Hanin menganggukkan kepalanya, membenarkan apa yang di simpulkan Jonathan.
Jonathan menghela nafas panjang, baru kali ini melihat jalan takdir yang kadang begitu kejam. Sebaik-baiknya, orang jika jalan takdirnya menderita ujian hidupnya akan menderita.
"Kalau aku bisa katakan, ujian Rafka juga seperti kamu Jo," ucap Hanin berusaha tersenyum.
"Maksudmu Nin?" Tanya Jonathan tak mengerti.
"Apa kamu tahu, kamu juga sangat baik padaku. Sangat menyayangi aku hingga kamu rela melindungi aku dari ibu. Bahkan sampai sekarang kamu selalu membantuku dan juga berkorban waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu Mas Hasta. Apa kamu tidak sedih dengan jalan takdir hidup kamu?" Tanya Hanin dengan menatap wajah Jonathan yang sudah memerah.
"Terkadang aku sedih Nin, tapi perasaanku padamu tulus. Aku ikhlas membantumu juga pada Tuan Hasta. Melihat kamu bahagia, aku juga bahagia. Kamu tenang saja kalau soal aku, jangan cemas," ucap Jonathan dengan tersenyum.
"Seperti itulah, mungkin yang Rafka rasakan. Dia ikhlas menyayangi aku dan ingin melihatku bahagia. Dan dia juga bilang sama sepertimu. Kamu tenang saja jangan mencemaskan aku. Kenapa aku tidak boleh mencemaskan kalian yang selalu mencemaskan aku?" ucap Hanin dengan tatapan sedih.
Jonathan menghela nafas dalam mencoba mengerti apa yang di inginkan Hanin.
"Tenanglah Nin, aku dan Rafka tidak bermaksud seperti itu. Kamu sudah punya suami yang harus lebih kamu cemaskan. Tapi, baiklah...kamu boleh juga mencemaskan kita berdua. Terimakasih ya," ucap Jonathan akhirnya mengiyakan ucapan Hanin karena tidak mau menambah beban pikiran Hanin.
"Kriiing....kriiing.... kriiing"
Tiba-tiba terdengar suara alarm menyala. Sontak Hanin melihat ke atas alarm yang menyala merah. Jantung Hanin berdetak cepat seketika dengan wajah terlihat pucat dan panik. Segera Hanin berlari ke arah pintu ruang operasi di ikuti Jonathan dengan wajah bingung.
"Mas Hasta, Jo!! Apa yang terjadi pada Mas Hasta di dalam?" Tanya Hanin menempelkan telinganya berusaha mendengar sesuatu apa yang terjadi di dalam.
"Hanin, memang apa yang terjadi? Kenapa kamu panik?" Tanya Jonathan dengan tatapan tak mengerti ikut merasa panik.
"Rafka bilang kalau alarm menyala pertanda Mas Hasta tidak baik-baik saja," ucap Hanin dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya.
"Hanin, duduklah dan tenang. Tidak akan terjadi apa-apa pada Tuan Hasta. Kita berdoa saja agar operasinya lancar," ucap Jonathan berusaha menenangkan Hanin yang masih terlihat panik dan cemas.
"Bagaimana aku bisa duduk tenang Jo. Mas Hasta dalam bahaya. Ya Tuhan, tolonglah selamatkan Mas Hasta," ucap Hanin dengan berjalan mondar-mandir di depan pintu ruang operasi.
Hanin kembali terkejut, alarm menyala merah dan berbunyi terus. Dari jauh Hanin melihat dua perawat berlari ke arahnya sambil membawa sebuah kotakcukup besar.
"Suster, apa yang terjadi?" Tanya Hanin di sela-sela tangisannya.
"Pasien terlalu banyak kehilangan darah. Dan stok di rumah sakit terbatas, kita baru saja mendapatkannya," jawab suster dengan cepat, kemudian masuk ke ruang operasi.
Hanin merasakan tubuhnya lemas. Apa yang di dengar membuat jantungnya hampir saja berhenti.
"Hanin, ayo duduk. Kamu bisa pingsan kalau seperti ini. Tuan Hasta sudah mendapatkan darah, Rafka pasti bisa menyelamatkannya," ucap Jonathan menarik pelan bahu Hanin agar duduk tenang.
Walaupun Hanin duduk, pandangan matanya tetap mengarah pada alarm juga pada pintu ruang operasi.
Waktu bergulir dengan cepat, sudah hampir sepuluh jam Hanin dan Jonathan menunggu dengan perasaan cemas.
Beberapa kali Jonathan bolak balik ke kantin untuk membelikan makanan dan minuman. Tapi Hanin sama sekali tidak menyentuh makanannya, hanya air putih yang beberapa kali di minumnya.
"Bagaimana ini Jo? Sudah jam empat tapi belum ada kabar dari dalam," ucap Hanin sampai menahan buang air kecilnya.
"Hanin, dari tadi kamu belum ke kamar kecil, pergilah, biar aku menjaga di sini," ucap Jonathan dengan tatapan sedih melihat keadaan Hanin yang terlihat lelah.
"Tidak Jo, aku akan tetap di sini," ucap Hanin merasa takut kalau terjadi sesuatu pada Hasta di saat ia ke kamar kecil.
Jonathan hanya bisa menghela nafas melihat keras kepalanya Hanin.
Di saat Hanin dan Jonathan sama-sama terdiam, tiba-tiba pintu ruang operasi terbuka dengan kasar dan terlihat dua perawat keluar mendorong seseorang yang terbaring di atas brankar.
"Mas Hasta!!" Panggil Hanin segera berlari mendekatinya namun Hanin sangat terkejut yang terbaring di brankar ternyata Rafka.
"Rafka?? Apa yang terjadi pada Rafka, Sus? Lalu bagaimana Mas Hasta?" Tanya Hanin semakin panik. Jonathan yang berdiri di samping Hanin berusaha memeluk Hanin agar tidak terjadi sesuatu padanya.
"Maaf Nyonya, Tuan Rafka pingsan setelah menyelesaikan operasinya. Dan Tuan Hasta masih ada di dalam, dalam penanganan Dokter Soni," ucap Perawat menjelaskan apa yang terjadi kemudian melanjutkan membawa Rafka ke ruang UGD.
"Hanin, kamu tunggu di sini. Aku mau melihat keadaan Rafka," ucap Jonathan merasa kasihan pada Rafka yang kemungkinan tidak kuat berdiri selama sepuluh jam dengan kaki yang sakit.
Hanin menganggukkan kepalanya merasa cemas dengan keadaan Rafka juga.
"Kabari aku setelah mengetahui keadaan Rafka, Jo," ucap Hanin sebelum Jonathan pergi.
Jonathan hanya menganggukkan kepalanya kemudian mengikuti perawat yang sudah lumayan jauh.
Hanin duduk kembali di tempatnya, berdoa dalam hati untuk keselamatan Hasta dan juga kesembuhan Rafka.
"Aku akan mengingat terus kebaikanmu ini Raf. Aku sungguh tidak percaya, sampai kamu berkorban seperti ini," ucap Hanin benar-benar merasa bersalah pada Rafka yang begitu tulus padanya.
Setelah beberapa saat menunggu, pintu ruang operasi terbuka. Hanin melihat Dokter Soni keluar dan menatap ke arahnya.
Hanin segera bangun dari duduknya dan mendekati Dokter Soni.
"Bagaimana operasinya Dokter? Apa berhasil?" Tanya Hanin dengan hati berdebar-debar.
"Berkat usaha keras Dokter Rafka, operasi Tuan Hasta berhasil dan berjalan lancar walau di awal ada beberapa kendala yang di hadapi Dokter Rafka," ucap Dokter Soni menjelaskan beberapa hal kendala yang cukup berbahaya yang bisa membahayakan nyawa Hasta.
"Keadaan Mas Hasta sekarang bagaimana Dokter?" Tanya Hanin merasa lega mendengar penjelasan Dokter Soni.
"Untuk sementara, Tuan Hasta akan kita kembalikan ke ruang ICU untuk memastikan semuanya stabil," jawab Dokter Soni sambil melihat jam tangannya.
"Dokter, bagaimana dengan Rafka? Kenapa Rafka pingsan?" Tanya Hanin ingin tahu penyebab pingsannya Rafka.
"Dokter Rafka terlalu memaksakan diri tetap berdiri terus saat menangani operasinya Tuan Hasta. Mungkin Dokter Rafka tidak ingin terjadi sesuatu pada suami anda, jadi tetap terus bertahan sampai pada saat operasinya selesai Dokter Rafka langsung pingsan," ucap Dokter Soni lagi menjelaskan perihal pingsannya Rafka.
Hanin terdiam semakin merasa bersalah pada Rafka.
"Terimakasih atas penjelasannya Dokter," ucap Hanin dengan perasaan sedih.