PENGORBANAN RAFKA

"Ya... mungkin Rafka sibuk menyiapkan segala sesuatunya untuk operasinya Mas Hasta," ucap Hanin menjelaskan pada Jonathan agar tidak kecewa pada Rafka.

"Ya aku tahu kok Nin, kamu tenang saja. Aku tahu saat ini Rafka pasti bekerja keras untuk keselamatan Tuan Hasta, sampai-sampai dia harus memakai penyangga lutut agar bisa menangani sendiri jalannya operasi Tuan Hasta," ucap Jonathan dengan santai namun kemudian ia tersadar dan langsung menutup mulutnya.

"Apa maksudmu dengan Rafka memakai penyangga lutut?" Tanya Hanin dengan kening berkerut.

"Tidak Nin, aku hanya salah bicara saja. Lupakan apa yang aku katakan tadi," ucap Jonathan dengan wajah terlihat gugup.

"Jo, sejak kapan kamu mulai berbohong padaku. Jawab pertanyaanku dengan jujur. Apa yang kamu maksud tadi? Memang Rafka yang menangani operasi Mas Hasta. Tapi kenapa harus pakai penyangga lutut?" Tanya Hanin dengan penasaran, tapi kemudian Hanin baru menyadari sesuatu tentang Rafka.

"Ya Tuhan! Kenapa aku tidak berpikir ke arah sana. Bagaimana Rafka bisa menangani operasinya Mas Hasta kalau dia duduk di kursi roda. Dan sekarang, Rafka sendiri bilang kalau dia yang akan menangani Mas Hasta. Jadi....apa yang aku pikirkan salah? Aku berpikir Rafka di ruang operasi hanya memberikan instruksi dan perintah pada Dokter Soni dan yang lainnya, ternyata hari ini...." Hanin tidak melanjutkan apa yang ia pikirkan selain menatap ke arah Jonathan dengan wajah serius.

"Jo!! Katakan dengan jujur apa yang kamu tahu tentang Rafka! Jadi benar kalau hari ini Rafka terpaksa pakai penyangga lutut agar bisa mengoperasi Mas Hasta?" Tanya Hanin dengan wajah serius.

"Hanin, maafkan aku. Aku sudah berjanji pada Rafka untuk tidak mengatakan apa-apa. Aku tadi tidak sengaja mengatakannya," ucap Jonathan merasa menyesal dengan apa yang ia katakan.

"Jonathannn! Katakan padaku sekarang!" Ucap Hanin dengan tatapan marah.

"Baiklah Nin, aku akan cerita. Tapi kamu jangan marah padaku. Apa yang aku katakan tadi benar. Kamu tahu sendiri kedua kaki Rafka belum sepenuhnya sembuh. Tapi sejak ia menangani sakitnya Tuan Hasta, Rafka membeli penyangga lutut itu agar bisa berdiri saat menangani operasinya Tuan Hasta," ucap Jonathan dengan jujur.

"Kenapa Rafka melakukan hal yang membahayakan dirinya sendiri?Bukankah ia sendiri cerita kalau belum waktunya ia bisa berdiri karena semua pen yang ada di kaki dan di lututnya belum di lepas?" Ucap Hanin dengan tatapan tak percaya Rafka akan melakukan hal itu. Dan ia sendiripun tidak menyadari hal itu.

"Mungkin Rafka melakukan hal itu karena merasa bertanggungjawab untuk menyembuhkan Tuan Hasta. Karena Tuan Hasta suami kamu," ucap Jonathan dengan suara pelan , namun Hanin mendengarnya.

"Maksudmu apa Jo? Bicara yang jelas Jo?" Tanya Hanin dengan gemas karena Jonathan bicara hanya setengah-setengah.

"Hanin, kenapa kamu tidak mengerti juga. Rafka melakukan itu semua karena sangat mencintaimu. Rafka sangat peduli dengan kebahagiaanmu, karena tidak ingin kamu sedih dia berusaha menyembuhkan Tuan Hasta walau dia harus melakukan hal yang bisa membahayakan kakinya sendiri," ucap Jonathan membuka mata Hanin agar mengetahui bagaimana ketulusan cinta Rafka padanya.

Hanin terhenyak menggigit bibir bawahnya. Apa yang di katakan Jonathan benar-benar membuat hatinya merasa sedih. Merasa sedih karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk membalas kebaikan Rafka.

"Jo, kalau kamu tahu dari awal, kenapa kamu tidak menasihati Rafka agar tidak melakukan hal bodoh itu," ucap Hanin dengan perasaan sedih.

"Kalau Rafka tidak melakukan hal bodoh itu, bagaimana Tuan Hasta bisa selamat? Kamu tahu sendiri, hanya tangan dingin Rafka yang bisa membantu Tuan Hasta," ucap Jonathan merasa kasihan pada Rafka juga kasihan pada Hasta.

"Jo? Katakan dengan jujur. Apa saat ini kamu ada di pihak Rafka? Atau aku?Dari tadi kamu seolah-olah menyalahkan aku terus dan membela Rafka. Kalau aku tahu, Rafka berkorban sampai seperti ini, aku pasti melarangnya Jo," ucap Hanin dengan gemas.

"Kalau kamu melarang Rafka melakukan hal itu, lalu bagaimana nasib Tuan Hasta? Apa kamu siap kehilangan Tuan Hasta?" Tanya Jonathan membuat Hanin semakin serba salah dengan maksud dan tujuan Jonathan yang membela Rafka.

"Jo, aku tanya padamu. Dengan kamu mengatakan ini semua padaku. Sekarang apa yang harus aku lakukan pada Rafka? Coba menurutmu aku harus bagaimana?" Tanya Hanin semakin gemas pada Jonathan.

"Kamu tidak perlu melakukan apa-apa Nin. Aku hanya ingin kamu tahu saja, kalau Rafka itu berhati tulus. Dia hanya ingin melihat kamu bahagia bersama orang yang kamu cintai. Dan aku mengatakan hal ini padamu karena aku merasa kasihan saja. Orang setulus dan sebaik Rafka harus menderita. Aku juga kasihan pada Tuan Hasta, yang selalu baik dan sabar tapi juga menderita. Aku sangat kasihan pada mereka berdua Nin," ucap Jonathan dengan wajah sangat sedih.

"Apa yang kamu katakan benar Jo. Kamu tidak salah kalau merasakan penderitaan Rafka. Aku sangat bersalah pada Rafka, sejak dulu dia begitu baik dan perhatian padaku. Mencintaiku dengan tulus dan setia padaku. Tapi aku telah menyakiti hatinya dengan menikahi Mas Hasta. Dan sekarang di saat Mas Hasta membutuhkan pertolongan, Rafka berkorban lagi untuk kesembuhan Mas Hasta demi melihat aku bahagia. Dengan semua kebaikan dan pengorbanannya aku tidak bisa membalas apa-apa selain aku mengucapkan terimakasih dan berhutang budi selamanya," ucap Hanin dengan tatapan sedih.

"Hanin, aku pernah bertanya padamu, kenapa kamu tiba-tiba menikahi Tuan Hasta? Kenapa berpisah dengan Rafka? Tapi kamu belum menjawab pertanyaanku sampai sekarang. Apa sekarang kamu bisa cerita?" Tanya Jonathan merasa penasaran dengan alasan Hanin yang tiba-tiba menikah dengan Tuan Hasta.

"Intinya, takdir Mas Hasta tidak jauh berbeda dengan Rafka. Kamu tahu sendiri saat SMP Tuan Hasta begitu sangat baik padaku dan melindungiku dari Ibu. Apa kamu tahu Jo, sejak aku tinggal dengan Mas Hasta sampai aku kuliah. Ternyata Mas Hasta mencintaiku tanpa mengatakannya padaku. Jadi selama enam tahun, hati Mas Hasta selalu sedih dan menderita melihat hubunganku dengan Rafka. Karena kesedihan itu, sakitnya Mas Hasta semakin parah dan itu semua karena aku. Selain aku merasa bersalah, aku juga baru menyadari perasaanku saat Mas Hasta mulai menjauh dariku. Aku sangat merindukannya, aku sangat sedih jauh darinya. Mungkin karena aku sudah terbiasa selalu dekat dengan Mas Hasta, dan aku merasa nyaman saat bersamanya. Aku merasa takut kehilangan Mas Hasta," ucap Hanin dengan jujur menceritakan semuanya.

"Apa itu dinamakan cinta karena terbiasa? Dan karena Rafka tidak di sampingmu selama enam tahun, kamu jadi terbiasa berjauhan dengannya dan perasaanmu beralih pada Tuan Hasta," ucap Jonathan menggaris bawahi dari semua cerita Hanin.

Hanin menganggukkan kepalanya, membenarkan apa yang di simpulkan Jonathan.