PERASAAN MENDALAM

"Benarkah Mas? Kalau begitu apa aku harus menyembuhkannya biar cepat sembuh?" Ucap Hanin sambil mengusap bibir bawah Hasta yang masih pucat.

"Hem... sepertinya aku membutuhkan obat untuk menyembuhkannya. Dan obat itu harus melebihi dari yang kita lakukan tadi," ucap Hasta tidak mengatakan langsung apa yang ia inginkan.

Hanin tersenyum langsung mengerti apa yang di inginkan Hasta. Mungkin karena rasa cemburunya, hingga merasa tertantang untuk melakukannya.

"Apa yang kamu inginkan Mas? Aku tidak mengerti," ucap Hanin pura-pura tidak mengerti.

"Hanin, apa aku harus mengatakannya secara langsung?" Ucap Hasta dengan wajah memerah.

Hanin hanya menganggukkan kepalanya menahan senyum.

"Aku... menginginkanmu Hanin," ucap Hasta dengan suara hampir tak terdengar dan wajah semakin merah.

"Aku juga menginginkanmu Mas. Malah sejak tadi aku memintamu. Tapi, bagaimana kalau nanti terjadi sesuatu padamu?" Tanya Hanin mengulangi ucapan Hasta saat menolaknya.

Wajah Hasta semakin memerah mendengar ucapan Hanin.

"Baiklah Hanin, kamu benar. Sebaiknya kita tidak melakukannya," ucap Hasta dengan wajah sedih.

Hanin tersenyum dalam hati, kemudian berjalan ke arah pintu dan menguncinya dari dalam.

"Sebentar ya Mas," ucap Hanin kemudian mengambil ponselnya dan bertanya pada Rafka tentang keinginan Hasta.

Hanin cukup terkejut saat membaca balasan Rafka yang bilang lakukan saja.

Dengan tersenyum lega Hanin kembali ke tempat Hasta dan menatap Hasta yang masih terlihat sedih.

"Mas Hasta, katakan padaku. Kenapa kamu tiba-tiba menginginkannya?" Tanya Hanin ingin mendengar alasan Hasta yang sesungguhnya.

Hasta menatap Hanin dengan tatapan sedih kemudian mengusap wajah Hanin dengan penuh kelembutan.

"Karena aku sangat mencintaimu Hanin, aku ingin melakukannya untuk yang terakhir kalinya. Aku berharap saat aku operasi nanti aku bisa bertahan dengan mengingat jelas apa yang kita lakukan sekarang. Kalau aku tidak bertahan, aku masih bahagia karena mendapatkan apa yang aku inginkan," ucap Hasta dengan tatapan sangat dalam seperti perasaan cintanya yang begitu dalam.

Hati Hanin sangat terenyuh dan sangat sedih mendengar ungkapan hati Hasta. Tapi ia berusaha untuk tetap tersenyum dengan memberikan kebahagiaan pada Hasta.

"Apa yang kamu katakan benar Mas. Setidaknya kita akan mempunyai kenangan yang indah. Aku tidak akan menolak apapun keinginanmu, karena aku juga menginginkanmu," ucap Hanin dengan tatapan sayu menyentuh bibir bawah Hasta kemudian melumatnya dengan sangat hati-hati.

Hasta memejamkan matanya, merasakan lumatan demi lumatan bibir Hanin yang mengulum dan menghisap bibirnya.

Gelora hasrat sudah menguasai Hasta. Dengan nafas yang mulai memburu Hasta membalas ciuman Hanin dengan pelan, seolah-olah menikmati setiap detik desah nafas Hanin yang menerpa wajahnya.

Tidak cukup dengan ciuman, Hanin meraba dan mengusap lembut perut Hasta dan merambah pada bagian bawah di mana Hasta dalam keadaan tanpa memakai apapun.

Hasta menatap wajah Hanin dengan tatapan semakin sayu.

"Hanin, aku sangat mencintaimu sayang," ucap Hasta dengan suara parau menahan sesuatu yang mulai menegang di area bawahnya tepatnya pada batang miliknya yang mulai mengeras.

"Aku juga sangat mencintaimu Mas. Cintaku padamu semakin dalam sejak kita berpisah. Aku tidak bisa hidup tanpamu Mas," sahut Hanin membalas tatapan Hasta masih dengan tangannya yang semakin intens mengusap-usap dan sedikit meremas batang milik Hasta.

"Akkkhhh...Hanin,"

Desah Hasta dengan kepala menengadah dan mata setengah terpejam serta bibir sedikit terbuka.

"Akkkhhh.... Aakkhh...," suara Hasta mulai mengerang saat Hanin memegang batang miliknya yang sudah berdiri dan menciumi ujung batang miliknya.

"Aasshh... Hanin...apa yang kamu lakukan sayang. Sakit Hanin... Akkkhhh... Akkhhh," Wajah Hasta menegang seiring dengan suara lenguhannya saat Hanin menghisap kuat batang miliknya yang sudah sangat keras.

Tidak cukup dengan menghisap batang miliknya saja, Hanin juga merangsang hasrat Hasta dengan mengusap area perutnya hingga tubuh Hasta mengejang

"Haninnn.... Akkkhhh... Akkkhhh, aku sudah tidak tahan sayang," teriak Hasta dengan tangan mencengkram pinggiran tempat tidur.

"Aku juga tidak tahan Mas," Ucap Hanin dengan suara lembut nekat naik ke atas tempat tidur tepat di atas batang milik Hasta yang sudah berdiri kokoh. Dengan bertumpu pada kedua lututnya Hanin membuka kedua pahanya dan mengarahkan lubang intimnya pada batang milik Hasta.

"Hanin... cepat lakukan sayang," Ucap Hasta dengan wajah berkeringat menatap Hanin yang sedang melihat batang miliknya.

"Aku masukkan Mas, Akkkhhh... Akkhhh," teriak Hanin menahan rasa nikmat yang membuatnya tegang.

Leher Hasta menegang bersamaan dengan suara lenguhannya yang panjang.

"Akkkkkkhhhh... Akkkhhh.... Haninnnn, aku sudah tidak tahan sayang... Aakkhh... terus Hanin... Aakkhh.... Akkkhhh... ouchhh," Hasta mengerang berulang-ulang saat Hanin memasukkan lubang intimnya naik turun dan menekan keras batang milik Hasta yang keras.

"Uuuhhh... Aakkhh... Akkhhh...apa kamu sudah mau keluar Mas," ucap Hanin dengan suara tercekik menekan batang milik Hasta dan menghisap keras kulit perut Hasta.

"Aasshh... Hanin, sangat nikmat sayang, hisap kuat dan tekan yang dalam. Akkkhhh, Akkkhhh.... Akkhhh...tekaaann Haninnn," lenguhan Hasta semakin berat menahan hasratnya yang sudah memuncak.

"Mas...aku sudah mau keluar! Aku tekan sekarang Mas!!! Aakkkhh..Akkhhh.. Akkhhh Masss!" teriak Hanin mengangkat lubang intimnya kemudian menancapkan dengan keras pada batang milik Hasta.

Tubuh Hasta terangkat dan menggelinjang.

"Aaaakkhhh... Aakkkhh .... Akkkhhh Hanin, aku mau keluar Hanin... tekann lagi Hanin," teriak Hasta mencengkram pinggang Hanin saat Hanin menancapkan lubang intimnya berulang-ulang hingga nafas Hasta tersengal.

"Akkkhhh... Aakkhh.... Akkhhh... Haninnn," panggil Hasta enekan pinggul Hanin agar lebih masuk ke batang miliknya.

Hanin tidak melewatkan hal itu menggoyangkan pinggulnya naik turun hingga pada puncaknya Hanin menekan sekeras-kerasnya bersamaan dengan teriakan Hasta.

"Aaaakkhhhhhhh.... Aaaakkhhhhhhh Hanin

Aaakkkkkhhhhhhhhhhh.... Aaakkkkkhhh!," tubuh Hasta mengendor bersamaan dengan sperma yang sudah keluar dan meluber di area perutnya.

"Asshhh.... Aashh... Ashhhh," lenguh Hasta merasakan tubuhnya lemas setelah mengeluarkan hasratnya yang tersisa.

Hanin tersenyum melihat Hasta terlihat puas dengan apa yang sudah ia lakukan.

"Bagaimana Mas, apa kamu puas?" Tanya Hanin seraya membersikan sperma Hasta yang meluber ke mana-mana.

"Aku sangat puas dan bahagia Nin. Aku bersyukur, tidak terjadi sesuatu padaku," ucap Hasta dengan perasaan lega.

"Mungkin karena kamu tidak memikirkan hal itu Mas. Kamu hanya merasakan kenikmatan yang membuat kamu lupa akan sakitnya kamu," ucap Hanin dengan tersenyum kemudian turun dari tempat tidur dan memakai celana dalamnya kembali.

"Aku mau ke toilet sebentar Mas," ucap Hanin berniat membersihkan dirinya.

"Hanin, aku mau kencing. Bisakah sekalian bawa pispot untukku?" Tanya Hasta dengan tatapan manja.

Hanin menganggukkan kepalanya kemudian segera masuk ke toilet yang ada ruang ICU.

Setelah membersihkan dirinya, Hanin mengambil pispot dan membawanya ke tempat Hasta.

Dengan penuh perhatian Hanin membantu Hasta untuk kencing di pispot yang ia bawa.

"Terimakasih Nin," ucap Hasta merasa lega setelah buang air kecil yang sudah di tahannya.