PERMINTAAN TERAKHIR

"Terimakasih Nin," ucap Hasta merasa lega setelah buang air kecil yang sudah di tahannya.

"Sama-sama Mas," sahut Hanin dengan tersenyum kembali ke toilet untuk membersihkan pispot yang habis di pakai Hasta.

Selesai membersihkan pispot, Hanin mengambil air hangat satu baskom berniat memandikan Hasta sebelum menjalani operasi.

"Apa yang kamu bawa Nin?" Tanya Hasta dengan tatapan tak lepas dari wajah Hanin.

"Air hangat Mas. Aku mandiin kamu," jawab Hanin seraya meletakkan baskom di atas meja kemudian Hanin membasahi handuk kecil yang sudah tersedia.

"Keramas ya Mas?" Ucap Hanin berniat membasahi rambut Hasta saja dan menyeka seluruh tubuhnya.

Hasta hanya menganggukkan kepalanya pasrah dengan apa yang di lakukan Hanin.

Karena tidak ada penolakan dari Hasta, segera Hanin memandikan Hasta dengan membasahi rambutnya terlebih dulu kemudian menyeka tubuhnya menyeluruh.

"Hem... sekarang suamiku sudah harum wangi dan sangat tampan," ucap Hanin dengan menatap Hasta yang sedang menatapnya dengan tatapan penuh cinta.

"Aku mau bereskan ini dulu Mas," ucap Hanin lagi sambil mencium sekilas bibir Hasta yang masih terpaku di tempatnya.

"Hanin, kenapa kamu sangat mencintaiku? Padahal aku bukanlah pria yang sempurna seperti Rafka atau Jonathan. Aku hanyalah pria tua yang sakit. Tapi kamu mencintaiku hingga seperti ini? Bagaimana aku bisa rela meninggalkan kamu? Aku sangat mencintaimu Nin, sangat mencintaimu. Aku berharap pada Tuhan untuk memberi waktu dan kesempatan untuk menjagamu Nin," ucap Hasta dengan hati sedih dan mata berkaca-kaca.

"Ada apa Mas? Kenapa kamu menangis?" Tanya Hanin yang tiba-tiba sudah di depan Hasta dan melihat kesedihannya.

"Aku tidak apa-apa Nin," ucap Hasta dengan suara lirih mengusap matanya.

Tanpa berkata apa-apa Hanin mendekatkan tubuhnya dan memeluk Hasta dengan perasaan penuh.

"Ada apa Mas? Katakan padaku, apa yang kamu rasakan barusan hingga membuatmu sedih seperti ini?" Tanya Hanin masih dengan memeluk Hasta.

"Aku hanya semakin takut kehilangan kamu Nin. Kamu sangat menyayangi dan mencintaiku dengan tulus. Aku merasa berat untuk meninggalkanmu Hanin," jawab Hasta dengan jujur apa yang ia rasakan di saat waktu semakin dekat.

Hanin mengambil nafas dalam, jauh dari lubuk hatinya juga sangat takut kehilangan Hasta yang sangat ia cintai.

"Aku juga takut kehilangan kamu Mas. Aku tidak ingin kamu tinggalkan. Aku akan selalu berdoa agar kamu bisa melewati semuanya. Dan kita akan bersama-sama selamanya. Tenangkan hatimu ya Mas, kamu harus yakin kita akan tetap bersama dengan bayi kembar kita," ucap Hanin seraya membelai lembut rambut Hasta.

Hasta hanya terdiam mendengar semua ucapan Hanin dan merasakan belaian lembut Hanin yang mungkin menjadi kenangan terakhir baginya.

Cukup lama, Hanin memeluk Hasta sampai memastikan keadaan Hasta baik-baik saja. Melihat Hasta sudah tenang, Hanin melepas pelukannya dengan perlahan.

"Sekarang apa kamu sudah tenang Mas?" Tanya Hanin menangkup wajah Hasta dengan tatapan sayang.

Hasta menganggukkan kepalanya, membalas Hanin dengan menangkup wajah Hanin dan menatap Hanin dengan sangat dalam.

"Biarkan aku menatap wajah cantikmu Nin. Aku akan mengingat wajah cantikmu sampai pada kematianku. Kamu harus ingat Hanin, aku sangat mencintaimu dan tidak ada keinginan untuk meninggalkanmu selain ingin hidup bahagia bersamamu dan bayi kembar kita," ucap Hasta dengan sungguh-sungguh mengungkapkan semua isi hatinya.

Hanin menganggukkan kepalanya dengan pelan.

"Aku akan mengingat semua itu Mas, aku berjanji padamu hanya kamu yang aku cintai seumur hidupku. Tidak ada yang lain," ucap Hanin dengan segenap hatinya.

"Terimakasih Hanin, tapi kamu tidak boleh egois sayang. Kalau seandainya aku tidak bertahan, kamu juga harus memikirkan bayi kembar kita. Bayi kembar kita membutuhkan kasih sayang sekarang Ayah. Harus ada pria yang akan merawat dan menjaga kalian berdua," ucap Hasta menatap Hanin dengan serius berniat memberitahu tentang keinginannya yang meminta Rafka untuk bertanggungjawab pada Hanin.

Hanin menatap Hasta dengan tatapan tak mengerti.

"Maksud kamu apa Mas? Aku tidak mengerti?" Tanya Hanin dengan wajah serius dan terlihat sedih.

Hasta menghela nafas dalam kemudian menggenggam tangan Hanin dan mengusapnya dengan penuh perasaan.

"Dengarkan aku Hanin, kamu harus tahu kalau aku akan berusaha bertahan demi kamu dan bayi kembar kita. Tapi kita tidak bisa menutup mata kalau takdir kita sudah di tentukan oleh Tuhan. Seandainya saja, aku tidak ada kesempatan untuk bersamamu. Aku minta padamu, untuk bisa menikah dengan Rafka. Aku..." Hasta tidak bisa meneruskan ucapannya saat Hanin menyelanya.

"Mas... Jangan..." Hanin tidak meneruskan apa yang ingin ia katakan saat Hasta menatapnya dengan tatapan memohon.

"Lanjutkan apa yang ingin kamu katakan Mas," ucap Hanin menahan apa yang ia rasakan. Hanin diam karena tidak ingin hati Hasta menjadi sedih atas penolakannya.

"Hanin, aku menginginkan hal itu karena aku memikirkan kebahagiaan kamu dan bayi kembar kita. Aku mencemaskan kalian. Aku tidak bisa tenang di sana kalau tidak memastikan kalian akan baik-baik saja," ucap Hasta dengan tatapan sedih kemudian mencium punggung tangan Hanin.

"Hanin, anggap ini permintaan terakhirku padamu. Aku akan tenang dan bahagia jika kamu baik-baik saja dan bahagia bersama Rafka yang mencintaimu dengan tulus. Aku percaya pada Rafka dan aku sudah bicara dengannya. Kamu bisa kan memenuhi permintaan terakhirku ini Nin?" Tanya Hasta dengan tatapan memohon sambil menggenggam tangan Hanin yang terasa dingin.

Hanin terdiam memikirkan apa yang di katakan Hasta adalah permintaan terakhir Hasta padanya.

"Hanin, jawab pertanyaanku sayang. Aku hanya menginginkan hal itu jika aku tidak bisa bertahan nanti," ucap Hasta dengan mata berkaca-kaca.

Hati Hanin menangis tidak menginginkan hal itu terjadi. Bagaimanapun juga, ia sudah sangat mencintai Hasta.

"Mas, aku tahu kamu sangat mencintaiku dan memikirkan kebahagiaanku dan bayi kembar kita. Tapi dengan permintaan kamu itu, aku tidak bisa berjanji padamu Mas. Aku tidak bisa memberikan janji karena apa yang kamu takutkan tidak akan terjadi," ucap Hanin berusaha memberikan pengertian pada Hasta tentang apa yang ia rasakan.

"Dengarkan aku Mas, aku akan mengingat apa yang kamu inginkan itu. Dan aku bisa berjanji akan mengingat keinginanmu. Tapi aku tidak bisa berjanji untuk menikah dengan Rafka. Kamu masih ada di sini bersamaku Mas. Dan akan selamanya kamu ada di hatiku. Bisakah kamu mengerti apa yang aku rasakan Mas? Jangan memaksa aku berjanji untuk menikah dengan Rafka. Aku mohon padamu, biarkan cinta yang aku miliki ini hanya untukmu karena cintamu juga hanya untukku," ucap Hanin dengan suara bergetar menahan rasa sedihnya.

Hati Hasta tersentuh merasakan kesedihan Hanin yang begitu dalam.

"Maafkan aku Hanin, maafkan aku. Baiklah aku tidak akan memintamu berjanji untuk menikah dengan Rafka. Tapi kamu harus mengingat dan memikirkan apa yang aku katakan tadi," ucap Hasta dengan tatapan sangat dalam.