Bab 2

FLASHBACK

Sabtu,6 juli 2019

06.30 wib

Sambil mengenakan sepatunya, kakak masih mengoceh menagih janjiku untuk membawanya berenang hari ini.

"Janji ya ma, nanti pulang sekolah kita berenang ya ma, jangan bohong!!" Rengek kakak.

"Iya sayank, mama janji!" Sahutku.

Sambil rempong gantiin baju adik bayi yang harus ikut bangun pagi, karna harus mengantar kakak kesekolah.

Maklum, aku ibu 3 orang anak yang melakukan semuanya sendiri, jadi karna adik masih bayi dan tidak ada yg menjaga dirumah, pagi-pagi harus siap ganteng juga untuk ikut mamanya antar kakak kesekolah.

Sedangkan adik nomer dua lebih seringnya masih bubuk nyenyak di kamar, bangunnya nanti kalau mama sudah kembali dari antar kakak sekolah sambil membawakan sajen "Jajan dan camilan juga susu" untuk dia.

***

11.10 wib

Kolam renang

Dulu sebelum melahirkan anak yg ketiga, setiap seminggu sekali sering aku ajak anak-anak berenang kesini

Kolam yang dekat dengan rumah, dengan banyak sekali pilihan kedalamannya juga mainannya membuat anak-anak selalu betah berlama-lama disini.

Setelah melepaskan semua baju anak-anak, dan mengganti dengan baju renang. Aku, ibuku dan adikku beserta kedua balita usia 6bulan (anakku dan adikku lahir beda 1bulan saja) yang baru pertama mau belajar main air duduk dibawah pohon beralaskan tikar plastik yang sengaja kita bawa dari rumah.

Kukeluarkan semua bekal yg sudah kita siapkan dari pagi, bermain hape dengan sesekali mengawasi anak-anak yang sudah ke asyikan berenang.

Cuit cuit ,hapeku berbunyi. Tanda pesan whatssup masuk.

Nomer tak dikenal.

"Ah, mungkin pembeli" fikirku

"Eh,tapi kug masuk ke wa pribadi? kalau pembeli harusnya masuk ke wa bisnis" pikirku heran. Karna nomer pribadi ini hanya sahabat dan teman juga keluarga yang tau.

Ohya,aku membuka bisnis online kecil-kecilan, menjual batik dan juga kebaya, dan pernak perniknya. Alhamdulillah walau masih kecil, tapi bisa aku pakai untuk menutupi dan membeli keperluanku tanpa harus minta sama suami, yang saat ini juga masih merintis usaha transport kecil-kecilan di pulau dewata bali.

Segera aku buka...

"Maaf, benar ini mb disa, istrinya ferdy? "

"Iya benar, siapa ya?"

"Sebelumnya saya minta maaf mba, saya benar-benar minta maaf, tapi sebagai sesama perempuan, saya tidak bisa lama-lama diam,saya gak tega sama mb disa"

"Kenapa mba?, bilang saja tidak apa-apa, tapi ini siapa ya?"

"Saya temennya ferdy mba, saya mau memberi tahu sesuatu yang penting sama mb disa, tapi saya takut dibilang ikut campur, tapi perasaan saya sakit juga lihat wanita lain dibeginikan"

Deg

Firasatku mulai tidak enak, apalagi ulah yg dibikin suamiku disana ya Allah.

Aq balas dengan kepala mulai panas dan detak jantung sudah mulai tidak beraturan.

"Mba, aku dikhianati sudah pernah, ditinggal selingkuh sampai anak-anakku tidak dinafkahi hampir setahun pernah, apalagi yang lebih dari itu? Kalau mau menyampaikan sesuatu, silahkan disampaikan, saya siap mendengarkan"

Cuit cuit (pesan whatssup masuk)

Kali ini bukan pesan text tapi foto seorang perempuan, hasil screen shoot dari story wa suamiku, dengan caption gambar 3ikat bunga.

Deg

"Ya Allah, apalagi ini? " suaraku lirih takut terdengar ibuku. Karna terakhir suamiku salah jalan beliau sudah berpesan lebih baik tinggalkan, jangan mau kembali, karna sekali selingkuh pasti ada yang kedua dan seterusnya. Aku gak mau membuat beliau kepikiran sebelum aku benar-benar yakin dengan isi pesan ini.

Bisa saja itu foto yang iseng suamiku post supaya teman-temannya rame, bukannya begitu kebiasaan para supir. Tapi kenapa disembunyikan dari aku? Kenapa aku tidak bisa lihat foto ini di story wa suamiku hari ini? Bukankah biasanya kalau cuma main-main dia gak akan private, karna dia bersedia menjelaskan.

Belum sempat aku balas, masuk lagi pesan whatssup..

"Menurut mas ferdy itu calon istrinya mba, tapi katanya mba disa gak tau, mas ferdy kayak bangga banget setiap bikin status, saya jadi gak kuat, saya ikut ngerasain sakitnya mba, makanya saya kasih tau mba disa, maaf ya mba saya lancang"

"Fotonya juga gak cuma ini mba, masih banyak lagi, tapi saya gak tega ngasih mba disa foto yang lain, karna fotonya terlalu menyakitkan, saya saja sebagai oranglain merasa jijik dan mual lihatnya mba" diparagraf kedua.

Isi pesan itu agak panjang, dan sepanjang membacanya juga darahku seakan naik ke atas kepala dan panas seluruh tubuhku seakan ingin meledak.

Aq jawab wa itu dengan gemetar..

"Gak papa mba, kalau ada foto yang lain mba kirim aja ya, saya gak papa, saya sudah biasa mba, suami saya gak sekali ini seperti ini, saya sudah terlatih, saya kuat kokoh tak tertandingi, seperti semen" balasku supaya dia yang memberi info juga gak terlalu merasa bersalah. Walau sumpah, airmataku sudah berontak ingin menjebol bendungan yang daritadi sudah aku bangun. Aku tidak mau menangis disini, di depan ibu, terlebih didepan umum.

Aku buka lagi foto screen shoot yang aku terima, wajah wanita itu jelas aku tidak asing, aq pernah melihatnya tapi gak tau dimana, rambut panjang dengan kacamata hitam, duduk di kursi pantai dengan kelapa muda ditangannya, jelas terlihat tatto di pergelangan tangan kanannya,kalung dengan inisial E dan juga tatto nama yang tertera jelas di dada kirinya "Evie".

Siapa kamu Nevie?

Wanita seperti apa kamu?

Apa benar kamu calon istri suamiku?

Bagaimana bisa, kita baik-baik saja kug evie, bagaimana mungkin suamiku akan menikah lagi?

Apa kamu tidak tau dia suami dan ayah dari oranglain?

"Mama, ayo temenin berenang" Tiba-tiba dari arah kolam kakak memanggil.

Aah, iya. Sekilas aku sampai lupa bahwa tujuanku hari ini adalah mengajak anak-anak berenang. Aq harus tegar di depan anak-anak, biarlah ini nanti aku urus dirumah. Sekarang aq harus berusaha tersenyum di depan anak-anakku, mereka sudah menunggu hari ini sangat lama, aq tidak mau menghancurkan kesenangan mereka hari ini.

Aku letakkan hape di tas, dan menitipkan kepada ibu yang dari tadi asik foto selfie dengan adikku.

"Owh, ibu andai engkau tau anakmu sekarang lagi kepanasan seperti kerang rebus, memegang bom atom yang siap meledak, mungkin senyummu itu akan sirna. Aku tidak mau itu terjadi, aku harus bagaimana wahai ibu" rintihku dalam hati.

Aku bergegas menghampiri kakak yang sudah gak sabar ingin diajari berenang. Setidaknya biarlah otak dan hatiku yang panas terendam air kolam yang dingin. Semoga nanti dirumah aku bisa mendapatkan jawaban yg bagus dari suamiku.

Iya, aku harap....