KESEDIHAN HASTA

"Sepertinya aku tidak sanggup lagi melihat semua ini. Apa aku harus melepaskan Hanin?" Tanya Hasta dengan mata terpejam bersandar di dinding lorong rumah sakit.

"Aku harus kembali ke kamar, aku tidak mau Hanin melihatku di sini," gumam Hasta berusaha untuk melanjutkan langkahnya untuk segera kembali kamar.

Sampai di kamar Hasta merebahkan tubuhnya kemudian meringkuk kesakitan menahan rasa sakit di dadanya.

"Ya Tuhan, sangat sakit sekali," erang Hasta berusaha menahan dadanya agar tidak batuk.

"Uhukk... Uhukk... Uhukk"

Hasta terbatuk-batuk karena tidak bisa lagi menahan rasa sakit di dadanya. Darah mulai keluar seiring dengan batuknya yang tak berhenti.

"Tuan Hasta!!"

Tiba-tiba pintu kamar terbuka tampak wajah Jonathan yang terkejut saat melihat keadaan Hasta.

Dari luar kamar Jonathan sudah merasa tidak enak saat mendengar suara batuk yang tak berhenti karena itu ia langsung membuka pintu tanpa mengetuknya lebih dulu.

"Tuan Hasta! Apa yang terjadi padamu? Di mana Hanin?" Tanya Jonathan sambil membersikan kemeja dan mulut Hasta yang terkena darah.

Hasta masih terbatuk-batuk tidak menjawab pertanyaan Jonathan yang semakin membuat dadanya terasa sesak hingga kesulitan bernapas.

Melihat Hasta yang terlihat kesulitan bernapas, Jonathan mengambil ponselnya dan segera menghubungi Hanin.

"Hanin!! di mana kamu?!" Teriak Jonathan setelah Hanin menerima panggilannya.

"Aku ada di kantin Jo. Ada apa?" Tanya Hanin dengan hati cemas saat mendengar nada suara Jonathan yang ketakutan.

"Cepatlah kembali, Tuan Hasta kesakitan!" Ucap Jonathan sambil memegangi pergelangan tangan Hasta yang sedang mencengkeram kuat dadanya.

"Ya Tuhan! Aku kembali sekarang," sahut Hanin dengan panik segera bangun dari duduknya dan segera membayar makanannya.

"Ada apa Nin?" Tanya Rafka ikut merasakan kepanikan Hanin.

"Sepertinya sakitnya Mas Hasta kambuh lagi, tolonglah suamiku Raf," ucap Hanin dengan airmata yang sudah mengalir di pipinya.

"Ya.. ya ...kamu tenang ya. Kita ke sana sekarang," ucap Rafka sambil mengikuti langkah Hanin ia menghubungi Dokter Soni untuk segera melihat keadaan Hasta.

"Rafka, biar aku mendorongmu," ucap Hanin saat Rafka tidak bisa mendorong cepat kursi rodanya.

Rafka menganggukkan kepalanya membiarkan Hanin mendorongnya dengan cepat ke arah kamar Hasta.

Sampai di kamar Hasta, Hanin melihat Jonathan di depan pintu dengan wajah cemas.

"Kamu darimana saja Nin? Keadaan Tuan Hasta sepertinya tidak baik sekarang," ucap Jonathan menceritakan apa yang terjadi pada Hasta.

Airmata Hanin semakin mengalir deras dengan tatapan yang tak lepas dari Hasta yang sedang di tangani Dokter Soni dan Rafka dan satu perawat yang membantu mereka.

Setelah beberapa saat menunggu akhirnya Hanin bisa melihat Rafka sedang memberikan perintah pada perawat untuk membereskan peralatannya.

"Bagaimana keadaan Mas Hasta, Raf?" Tanya Hanin setelah Rafka menghampirinya.

"Tenanglah Nin, aku sudah memberikan suntikan untuk menghentikan rasa nyerinya. Biarkan suamimu istirahat. Aku tadi mendengar dari Dokter Soni, katanya kalian akan pulang hari ini? Apakah itu benar?" Tanya Rafka dengan wajah serius.

"Itu benar Raf. Aku setuju dengan keinginan Mas Hasta untuk pulang karena aku lihat keadaannya sudah baik. Tapi aku tidak tahu kenapa tiba-tiba keadaan Mas Hasta seperti ini," ucap Hanin dengan tatapan tak mengerti.

"Saranku, sebaiknya kalian jangan pulang sekarang. Keadaan suami kamu sangat tidak baik. Saat ini paru-parunya harus ada penanganan khusus karena batuknya tidak berhenti," ucap Rafka menjelaskan keadaan Hasta.

"Ya Raf, lakukan saja yang terbaik untuk Mas Hasta. Aku percayakan semuanya padamu," ucap Hanin dengan tatapan pasrah.

"Dokter Soni, apa benar hari ini Dokter Husin mau ke sini?" Tanya Rafka beralih ke Dokter Soni yang sedang memeriksa denyut nadi Hasta.

Dokter Soni hanya menganggukkan kepalanya.

"Hanin, sebaiknya nanti kita bicarakan hal ini dengan Dokter Husin. Saat Dokter Husin ke sini, hubungi saja aku. Aku akan ke sini," ucap Rafka dengan wajah serius ingin segera menangani sakitnya Hasta yang sangat parah.

"Ya Raf, aku menghubungimu nanti. Dan sekarang keadaan Mas Hasta bagaimana?" Tanya Hanin memastikan lagi keadaan Hasta.

"Sudah stabil setelah mendapat suntikan. Mungkin sebentar lagi bangun. Tapi tetap saja kamu harus mengawasinya jangan sampai suamimu batuk lagi. Untuk mencegahnya berikan obat yang dari perawat tadi dan minum air putih hangat saja," ucap Rafka mengingatkan Hanin untuk bisa menjaga Hasta dengan baik.

Hanin menganggukkan kepalanya kemudian berniat menghampiri Hasta.

"Hanin," panggil Rafka setelah berpikir sejenak.

"Ya Raf? Ada apa?" Tanya Hanin menghadap Rafka.

"Sebaiknya kamu segera membuat surat lamaran kerja. Aku segera merekomendasikan kamu untuk menjadi timku agar bisa menjaga suami kamu," ucap Rafka dengan wajah serius.

"Aku akan membuatnya tapi aku harus minta persetujuan Mas Hasta, Raf," ucap Hanin tidak mau melakukan sesuatu tanpa izin dari Hasta.

"Sebaiknya aku saja yang bicara dengan suami kamu. Kamu buat saja surat lamaran kerjanya," ucap Rafka setelah yakin dengan apa yang sudah ia putuskan.

"Aku akan pergi sekarang, jadwal operasiku sebentar lagi," ucap Rafka kemudian menatap ke arah Dokter Soni untuk ikut dengannya.

Setelah Rafka, Dokter Soni dan perawat pergi, Hanin duduk di samping Hasta dengan tatapan sedih.

"Hanin?? Kamu sudah bertemu Rafka? Apa hubungan kalian sudah baik-baik saja?" Tanya Jonathan merasa penasaran dari tadi karena melihat interaksi antara Rafka dan Hanin sudah baik-baik saja.

Hanin hanya menganggukkan kepalanya tidak berkomentar banyak.

"Hanin, ceritakan padaku?" Tanya Jonathan lagi masih penasaran dengan jawaban Hanin yang hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Nanti saja Jo, aku masih mencemaskan keadaan Mas Hasta. Sebaiknya kamu beli air hangat untuk Mas Hasta," ucap Hanin sambil menggenggam tangan Hasta yang terasa dingin.

"Hem... baiklah," sahut Jonathan sambil mengusap tengkuk lehernya kemudian mengambil termos dan bergegas pergi.

Setelah Jonathan pergi, Hanin menghela nafas dalam menatap wajah Hasta yang terlihat pucat.

"Memang apa yang terjadi padamu Mas? Kenapa tiba-tiba mengalami batuk sampai seperti ini?" Tanya Hanin berpikir keras apa kira-kira penyebabnya.

"Apa jangan-jangan kamu...." Tiba-tiba teringat dengan pesan yang ia tinggalkan untuk Hasta kalau ia pamit pergi ke kantin sebentar untuk sarapan.

Segera Hanin melihat ke arah meja dan melihat pesannya masih rapi di atas meja.

"Kamu sudah membacanya atau belum Mas? Kalau kamu sudah membacanya apa kamu menyusulku ke kantin? Dan...apa kamu melihat aku dengan Rafka?" Tanya Hanin menggigit bibir bawahnya dengan kening mengkerut.

"Kenapa aku merasa kamu telah melihat hal itu hingga kamu seperti ini Mas. Aku sangat tahu kamu Mas. Kalau kamu membaca pesanku, pasti kamu ingin menyusulku karena kamu pasti bosan di kamar sendirian. Dan kamu melihat aku dan Rafka sarapan di sana. Kamu pasti cemburu lagi Mas?" Ucap Hanin dalam hati sambil mengusap keningnya merasa bersalah dan juga merasa pusing dengan rasa cemburunya Hasta.