Hasta terdiam cukup lama, apa yang di ceritakan Hanin membuatnya merasa sedih dengan apa yang terjadi pada Rafka.
"Sepertinya kali ini aku tidak bisa membalas kebaikan hati Rafka, Nin. Pengorbanan Rafka kali ini sangatlah besar. Dan aku tidak tahu bagaimana cara membalas budi baik ini?" Ucap Hasta dengan perasaan campur aduk.
"Aku juga tidak tahu bagaimana cara membalas budi pada Rafka, Mas. Aku hanya bisa bilang terimakasih dan tidak akan pernah melupakan kebaikannya, itu saja," ucap Hanin dengan jujur mengatakan apa yang ia lakukan.
"Apa tidak ada cara lain untuk bisa membuat Rafka bahagia Nin?" Tanya Hasta dengan tatapan penuh.
"Cara apa? Aku tidak tahu lagi Mas. Apa kita carikan Rafka seorang istri?" Sahut Hanin dengan ragu-ragu ide yang terlintas begitu saja.
"Sepertinya sulit Nin. Karena Rafka hanya mencintai kamu. Apa kamu tidak pernah berpikir untuk kembali pada Rafka, Nin?" Ucap Hasta memberanikan diri memberikan sarannya.
"Mas Hasta?! Apa sadar dengan apa yang kamu katakan Mas?" Ucap Hanin dengan wajah terlihat kecewa.
"Hanin, aku merasa berhutang nyawa pada Rafka. Aku ikhlas kalau kamu bersama Rafka Nin," ucap Hasta ingin membalas budi dengan mengembalikan cinta pertama Rafka yaitu Hanin.
"Mas!! Apa yang kamu pikirkan!! Setelah kamu melewati ini semua aku merasa bahagia karena kita akan bersama-sama selamanya. Tapi kenapa kamu malah berpikir untuk menyerahkan aku pada Rafka?! Aku tidak akan pernah melakukan apa yang kamu inginkan Mas. Kita bisa membalas budi kebaikan Rafka tapi tidak dengan seperti ini!" Ucap Hanin dengan perasaan kecewa dan air mata berderai meninggalkan Hasta dan keluar dari ruang ICU.
Menyadari kemarahan Hanin, Hasta baru tersadar apa yang sudah ia lakukan sangat menyakiti hati Hanin.
"Hanin!! Jangan pergi Nin!! Aku mohon!" Teriak Hasta berusaha bangun dari tempatnya namun apa daya tubuhnya masih terasa lemas.
Hasta menangis dalam diam menyesali apa yang sudah ia lakukan.
"Hanin... kembalilah Nin. Aku mohon jangan tinggalkan aku. Aku tidak bisa hidup tanpa kamu," ucap Hasta dengan mata terpejam dan air mata mengalir di kedua sudut matanya.
"Kalau kamu tidak bisa hidup tanpa aku, lalu kenapa kamu ingin menyerahkan aku pada Rafka, Mas?" Ucap Hanin dengan suara parau sudah berada di samping Hasta.
Mendengar suara Hanin sangat dekat dengannya, Hasta membuka matanya dan melihat Hanin sudah berdiri di sampingnya.
"Hanin... jangan tinggalkan aku. Tolong maafkan aku Nin. Aku tidak akan melakukan hal itu lagi, maafkan aku Nin," ucap Hasta menggenggam tangan Hanin dengan mata berkaca-kaca.
"Sudah aku katakan berapa kali Mas, aku tidak akan pernah meninggalkan kamu. Sampai aku matipun aku tidak ingin berpisah darimu. Aku sangat mencintaimu, dan aku saat ini hamil anakmu. Jadi jangan pernah berpikir tentang hal itu lagi," ucap Hanin dengan wajah serius membalas genggaman tangan Hasta yang dingin.
Hasta menganggukkan kepalanya benar-benar tidak ingin kehilangan Hanin lagi.
"Tapi Hanin, bagaimana cara kita untuk membalas kebaikan Rafka? Pengorbanan Rafka sangat besar padaku," ucap Hasta dengan tatapan sedih.
"Jangan terlalu di pikirkan Mas. Rafka sendiri tidak berharap apapun dari kita. Dia membantu kita dengan tulus dan ikhlas. Aku sudah bicara banyak dengannya," ucap Hanin memberikan pengertian pada Hasta agar tidak terbebani atas kebaikan Rafka.
"Benarkah Nin, kamu sudah membahas semuanya dengan Rafka?" Tanya Hasta penasaran apa saja yang di bahas Hanin dengan Rafka, apa termasuk tentang keinginannya yang meminta Rafka untuk menikahi Hanin.
"Semuanya Mas, terutama tentang kebaikannya, alasan kenapa dia melakukan itu dan apa yang di inginkan Rafka. Tapi aku dan Rafka sama sekali tidak membahas tentang apa yang kamu inginkan," ucap Hanin dengan jujur.
Hasta terdiam dengan wajah memerah. Dia merasa bersyukur Hanin dan Rafka tidak membahas tentang keinginannya yang telah membuatnya menyesal.
"Ada apa Mas? Kenapa kamu diam?" Tanya Hanin dengan berpura-pura tidak tahu apa yang di rasakan Hasta.
"Aku hanya bisa bilang, aku bersyukur karena kamu dan Rafka tidak mengiyakan keinginanku. Seandainya hal itu benar-benar terjadi, mungkin aku tidak akan bisa bertahan hidup," ucap Hasta dengan suara parau.
Hanin tersenyum melihat Hasta menyadari apa yang ia lakukan sangatlah salah.
"Syukurlah kalau kamu sudah menyadari hal itu Mas. Dan lagi, bukan kamu saja yang tidak bisa bertahan hidup, aku juga Mas. Aku tidak bisa hidup tanpa kamu," ucap Hanin seraya mengusap wajah Hasta dengan tatapan penuh cinta.
"Aku benar-benar takut kamu meninggalkan aku Nin. Aku kira kamu tadi benar-benar marah dan meninggalkan aku," ucap Hasta membalas tatapan Hanin dengan wajah sayu.
"Aku tadi memang marah Mas. Tapi mana bisa aku meninggalkan kamu. Bisa-bisa semua wanita berdatangan untuk mendapatkan kamu Mas. Aku tidak akan membiarkan hal itu. Kamu hanya milikku Mas," ucap Hanin dengan tersenyum menyentuh ujung hidung Hasta.
Hasta tersenyum kemudian memeluk Hanin dengan sangat erat.
"Sekarang aku merasa lega Nin. Aku sudah sehat dan kita akan segera punya bayi kembar. Kamu akan jadi seorang Ibu dan aku jadi seorang Ayah. Aku benar-benar sangat bahagia Nin," ucap Hasta semakin mempererat pelukannya.
Di saat mereka saling berpelukan tiba-tiba terdengar suara pintu terketuk kemudian pintu ruangan terbuka dan tampak wajah Jonathan yang terlihat terkejut dengan apa yang di lihatnya.
"Aahhh, kalian telah membuatku malu," ucap Jonathan dengan wajah memerah.
Hanin tersenyum kemudian kembali memeluk Hasta di hadapan Jonathan yang terlihat salah tingkah.
"Hanin, apa kamu mencoba mengiming-imingi aku?" Ucap Jonathan dengan bibir manyun duduk di kursi dekat meja.
"Dengar Jo, selama kamu belum punya istri aku akan berbuat seperti ini di hadapanmu agar kamu tidak bisa tenang," ucap Hanin dengan wajah serius menakuti Jonathan.
Jonathan menelan salivanya tidak percaya Hanin akan mengancamnya.
"Tuan Hasta, lihat istri anda. Apa yang sudah ia lakukan padaku? istri anda telah tega mengintimidasi aku," ucap Jonathan pada Hasta untuk meminta pembelaan.
"Apa yang di katakan Hanin benar Jo. Sebaiknya kamu cepat menikah. Apa kamu tidak ingin merasakan bagaimana rasanya bercinta?" Ucap Hasta membenarkan Hanin dan menasihati Jonathan.
Wajah Jonathan seketika memerah mendengar ucapan Hasta yang telah membuat hatinya kacau tentang bagaimana rasanya bercinta.
"Tuan Hasta tenang saja, aku pasti akan mencoba hal itu agar bisa tahu rasanya," ucap Jonathan tanpa berpikir panjang.
"Jonathan!! Apa yang kamu bicarakan barusan? Mau mencobanya tanpa menikah lebih dulu? Coba saja kalau kamu berani melakukan hal itu? Aku akan melaporkan kamu ke KUA agar kamu di paksa untuk menikah," ucap Hanin dengan tatapan gemas.
"Hanin, tega sekali kamu padaku?" Ucap Jonathan sambil mengusap wajahnya yang semakin memerah karena rasa malu.