah bangun," ucap Hanin sambil melihat jam tangannya yang masih menunjukkan jam enam pagi.

Setelah selesai mandi, Hanin masih melihat Hasta tidur di tempatnya.

"Ternyata Mas Hasta masih tidur. Sebaiknya aku sarapan dulu," gumam Hanin tidak ingin perutnya lapar untuk pertumbuhan janinnya dengan baik.

Setelah memberi pesan berupa tulisan untuk Hasta, tanpa bersuara Hanin keluar kamar dan berjalan cepat ke arah kantin.

Sampai di kantin masih terlihat sepi. Hanin mendekati pelayan yang sedang duduk tenang di tempatnya.

"Hanin!"

Panggil seseorang membuat langkah Hanin terhenti dan menoleh ke arah suara yang memanggilnya.

"Rafka?" sebut Hanin sedikit tidak percaya melihat kedatangan Rafka seorang diri dengan duduk di kursi rodanya.

Rafka tersenyum kemudian mendorong kursi rodanya di mana Hanin berdiri.

"Aku mau sarapan sebelum jadwal operasi pagi ini. Dan ternyata kamu ada di sini," ucap Rafka masih dengan senyumannya.

"Ya, aku juga mau sarapan," ucap Hanin sedikit gugup dan merasa canggung lagi dengan pertemuannya yang kedua dengan Rafka.

"Apa kamu sudah pesan makanan Nin? Kalau belum, apa aku bisa titip kamu pesan makanan juga?" Tanya Rafka dengan tatapan memohon.

"Tentu saja bisa. Sebaiknya kamu cari tempat biar aku pesankan makanan untuk kamu," ucap Hanin tidak bisa menolak keinginan Rafka mengingat nantinya Rafka yang bisa membantu kesembuhan Hasta.

"Em...Rafka, kamu mau pesan makanan apa?" Tanya Hanin sebelum Rafka pergi.

"Apa saja Nin, tersedianya apa yang di sini," jawab Rafka tidak mau terlalu merepotkan Hanin.

Hanin menganggukkan kepalanya kemudian berjalan ke tempat pelayan.

"Mbak, aku mau pesan makanan. Sekarang menunya apa saja?" Tanya Hanin tidak akan memesan soto karena Rafka tidak suka soto.

"Pagi ini hanya ada soto, rendang, kare ayam dan nasi pecel Bu," jawab pelayan tersebut dengan ramah.

"Em... nasi pecel saja dua sama teh hangat dua," ucap Hanin dengan tersenyum kemudian mencari keberadaan Rafka yang terlihat duduk tenang di kursi rodanya sambil membaca buku.

"Kamu membaca buku apa Raf?" Tanya Hanin setelah duduk di hadapan Rafka.

"Buku yang membahas tentang penyakit suami kamu. Aku hanya memastikan saja, dampak resiko yang aku jelaskan kemarin padamu," jawab Rafka sambil menunjukkan sekilas bukunya pada Hanin.

"Terimakasih karena kamu benar-benar mau membantu Mas Hasta," ucap Hanin tidak tahu harus berkomentar apa lagi selain mengucapkan terimakasih.

"Hanin, apa kamu tidak ingin bekerja?" Tanya Rafka dengan tiba-tiba dan itu sangat mengejutkan Hanin. Karena baru saja kemarin ia membahas dengan Hasta tentang keinginannya untuk bekerja.

"Kenapa kamu tiba-tiba bertanya itu Raf?" Tanya Hanin masih dengan tatapan tak percaya.

"Kemarin aku banyak mendapat DM dari mahasiswi yang seangkatan dengan kamu. Mereka sedang minta bantuan untuk mencari pekerjaan. Ada menyarankan pada mereka yang mau bekerja di kota dan di desa kita. Apa kamu tidak mencari pekerjaan juga?" Tanya Rafka setelah menceritakan alasannya kenapa ia bertanya seperti itu pada Hanin.

Untuk sesaat Hanin terdiam sedikit ragu untuk menjawab pertanyaan Rafka.

"Kalau kamu mau aku bisa mencarikan tempat untukmu. Mungkin kamu bisa kerja di rumah sakit ini dan menjadi bagian dari timku. Nanti kamu bisa menjaga suami kamu, saat suami kamu menjalani proses untuk penyembuhan sebelum ada tindakan operasi," jelas Rafka memberikan alasannya agar Hanin bisa berpikir untuk menerima sarannya.

"Aku berpikir, kalau kamu sendiri yang merawat suami kamu, suami kamu akan bisa lebih tenang dan nyaman. Dan itu akan membantu kesembuhannya," lanjut Rafka berharap Hanin bisa menerimanya.

Mendengar penjelasan Rafka yang bertujuan untuk suaminya tanpa berpikir dia kali Hanin menganggukkan kepalanya. Karena untuk bisa menjaga dan merawat suaminya adalah tujuan utamanya juga.

"Aku mau Raf, terimakasih banyak kamu telah memikirkan hal ini," ucap Hanin dengan tersenyum.

"Sama-sama Nin," ucap Rafka merasa lega dengan keputusan Hanin yang mau menerima pekerjaan darinya.

"Permisi Bu, ini pesanannya," ucap pelayan kantin yang baru datang tanpa Hanin sadari.

"Terimakasih Mbak," sahut Hanin setelah Pelayan kantin meletakkan makanan dan minuman di atas meja.

"Makanlah Raf," ucap Hanin pada Rafka setelah pelayan kantin pergi.

"Ini nasi pecel Nin?" Tanya Rafka dengan wajah terlihat senang saat tahu Hanin memesan makanan kesukaannya.

"Ya nasi pecel kesukaanmu dan teh hangat," sahut Hanin dengan tersenyum sedikit banyak masih mengingat kesukaan Rafka.

"Terimakasih Nin, aku tidak percaya kamu masih ingat makanan kesukaanku," ucap Rafka dengan jujur tidak menutupi rasa bahagianya.

"Aku ingat, karena kamu meninggalkan kenangan baik Raf. Kamu sangat baik padaku dari dulu hingga sekarang. Aku tidak punya alasan untuk tidak baik padamu," jawab Hanin dengan jujur yang menyayangi orang-orang yang begitu baik dan perhatian padanya seperti Rafka dan Jonathan.

"Terimakasih Nin. Aku harap hubungan kita tetap baik," ucap Rafka benar-benar bahagia Hanin masih perhatian padanya.

"Ayo kita makan Raf, aku sudah sangat lapar," ucap Hanin dengan tersenyum kemudian mengambil sendok untuk segera makan nasi pecel yang dulu sering ia makan saat bersama Rafka.

Di saat Hanin dan Rafka menikmati sarapan paginya. Mereka tidak menyadari di luar kantin Hasta melihat keakraban mereka dengan tatapan sedih.

Sambil mengusap dadanya yang tiba-tiba terasa sakit, Hasta kembali ke kamarnya. Awalnya dia pergi ke kantin untuk menyusul Hanin untuk bisa menemani Hanin sarapan, tapi ternyata apa yang ia lihat tidak seperti yang ia harapkan.

"Aku tidak percaya ini. Kenapa hatiku terasa sakit sekali. Apa Hanin sengaja pergi sendiri karena telah membuat janji dengan Rafka? Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang? Sepertinya aku tidak sanggup lagi melihat semua ini. Apa aku harus melepaskan Hanin?" Tanya Hasta dengan mata terpejam bersandar di dinding lorong rumah sakit.