Setelah menyuapi Sakha, kini keluarga pun mulai berdatangan. Satria, Faysa, Ken, Arthur, dan juga Athena.
Sakha menundukkan kepalanya, ia sungguh malu dan begitu mengecewakan karena berani mencintai sang bunda bahkan mencelakai adiknya. Masalah itu kini tepat ada pada pundaknya yang membuat ia sungguh berat untuk mengangkat kepala sedikit pun.
Tangan itu terulur dan memegang erat tangan dingin milik Sakha membuat sang empunya terbelalak kaget .
"Rye baik-baik aja kok , kakak gak usah khawatir lagi, Rye tetap sayang kakak." Pelukan hangat itu menenangkan hatinya yang sedari tadi gelisah dan merasa pengap.
Tangannya terangkat untuk membalas pelukan sang adik dengan isak tangis yang tak bisa tertahan lagi.
"Maaf ya Rye, maafin kakak, kakak jahat sama kamu , kakak buat kamu kecewa."
"Rye maafin kakak, begitupun yang lain, tapi kakak harus janji sama Rye."
"Apa sayang?"
Rye melepas pelukan itu kemudian menangkup kedua pipi Sakha dengan lembutnya.
"Jangan pernah ulangi itu lagi!" Peringat Rye begitu tegas.
"Ya, kakak gak akan pernah ulangi lagi, makasih, makasih karena udah maafin kakak, makasih."
Keduanya saling berpelukan tanpa menghiraukan seseorang yang kini tengah siap mengeluarkan lahar panasnya.
Tepukan halus pada bahunya membuat ia tersadar akan kecemburuannya yang semakin gila.
Like father like son!
Ken dan Satria menjadi lelaki paling posesif untuk wanita tersayangnya.
.
.
.
"Boleh kita perkenalan lagi?" Ucap Tae yang kini membuka suaranya.
Semua menatap bingung dengan apa yang Tae ucapkan. Namun hal itu langsung terjawab saat Tae merangkul pundak remaja yang kini berada di sampingnya.
"Semuanya, perkenalkan, Arthur Ryeon Azfary, kembaran Athena yang selama ini hilang." Tae menatap remaja laki-laki di sampingnya dengan penuh haru dan mata berkaca-kaca.
"Welcome to family , son, miss you." Tae menangis di pelukan Arthur yang kini ikut menitikkan air matanya. Mereka semua menangis bahagia, berbeda dengan Sakha yang kini tau , bahwa dirinya pasti akan di depak dari keluarga Azfary.
Tae melepas pelukannya bergantian dengan Ily .
Tae menghampiri Sakha yang kini sedang memainkan jari-jarinya dengan perlahan.
"Kha—" panggilan Tae membuatnya mendongakkan kepala menatap manik mata tegas sang ayah.
"Kamu memang bukan anak kandung ayah dan bunda, kamu juga bukan kakak kandung dari Rye. Tapi, ingat ini, Kamu tetap keluarga kami , kamu akan selalu menyandang nama Azfary. Kamu akan selalu bersama kita. "
Sakha menatap kesungguhan akan perkataan yang dilontarkan oleh Tae. Kemudian menatap sekitarnya yang sama- sama menganggukkan kepala setuju.
"Ka, ini adalah wasiat dari ibu kamu, ayah tak pernah membukanya, silahkan buka dan baca."
Tangan itu bergetar menatap kertas yang telah menguning karena termakan oleh waktu. Begitupun tulisan-tulisan tangan dengan bolpoin yang kini memberikan kesan bayangan pada setiap coretan kata yang berada didalamnya.
Untuk Anakku,
Bagaimana kabarmu sekarang nak? Pasti kini sudah tinggi dan memiliki wajah tampan kan? Bunda percaya itu.
Jika kamu telah menerima surat ini, berarti tepat 18 tahun keluarga Azfary telah merawat dan membesarkanmu. Tak hanya itu, bunda yakin, kamu selalu mendapat kasih sayang tulus dari mereka.
"Ya, bunda benar, mereka sangat menyayangi Sakha." Ucap nya seraya menghapus air mata yang entah kapan mulai mengalir di pipinya.
Bunda juga akan selalu menyayangi kamu sayang. Bunda selalu ingin melihat setiap pertumbuhan kamu dan berada di sisimu. Tapi maaf, sekali lagi, bunda tak bisa. Bunda pergi meninggalkan kamu atas kehendak-Nya, bunda mohon kamu mengerti nak.
Dan, di umur 18 tahun ini, bunda akan memberi tahu semua aset-aset yang bunda miliki untukmu. Semua kekayaan bunda akan menjadi milikmu.
Dan , cobalah belajar pada Ayahmu yang kini pasti tepat ada di depanmu untuk meminta bantuannya. Bunda mohon, teruskan lah semua usaha yang pernah bunda rintis untukmu .
Bunda akan selalu menyayangimu. Anak bunda yang akan selalu tetap di hati bunda.
I love you son.
Sakha membawa surat itu pada pelukannya . Ini sang bunda, wanita berjasa yang telah melahirkannya, wanita yang telah berjuang untuk kehidupannya.
Athena mendekat ke arah Sakha dan memeluk erat laki-laki yang kini tengah menangis akan surat itu.
"Kakak harus inget, kita akan selalu ada untuk kakak , kita akan selalu menyayangi kakak, dan juga, adik kakak ini bertambah satu, pasti kakak gak akan pernah kesepian."
Sakha hanya menjawab dengan anggukkan nya serta isak tangis yang kini semakin tersedu.
.
.
.
Dua minggu lamanya , Sakha mendapat perawatan yang intensif akhirnya di perbolehkan untuk pulang.
"Akhirnya, bisa menghirup udara bebasssss!!!" pekiknya senang saat ia mulai menginjak pelataran mansion Azfary.
"Lebay deh, ayok masuk!" ajak Rye yang kini tengah menggandeng dua remaja di sebelah kiri dan kanannya.
"Semangat banget sihhh..." elusan pada kepala Rye tak membuatnya bete, bahkan ia sangat menyukai jika orang mengelusnya seperti itu. Tapi jangan samakan dengan kucing ya, heheh.
"Hai sayang, akhirnya sampai juga, Sakha ayah mau ngobrol, kamu mau mandi dan makan dulu ? Atau mau langsung ngobrol aja?"
"Langsung aja bun, kasian ayah, takut lama nunggunya."
"Okey , tuh ayah di ruang tamu."
"Kakak kesana ya bun, bye." cup , kecupan itu mendarat tepat di pipi Ily.
"Siang yah."
"Siang kak, duduk dulu, ayah mau memberikan sesuatu buat kamu."
"Apa itu?"
"Ini adalah semua berkas yang yang diberikan ibumu pada ayah. Jika kamu mau belajar, ayah pasti akan bantu kamu. Dan , jangan pernah berani-beraninya pisah rumah dengan kami."
"Kenapa yah?? Bukan seharusnya kalian suka jika Sakha per–"
"Cukup Sakha, bagaimanapun , kamu tetap keluarga kami, anak tertua Ayah dan bunda." Potong Tae saat tau kalau Sakha akan mengucapkan kata yang tak di inginkan nya.
Sakha tersenyum menatap ayahnya yang kini dalam mode cemberut membuatnya terlihat seperti bayi, bukan lagi pria dingin macam es.
〰〰〰〰〰