"Kamu pasti cemburu lagi Mas?" Ucap Hanin dalam hati sambil mengusap keningnya merasa bersalah dan juga merasa pusing dengan rasa cemburunya Hasta.
Masih dengan mengusap keningnya Hanin bersabar menunggu Hasta sadar. Saat melihat tangan Hasta bergerak, Hanin menurunkan tangannya dan menggenggam tangan Hasta.
"Mas, kamu sudah sadar?" Tanya Hanin sambil menatap kedua mata Hasta yang mulai bergerak.
Perlahan kedua mata Hasta akhirnya terbuka. Melihat Hanin sedang menatapnya dengan tatapan cemas.
"Ada apa Nin, kenapa kamu menatapku seperti itu? Apa yang terjadi padaku?" Tanya Hasta berpura-pura tak mengerti dengan apa yang terjadi padanya.
"Syukurlah kamu sudah sadar Mas. Apa kamu tidak ingat kalau sakit kamu kambuh hingga pingsan? Memang apa yang terjadi padamu hingga kamu batuk darah lagi Mas?" Tanya Hanin dengan tatapan penuh.
"Aku ingat saat aku baru bangun tenggorokanku terasa sakit dan aku mau mengambil minum, tiba-tiba dadaku sakit dan tersedak hingga aku batuk. Tapi batukku tidak berhenti dan terasa sakit sekali hingga aku tidak bisa bernapas. Setelah itu aku tidak ingat lagi. Siapa yang tadi membantuku Nin?" Tanya Hasta masih berpura-pura tidak tahu dengan apa yang terjadi.
"Apa kamu tidak tahu kalau Jonathan yang datang menolongmu Mas? Karena Jonathan aku bisa cepat datang dan meminta tolong pada Rafka dan Dokter Soni," ucap Hanin masih dengan wajah cemasnya.
"Maafkan aku Nin, aku telah membuat kamu dan semuanya menjadi cemas," ucap Hasta dengan perasaan sakit mengingat apa yang sudah di lihatnya.
"Tidak apa-apa Mas, semuanya juga sangat menyayangi kamu dan berusaha mencari jalan untuk kesembuhan kamu. Em, apa kamu sekarang lapar Mas? Makanan dari rumah sakit baru saja datang. Kamu makan ya, aku suapi," ucap Hanin masih menatap kedua mata Hasta mencari kecemburuan di sana.
"Kalau kamu tidak lelah, aku mau kamu suapi Nin. Kamu juga harus makan Nin, apalagi dari pagi kamu belum makan," ucap Hasta sama sekali tidak mengungkit tentang Hanin yang makan di kantin.
"Aku sudah makan di kantin Mas, bukankah aku sudah memberi pesan padamu kalau tadi pagi aku pergi ke kantin?" Ucap Hanin dengan kening berkerut atas ketidaktahuan Hasta.
"Aku tidak tahu Nin? Apa kamu memberi pesan padaku?" Tanya Hasta dengan tatapan tak mengerti.
"Ada di meja ini Mas, lihat ini kertasnya masih ada di sini," jawab Hanin sambil menunjukkan kertas yang ada tulisannya.
"Maafkanlah aku Nin, sungguh aku tidak melihatnya. Aku tadi kesakitan sekali. Aku sempat memanggilmu tapi kamu tidak menjawabku. Aku pikir kamu keluar sebentar," ucap Hasta menjelaskan tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.
"Jadi kamu belum membaca pesanku Mas. Maafkan aku ya Mas. Aku tadi ke kantin, jadi aku tidak tahu dengan apa yang terjadi padamu. Untung saja saat Jonathan menghubungi aku ada Rafka bersamaku, jadi Rafka langsung menghubungi Dokter Soni untuk menangani kamu sementara sebelum aku dan Rafka sampai," ucap Hanin dengan jujur menceritakan apa yang terjadi.
"Aku belum mengerti Nin. Apa saat itu kamu bersama Rafka di kantin?" Tanya Hasta secara tidak langsung ingin mengetahui kenapa Hanin bisa bersama Rafka.
"Ya Mas. Saat itu aku memang bersama Rafka, tapi tidak dengan sengaja. Saat itu aku sudah mau pesan makanan untuk sarapan, tiba-tiba datang Rafka yang juga mau sarapan di sana. Jadi kita sama-sama sarapan sambil membahas tentang sakitnya kamu Mas," jelas Hanin dengan menceritakan kejadian tertentu saja tanpa menceritakan yang bisa membuat Hasta cemburu.
Untuk sesaat Hasta terdiam setelah mendengar cerita yang sebelumnya dari Hanin. Walaupun hal itu secara kebetulan tapi entah kenapa perasaan sedih masih Hasta rasakan.
"Hanin, menurut Rafka bagaimana tentang keputusan yang sudah aku ambil? Apa dia setuju? Kamu sudah bicara tentang keputusan yang ambil kan?" Tanya Hasta dengan sedih.
"Aku belum bilang Mas. Aku maunya kamu sendiri yang bilang pada Dokter Husin dan Rafka yang akan ke sini nanti. Dan ada sesuatu yang ingin ku ceritakan padamu tentang keinginan Rafka agar aku bisa menjagamu," ucap Hanin sedikit ragu untuk bercerita pada Hasta.
"Maksudmu Nin?" Tanya Hasta dengan tatapan tak mengerti arah pembicaraan Hanin.
"Begini Mas. Kemarin kita kan sudah membahas tentang keinginanku bekerja. Dan kamu sudah memberikan izin kan? Dan tadi, aku tidak tahu ini hanya kebetulan atau tidak yang pasti Rafka tiba-tiba bercerita tentang teman-teman yang pada DM ke dia untuk mencari kerja. Dan Rafka bersedia membantu mereka untuk mendapatkan pekerjaan," ucap Hanin menghentikan ceritanya untuk melihat reaksi Hasta.
"Lanjutkan Nin," ucap Hasta dengan dada kembali terasa sesak namun ia berusaha untuk tetap tenang.
"Dan yang membuat aku terkejut, Rafka menawarkan pekerjaan padaku untuk menjadi perawat di bawah tanggung jawabnya. Rafka berniat menempatkan aku di rumah sakit agar bisa menjadi perawat khusus kamu saat proses penyembuhan nanti Mas," ucap Hanin dengan suara pelan dan sangat hati-hati saat menyampaikannya.
"Tapi kamu tenang saja Mas. Aku belum memberikan jawaban tentang penawaran Rafka tersebut. Aku bilang padanya kalau aku harus bilang padamu lebih dulu dan menunggu persetujuan dari kamu Mas. Selama kamu tidak setuju, aku tidak akan menerima tawaran Rafka," lanjut Hanin dengan cepat sebelum Hasta salah paham dengan apa yang ia ceritakan.
"Terima saja tawaran Rafka, Nin. Bukankah apa yang Rafka tawarkan untuk kebaikanku juga. Agar kamu yang merawatku dan bukan yang lain," ucap Hasta tidak ada kekuatan lagi untuk menolak keinginan Rafka yang kemungkinan ingin dekat dengan Hanin.
Hanin menegakkan punggungnya dan menatap Hasta dengan tatapan tak percaya.
"Apa kamu yakin dengan apa yang kamu katakan itu Mas? Apa kamu tidak berpikir lebih dulu?" Tanya Hanin dengan wajah serius.
Hasta menggelengkan kepalanya dengan lemah. Tapi ia berusaha menunjukkan senyumannya agar Hanin tidak tahu apa yang ia rasakan.
"Aku tidak perlu memikirkan apa yang terbaik untuk aku Nin. Aku percaya pada Rafka dan Husin untuk melakukan proses penyembuhanku," ucap Hasta masih dengan tersenyum walau hatinya benar-benar tenggelam dalam kesedihan.
"Syukurlah Mas, kalau begitu biar Rafka yang akan bicara padamu. Karena Rafka sudah bilang kalau ia sendiri yang akan minta persetujuan darimu Mas," ucap Hanin dengan jujur tanpa ada maksud menyakiti Hasta.
"Ya Tuhan, ternyata Rafka telah menunjukkan tanggungjawabnya sebagai orang yang akan melindungi kamu Nin. Bukan saja Jonathan yang mencintai kamu. Rafka ternyata juga masih mencintai kamu. Mungkin kamu tidak akan berpikir seperti itu. Tapi aku sebagai laki-laki, sangat tahu dengan apa yang mereka lakukan semua itu karena mereka mencintaimu," ucap Hasta dalam hati dengan perasaan tersisih.
"Mas, kenapa kamu diam? Apa kamu melamun?" Tanya Hanin dengan tatapan penuh kembali mencari tatapan kecemburuan di kedua mata Hasta.