Rafka menatap wajah Hasta yang terlihat putih pucat. Entah kenapa, ada perasaan bersalah di hatinya saat melihat keadaan Hasta yang menyedihkan.
Sejak kedatangan Hasta dari rumah sakit Ngurai, Hasta sudah tidak sadarkan diri dan belum siuman hingga kini.
Rafka mengambil nafas dalam berharap bisa menyembuhkan Hasta dengan cepat dan tepat.
"Dokter Irwan tolong bantu saya," ucap Rafka pada Irwan untuk membantunya memeriksa keadaan Hasta.
Dengan hati-hati Rafka memeriksa keadaan Hasta secara keseluruhan. Dan itu sangat membutuhkan waktu yang cukup lama.
Hanin hanya bisa melihat bagaimana Rafka memeriksa keadaan Hasta dengan perasaan sedih. Apalagi saat slang panjang di masukkan ke dalam mulut Hasta. Hati Hanin menjerit menahan tangis.
Setelah menghabiskan waktu hampir dua jam, Rafka meminta perawat untuk membereskan peralatannya.
Masih berdiri di samping Hasta, Rafka mengangkat pelan tangan Hasta yang lemas. Wajah Rafka terlihat serius saat memeriksa denyut nadi Hasta.
"Sebenarnya apa yang terjadi pada anda Tuan Hasta? Kenapa anda tidak mau bangun? Apa anda sedang menunggu kedatangan Hanin? Apa anda berharap hanya Hanin yang bisa membangunkan anda? Hanin sekarang ada di sini Tuan Hasta. Hanin akan menjaga dan merawat anda dengan baik," ucap Rafka dalam hati sambil mengusap punggung tangan Hasta setelah ia memeriksa denyut nadinya.
"Rafka, bagaimana keadaan Mas Hasta?" Tanya Hanin dengan tatapan cemas.
Rafka menoleh ke arah Hanin yang terlihat cemas kemudian beralih ke Irwan dan perawat yang sudah membantunya.
"Dokter Irwan, aku bisa minta tolong untuk menyiapkan segala sesuatunya agar kita bisa melakukannya dengan cepat," ucap Rafka pada Irwan yang sudah mengerti arti dari ucapannya.
Irwan menganggukkan kepalanya kemudian meminta asistennya untuk mengikutinya.
"Rafka, kamu belum menjawab pertanyaanku?" Tanya Hanin lagi setelah mereka tinggal berdua saja.
Melihat Hanin semakin cemas, Rafka hanya bisa tersenyum kemudian mengajak Hanin untuk duduk.
"Hanin, keadaan suamimu saat ini bisa di katakan stabil dengan bantuan peralatan yang ada di sini. Aku berharap kamu bisa menyadarkan suami kamu dengan cepat agar aku bisa mengambil langkah untuk melakukan operasi," ucap Rafka dengan sangat berat hati harus melakukan operasi transplantasi paru-paru secepatnya. Dan itu sangat beresiko antara berhasil atau tidak, semua tergantung pada Hasta dan takdir Tuhan.
"Operasi Raf?? Apa maksudmu operasi transplantasi paru-paru?" Tanya Hanin memastikan apa yang ia tahu.
Rafka menganggukkan kepalanya dengan pelan.
"Hanya itu satu-satunya jalan yang harus kita lakukan saat Nin. Suami kamu saat ini sepertinya tidak mau cepat sadar. Padahal kesadaran suami kamu sangat kita perlukan untuk segera melakukan operasi. Mungkin suami kamu menunggu kedatangan kamu," ucap Rafka dengan wajah serius.
Hanin mengangkat wajahnya menatap Rafka dengan tatapan tak mengerti.
"Sebenarnya ada apa Raf? Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan di akhir tadi?" Tanya Hanin dengan air mata berlinang.
"Suamimu hidupnya tidak akan lama lagi Nin. Mungkin dia saat ini hanya menunggu kamu dan ingin melihatmu untuk terakhir kalinya. Atau bisa saja terjadi keajaiban saat melihatmu dia akan punya semangat untuk hidup dan bertahan saat menjalani operasi nanti. Kita hanya menunggu dari semangat hidupnya suami kamu dan takdir Tuhan saja Nin," ucap Rafka menjelaskan semuanya pada Hanin tentang keadaan Hasta.
Hanin terdiam tidak mampu berkata apa-apa lagi selain air mata mengalir deras di pipinya.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang Raf? Bagaimana aku bisa membuat Mas Hasta sadar?" Tanya Hanin dengan tatapan bingung.
"Katakan saja apa yang kamu rasakan pada suamimu, berikan sentuhan yang bisa dia rasakan. Dengan mendengar suara kamu dan sentuhan lembut kamu, ada kemungkinan suami kamu sadar. Mungkin seperti yang di katakan Jonathan, kamu bisa menceritakan tentang bayi kembar kamu. Kamu bisa meletakkan tangan suami kamu di perut kamu. Kamu harus berusaha Nin, kamu harus yakin kalau kamu bisa menyadarkan suami kamu. Jangan putus asa lagi," ucap Rafka memberikan beberapa contoh dan semangat pada Hanin agar bisa membuat Hasta sadar dari komanya.
Hanin menganggukkan kepalanya, mengerti dengan apa yang di katakan Rafka.
"Aku akan mencobanya Raf. Aku akan berusaha dengan cara apapun agar Mas Hasta sadar," ucap Hanin dengan penuh keyakinan dan menepis rasa putus asa yang kadang menyelinap dalam hatinya.
"Bagus, sekarang kamu bisa di sini dan menjaga suami kamu. Kalau kamu membutuhkan sesuatu atau lapar kamu bisa hubungi aku," ucap Rafka dengan tersenyum merasa lega melihat Hanin yang sudah bersemangat dan percaya diri.
Kembali Hanin menganggukkan kepalanya dengan pasti.
"Terimakasih Raf," ucap Hanin dengan tatapan penuh.
"Sama-sama, aku pergi dulu ya," ucap Rafka sambil mengusap bahu Hanin kemudian mendorong kursi rodanya keluar dari ruang ICU.
Setelah Rafka pergi, Hanin bangun dari duduknya dan mendekati Hasta.
Melihat wajah Hasta yang terlihat putih pucat dan pipi yang terlihat tirus hati Hanin sangat sedih. Apalagi melihat beberapa kabel selang yang terpasang di dada, di leher juga selang di hidung dan mulut Hasta.
"Mas Hasta, apa kamu mendengar suaraku Mas?" Tanya Hanin seraya berdiri menatap wajah Hasta dari dekat seraya mengusap lembut pipi Hasta yang terasa hangat.
"Apa kamu tidak merindukan aku Mas? Aku sangat merindukanmu. Aku sangat sedih dan menangis setiap hari setelah kamu tega meninggalkan aku," ucap Hanin dengan air mata sudah berlinang.
"Kenapa kamu tega meninggalkan aku sendiri Mas? Kenapa kamu tega menceraikan aku? Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi?" Tanya Hanin dengan suara bergetar menahan tangisannya.
"Dengarkan aku Mas, aku tidak akan pernah mau bercerai. Aku tidak akan menandatangani surat perceraian kita. Aku tuda mau bercerai Mas, sampai aku matipun aku tidak mau berpisah darimu. Apalagi saat ini aku hamil bayi kembar," ucap Hanin dengan suara jelas sengaja mengatakannya di telinga Hasta.
Melihat Hasta masih tidak merespon apa yang ia katakan, Hanin meraih tangan Hasta dan meletakkannya di atas perutnya.
"Apa kamu tahu Mas, bayi kembar kita sedih karena tidak melihatmu. Bayi kembar kita sangat merindukan kamu Mas. Kamu adalah Ayah kandung bayi kembar, bukan Jonathan," ucap Hanin masih di telinga Hasta dengan tangan Hasta di atas perutnya.
"Dengarkan aku Mas, sebelumnya aku minta maaf padamu karena belum bercerita apa yang sudah terjadi antara aku dan Jonathan. Sebenarnya Jonathan tidak ada memberikan spermanya pada program kita Mas. Aku hamil murni denganmu dan progam kita juga berhasil dari sperma kamu. Bayi kembar kita adalah darah daging kamu," ucap Hanin dengan sungguh-sungguh dan berdoa dalam hati agar Hasta mendengar apa yang ia ceritakan.