Andrew memalingkan wajahnya. Dia mencoba menutupi mulutnya yang tersenyum. Pujian mendadak dari mantan tunangannya membuat dia dibanjiri oleh perasaan senang. Andrew tahu betul Anna sangat menyukai permainan pianonya.
"Saya tidak bisa menolak permintaan Tuan Charles Smith. Baliau sudah saya anggap seperti ayah saya sendiri dan sudah cukup lama saya tidak mendengar permainan anda dalam waktu lama. Bagaimana menurut anda, Tuan Andrew Smith?" Tanya Anna.
Ardian, Andrew, dan Han yang mendengarnya hanya menatap tidak percaya pada Anna. Charles Smith tersenyum senang mendengarnya. Ardian hanya tertawa lirih setelah lepas dari keterkejutannya. Han menatap kesal nona mudanya.
Andrew masih belum menyadarkan dirinya dari keterkejutan. Dia sesekali mencoba tersenyum meski gagal. "Tuan Andrew Smith, seperti yang anda katakan saya tidak suka muncul di hadapan orang lain. Akan tetapi, saya ingin membuktikan pada semua orang kalau kita masih memiliki hubungan baik. Bukankah lebih baik membuktikan sesuatu dengan tindakan dan bukan perkataan?" tambah Anna tanpa melepas senyuman dari wajahnya.
Andrew memandangi Anna dengan mata berbinar. Tubuhnya perlahan mendekati Anna. Tangan kanannya menyentuh pipi kiri Anna. "Anda benar. Akan lebih baik jika anda masih bersama saya." Ujarnya dengan lembut. Anna mendorong Andrew menjauh dari tubuhnya. Andrew sedikit terkejut dan tetap tenang. Ada peresaan kecewa di mata Andrew. "Baiklah. Lebih baik anda duduk di dekat saya." Imbuhnya seraya berjalan melewati belakang Anna dan duduk di kursi depan piano.
Seorang pembawa acara mengeluarkan suara dengan lantang membuat semua orang tertuju padanya. Charles mendorong Anna hingga dia terduduk di dekat Andrew. Ardian dan Han sedikit menjauh dari piano. Semua orang kembali berbisik. Han memandangi nona mudanya dengan wajah senang di balik senang seraya mengepalkan kedua tangannya.
Seluruh ruangan menjadi gelap. Lampu sorot hanya menerangi piano. Jemari Andrew bersiap di atas tuts-tuts piano. Anna menghela napas. Bersiap mendengarkan alunan nada yang akan keluar. Anna sangat menyukai musik karena dia tidak bisa memainkannya. Alat musik kesukaannya adalah piano.
"Lagu ini saya persembahkan untukmu, Anna. Saya tidak akan menyerah sampai anda kembali dalam pelukan saya." Gumam Andrew. Alunan lembut menggema. Andrew perlahan menarikan jemarinya.
Anna menutup matanya. Menikmati musik Andrew untuknya. Begitu tenang, halus, dan bayangan seorang gadis yang tengah berdiri di sebuah padang bunga ditemani oleh seorang laki-laki tergambar jelas di kepalanya. Warna jingga langit menjadi pemandangan indah di mata kedua insan berbeda jenis kelamin tersebut. Mereka berdua menikmati pemandangan yang tersaji. Tangan laki-laki itu mendekap tubuh gadis itu dengan erat.
Tangan kiri Anna menarik jas tangan kiri Andrew, bahu kanannya bersandar di lengan kiri, dan bibirnya mendekar di telinga kiri Andrew. "Lebih baik anda menyerah. Pertunangan sebelumnya hanyalah sebuah keterpaksaan dari dua belah pihak. Saya lebih senang tidak terikat dengan apapun." Bisiknya dengan lembut setelah Andrew menyelesaikan permainannya. Suara tepuk tangan menggema ke seluruh ruangan. Pernyataan Anna mengaburkan suara tersebut di telinga Andrew.
Anna berdiri dan berjalan menghampiri Han setelah semua lampu di ruangan menyala. Andrew berdiri seraya memandangi kepergian Anna. Tangannya mengepal dengan erat. Perasaan kesal menghampirinya. Anna tidak pernah peduli perasaannya.
Anna berdiri di hadapan Han dengan wajah kebingungan. "Kenapa kau terlihat kesal?" Tanya Anna.
Han tersenyum tipis. "Apakah saya terlihat kesal? Permainan Tuan Smith sangat indah. Saya merasa sakit hati. Bagaimana menurut anda?" tanyanya.
Tangan kanan Anna menompang dagunya. "Kau benar. Itu membuatku tersentuh. Ini mengingatkanku dengan permainanmu dulu. Aku sangat merindukannya." Ujarnya seraya tersenyum.
Dua tangan melingkar di perut Anna. Seseorang memeluknya dari belakang. Kedua tangan Han dengan cepat menangkup kedua pipi Anna untuk tidak memandangi siapa pun kecuali dirinya.
"Nona Holmes, kita berkumpul di beranda. Tuan Harris sudah menunggu." Bisik orang yang memeluk Anna. Anna tertawa lirih. Dia mengenal pemilik suara ini. Seseorang yang baru saja duduk di dekatnya, Andrew Smith.
Anna melepaskan kedua tangan Andrew tanpa mengalihkan pandangan dari Han. "Saya akan menyusul." Andrew berdecak kesal dan segera meninggalkan Anna. "Sampai kapan kau akan melakukan ini? Kita masih di tengah-tengah pesta." Ujarnya setelah kepergian Andrew.
Han melebarkan senyumannya. "Saya ingin melihat bekas luka anda. Anda tidak menutupnya dengan riasan." Han melepaskan tangannya dari wajah Anna.
"Hanya dia yang akan tahu. Kita pergi menyusul Tuan Smith." Ujarnya seraya tetsenyum penuh kemenangan. Anna mengabaikan tatapan para tamu. Dia sedikit kesal dengan perlakuan Andrew yang secara mengejutkan memeluknya dari belakang.
Han mengekori Anna yang berjalan menaiki tangga. Anna sering berkunjung di kediaman Smith sebelum dia memutuskan pertunangannya. Berjalan seolah rumah tersebut miliknya. Di ujung tangga kiri atas, seorang laki-laki berambut pirang, bermata biru, hidung mancung, bibir tipis, kulit putih bersih, mengenakan setelan jas hitam, dan topeng merah berlapis emas menutupi separuh wajahnya, berdiri dan menyandarkan tubuh bagian bawahnya pada pagar pelindung tangga dari kayu dengan tangan melipat di dadanya.
Anna berhenti dan memandangi orang tersebut. Laki-laki itu menoleh padanya, tersenyum tipis, dan memposisikan tubuhnya kembali tegap. "Nona Holmes, anda datang ke pesta ini bukan untuk kembali melanjutkan hubungan anda dengan Tuan Andrew Smith?" Tanyanya dengan serius.
Anna kembali menaiki tangga. "Kenapa anda menanyakan hal itu, Tuan Small? Bukankah seharusnya anda menanyakan bagaimana saya masih hidup?" Sindirnya dengan tenang seraya melangkah menaiki tangga. "Apakah Tuan Harris dan Tuan Smith sudah berada di beranda?" Tanya Anna.
"Mereka berdua sudah berada di sana. Anda mungkin mengundang kematian tapi, keberuntungan hidup selalu mendampingi anda. Anda ... tidak akan mati semudah itu." Jawabnya.
Anna masih tersenyum hingga anak tangga terakhir dan berdiri di dekat Jhonatan. "Lebih baik anda mulai waspada." Bisik Jhonatan tanpa berpindah posisi. "Kita harus cepat berkumpul dan segera bergabung dalam pesta. Tuan Smith mengatakan dia mengundang Pangeran Harry. Kita semua harus segera turun ke bawah untuk menyambutnya." Cakapnya seraya membalikkan badan membelakangi tangga dan berjalan mendahului Anna.
Jhonatan membuka salah satu jendela besar. Sebuah jendela yang mengarah ke hutan kecil yang berada di sekitar kediaman Keluarga Smith. Jendela yang terpasang memiliki tinggi tiga meter dan berbentuk seperti pintu. Koby Harris dan Andrew Smith berdiri saling berhadapan. Kedua tangan Koby menarik kerah kemeja Andrew.