"rangga sialan!" selin bersumpah akan mengikat rangga di pohon berigin legendaris, biar dijadiin gebetan mbak melati sekalian!
Begitu selin melewati pintu, wajah bu rina-lah yang pertama kali ia temui. Meski bu rina berdiri dekat meja guru yang letaknya berlawanan dengan pintu masuk, tapimata laser bu rina yang tajam membuat selin merasa ia tengah didakwa di ruang sidang.
"selin kasmira?"
"iya,bu?" selin melelan ludah, menyadari bahwa kalimat yang akan bu rina katakan mungkin menjadi terompet bagi nilai matematikanya.
"berdiri di depan kelas dengan tangan terangkat sampai jam pelajaran saya selesai. Dan yang lain siapkan kertas ulangan sekarang!"
Seluruh isi kelas mendesah berlebihan lantas menatap selin dengan tatap siap memangsa.
Gara-gara selin, mereka semua ikut terkena sial. Ulangan dadakan pada jam pertama, matematika lagi!
"tapi bu.. ulangan saya?" kalimat selinterhenti di ujung lidah karena tatapan membunuh yang bu rina layangkan.
"baik bu, saya keluar." Dengan lesu, selin menyeret langkah kakinya keluar pintu kelas, kemudian mengangkat tangan tinggi-tinggi. Dalam hati, ia bersumpah akan membunuh rangga nantinya.
"Ga, selin lagi dihukum," bisikan dari Gema otomatis menghentikan pergerakan tangan rangga.
"Tahu dari mana lo?" tanya Rangga. Sebenernya ia tidak perlu bertanya, karena ia adalah penyebab selin dihukum.
"tadi waktu gue sama orion mau ke koperasi, kita mampir ke kantin lantai 2, eh ternyata tuh cewek lagi di depan kelas sambil ngangkat tangan."
Senyum langsung tercetak lebar di bibir rangga. Kemudian, ia menutup bukunya, karena ada yang lebih menarik daripada buku pelajaran.
Rangga bangkit dari kursinya. Lewat tatapan mata, ia memberi kode kepada gara yang duduk di baris berbeda. Gara langusung menangkap kode itu.
"mau kemana lo?" tanya orionn karena rangga tiba-tiba berdiri.
"Mau pacaran dongg!" jawab rangga dengan mata yang bersinar.
Dengan langkah santai, cowok itu meninggalkan mejanya dan menuju pintu keluar. Pak ruslan yang sedang menulis di papan, tiba-tiba tersadar ketika matanya tak sengaja menangkap sosok rangga yang meninggalkan kelas tanpa dosa.
"Rangga, mau kemana kamu?" tegur pak ruslan menghentikan aktivitasnya. Pria itu menatap muridnya dengan tatapan mencurigakan. Begitu juga satu kelas yang melihat kelakuan rangga.
Rangga menghiraukan pertanyaan pak ruslan, kakinya terus berjalan. Karena kesabaran pak ruslan sudah habis, pak ruslan mengetuk ketukan spidolnya ke papan.
"Rangga, kembali ke tempat dudukmu atau saya hukum!" mendengar ancaman pak ruslan, langkah rangga pun terhenti.
Pak ruslan tidak menyangka, ia akhirnya bisa menangani rangga, karena ia memutuskan untuk berbalik badann.
Berbeda 1800 dengan perkiraannya, rangga justru berkilat-kilat antusias.
"ide bagus pak! Saya ikhlas bapaj hukum!" seru rangga dengan antusias.
"tapi, dihukumannya di depan kelas XI IPS 2 ya, pak? Biar saya ada temennya."
Satu kelas menahan tawa yang ingin keluar.
"rangga, kamuu..." wajah pak ruslan memerah, menahan amarahnya yang melonjak lagi.
Rangga yang sadar dengan kelakuannya yang kelewatan akhirnya mengalah. Dengan sopan ia menghampiri guru berumur 50 tahun itu. Rangga langsung menyalimi tangan pak ruslan, membuat pria itu kaget karena perlakuan sopan rangga.
Setelah beberapa detik terlewati, rangga menggangkat kepalanya. "selamat pagi pak." Senyuman rangga membuatnya seperti anak kalem, dan ditambah dengan perlakuan satun tadi.
Pak ruslan yang masih terheran-heran hanya menjawab dengan sorot haru "selamat pagi juga."
Rangga pun berbalik. Sebelum meninggalkan kelas, ia menyempatkan diri untuk melambaikan tangan ke arah tom. Mata dan tangannya memberi kode kepada tom agar ia mengambil alih.
Tepat setelah langkah pertama rangga meninggalkan kelas, tom langsung berlari ke arah pak ruslan, tetapi tiba-tiba pak ruslan tersadar.
"rangga!!" teriaknya.
Akan tetapi, percuma pak ruslan tak keburu untuk mengejar rangga karena tom sudah mengambil alih. Samar-samar rangga mendengar tom memukul-mukul meja sambil menlontarkan pertanyaan.
Tawa rangga pun terdengar sepanjang lorong, dan teman-temannya dikelas hanya bisa menahan tawa sejak tadi.