KEHILANGAN JEJAK

"Aku takut Raf, aku takut terjadi sesuatu pada Mas Hasta. Sejak kemarin lusa, hatiku merasa tidak tenang. Merasa ada sesuatu yang di sembunyikan Mas Hasta dariku," ucap Hanin dengan perasaan sedih dan cemas menceritakan apa yang ia cemaskan.

Rafka menegakkan punggungnya, ikut merasa cemas dengan cerita Hanin yang merasa Hasta akan meninggalkannya.

"Semoga itu hanya perasaan kamu karena merasa capek dan lelah Nin. Aku sangat yakin, suami kamu tidak akan meninggalkan kamu. Aku lihat Tuan Hasta sangat mencintai kamu Nin," ucap Rafka berusaha menenangkan hati Hanin.

"Semoga saja begitu Raf. Tapi kamu tidak tahu beberapa hari terakhir hati Mas Hasta sangat sensitif," ucap Hanin dengan tatapan sedih.

"Dokter, kita sudah sampai," ucap Sopir Rafka terpaksa menyela pembicaraan Rafka dengan Hanin karena mereka sudah sampai di rumah Hanin.

"Rafka, aku ke dalam dulu ya," ucap Hanin sedikit panik segera keluar mobil dan berlari masuk ke dalam rumah.

Saat Hanin berlari masuk ke dalam rumah, Rafka melihat Jonathan baru datang dengan naik mobil Hasta.

"Rafka? Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Jonathan setelah keluar dari mobil.

"Aku juga kurang mengerti Jo. Sebaiknya kita bicara di dalam," ucap Rafka sambil mendorong kursi rodanya mengikuti Jonathan yang masuk ke dalam rumah.

Di dalam rumah, Rafka dan Jonathan melihat Hanin yang menangis di ruang tengah di dampingi Bibi Minah.

"Apa yang terjadi pada Hanin, Bi Minah? Kenapa Hanin menangis?" Tanya Jonathan semakin bingung dan cemas melihat Hanin menangis.

"Non Hanin mencari Den Hasta. Tapi Den Hasta dan Rahmat belum pulang Den Jo," jawab Minah dengan suara pelan ikut merasakan kesedihan Hanin.

"Hanin, tenanglah. Kita akan mencari suamimu juga Paman Rahmat. Tapi kita harus tahu dulu apa sebenarnya yang terjadi. Biarkan Jonathan bercerita, karena dari pagi ia bersama suami kamu," ucap Rafka dengan tenang berusaha menasihati Hanin untuk tetap tegar dan tenang.

"Jo, ceritakan padaku. Saat kamu bekerja dengan Mas Hasta, apa terjadi sesuatu padanya? Atau kamu melihat hal yang aneh? Ceritakan semuanya padaku Jo," tanya Hanin menatap Jonathan sambil menahan air matanya.

Untuk sesaat Jonathan terdiam berusaha untuk mengingat dan mengurutkan kejadian yang harus ia ceritakan pada Hanin.

"Tadi pagi saat berangkat Tuan Hasta dalam keadaan baik-baik saja Nin. Sampai saat kamu menghubungi Tuan Hasta untuk menemani kamu ke acara kampus, masih baik-baik saja dan terlihat bahagia," ucap Jonathan tidak melanjutkan ucapannya saat mengingat Hasta yang hampir pingsan di kampus.

"Aku memang menghubungi Mas Hasta untuk menemaniku ke acara kampus Jo. Tapi Mas Hasta tidak bisa karena sibuk sama kamu. Aku di antar Paman Rahmat," jelas Hanin tentang jawaban Hasta padanya.

"Ya Nin, aku dengar hal itu. Tapi itu sengaja di lakukan Tuan Hasta. Sebenarnya Tuan Hasta mau memberikan kejutan padamu. Jam setengah dua belas aku mengantarnya ke kampus untuk menemui kamu. Tapi tidak lama aku lihat Tuan Hasta kembali dalam keadaan sakit dan hampir pingsan. Aku mau memberitahumu tapi Tuan Hasta melarangku karena tidak ingin kamu cemas. Aku tanya apa sudah ketemu kamu belum, katanya belum bertemu kamu. Aku mau membawanya ke rumah sakit tidak mau, malah memintaku membawanya kembali ke perusahaan," ucap Jonathan menceritakan apa yang terjadi saat itu.

"Kalau terjadi seperti itu pada Mas Hasta, kenapa kamu tidak menghubungi aku Jo? Lalu apa maksud kamu bilang pada Rafka kalau kamu di suruh pulang karena aku dan Paman Rahmat menjemput Mas Hasta?" Tanya Hanin dengan wajah serius dan pucat.

"Maafkan aku karena hal tidak memberitahu kamu. Saat aku di kantor aku lihat Tuan Hasta sudah terlihat baik-baik saja dan memintaku pulang karena kamu dan Paman Rahmat sudah mau sampai untuk menjemputnya. Jadi terpaksa aku pulang sekalian mengantar surat lamaran kerja kamu ke Rafka," ucap Jonathan merasa bersalah karena tidak memahami apa yang terjadi.

"Mas Hasta sudah membohongi kamu Jo. Hanya Paman Rahmat yang menjemput Mas Hasta, aku masih di kampus bersama Rafka. Dan keadaan Mas Hasta juga tidak baik-baik saja, ada satpam bilang kalau melihat Mas Hasta di papah Paman Rahmat lewat pintu samping kantor. Mas Hasta dalam keadaan sakit," ucap Hanin menceritakan keadaan Hasta yang sebenarnya.

Jonathan terdiam menatap Hanin setelah sedikit memahami apa yang terjadi.

"Hanin, sungguh aku tidak tahu kenapa Tuan Hasta membohongi aku soal kamu yang akan menjemputnya. Dan aku juga tidak mengerti, kenapa Tuan Hasta tiba-tiba kesakitan saat di kampus kamu. Padahal sebelum menemui kamu keadaan Tuan Hasta sangat baik dan terlihat bahagia," ucap Jonathan dengan tatapan penuh.

"Aku tidak tahu juga Jo. Karena aku tidak bertemu dengan Mas Hasta," ucap Hanin tidak tahu harus melakukan apa untuk mencari tahu keberadaan Hasta karena ponsel Hasta dan Rahmat tidak aktif.

"Aku akan bertanya pada Soni, mungkin saja Tuan Hasta pergi ke rumah sakit," ucap Rafka setelah tahu apa yang terjadi.

"Kamu benar Raf, siapa tahu Tuan Hasta memang ke sana?" Ucap Jonathan menimpali Rafka.

Segera Rafka menghubungi Soni yang kebetulan sedang bertugas di rumah sakit.

"Hallo Son. Aku mau tanya, apa hari ini Tuan Hasta ke rumah sakit?" Tanya Rafka setelah Soni menerima panggilannya.

"Tidak Raf, ada apa?" Tanya Soni balik.

"Tidak apa-apa, ya sudah Son. Nanti aku hubungi lagi," ucap Rafka singkat kemudian mengakhiri panggilannya.

Hanin menghela nafas dalam merasa sedih dan cemas tapi tidak tahu bagaimana harus mencari keberadaan Hasta.

"Apa sebaiknya kita lapor ke polisi?" Tanya Hanin menatap Rafka dan Jonathan secara bergantian.

"Belum bisa lapor kalau belum dua puluh empat jam Nin," sahut Jonathan dengan suara pelan.

"Ting tong... Ting tong..."

Tiba-tiba mereka di kejutkan suara bel rumah. Bibi Minah seketika bangun dari duduknya untuk melihat siapa yang datang.

Hanin pun berdiri mengikuti Minah. Hanin berharap yang datang adalah Hasta dan Rahmat.

"Selamat sore,"

Sapa seorang pria yang tidak Hanin kenal tapi Hanin merasa pernah melihatnya.

"Selamat sore, anda siapa ya?" Tanya Hanin berusaha mengingat orang itu.

"Kamu sudah lupa ya Hanin? Aku Pak Anang pengacara Tuan Hasta," jawab Anang dengan tersenyum ramah.

"Pak Anang yang dulu mengurus surat pernikahanku dengan Mas Hasta?" Ucap Hanin memastikan apa yang di ingatnya.

"Ya benar Hanin, apa aku bisa bicara denganmu?" Tanya Anang dengan tenang.

Dengan perasaan tidak enak, Hanin menganggukkan kepalanya.

"Silahkan masuk Pak Anang," ucap Hanin mempersilahkan Anang untuk masuk ke dalam rumah.

Anang menganggukkan kepalanya segera masuk ke dalam rumah dan melihat Rafka juga Jonathan yang tidak di kenalnya.

"Siapa mereka Hanin? Apa mereka teman kamu?" Tanya Anang dengan tersenyum ingin tahu dua pria yang bersama Hanin.