Dua belas

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Jhonatan dengan wajah kebingungan. Tanpa menghilangkan senyuman di wajahnya Anna berdiri di sebelah Jhonatan dan memandangi Koby yang terlihat geram melepaskan genggamannya. Seraya tersenyum Koby menghampiri Anna. Sedangkan Andrew, merapikan pakaiannya.

"Nona Holmes, senang melihatmu lagi." Sapa Koby. Tangan kanannya segera melingkar ke bahu Anna. Anna tanpa banyak waktu segera menyingkirkan tangan Koby dari bahunya. Senyuman di wajah Koby perlahan memudar dan mununjukkan kekecewaan.

"Langsung saja. Kenapa kita semua berkumpul di sini?" tanya Anna.

Tiga laki-laki di hadapannya kini terdiam dan memalingkan wajahnya. Koby yang tidak memakai topeng terdiam dan menunjukkan ekspresi yang tidak biasa. Wajah kebingungan, khawatir, dan takut menjadi satu.

Anna mengerutkan dahinya meski rasa penasaran menjalar di dalam pikirannya. Dia sangat mengenal kelakuan tiga laki-laki di hadapannya dengan baik. Ada sebuah rahasia yang belum dibagikan padanya.

"Nona Holmes!" panggil Koby dengan wajah serius. Anna melepaskan topeng yang dia kenakan dan memandangi Koby dengan wajah penasaran. "Kita berempat sudah berteman lama. Saya rasa apa yang saya katakan mungkin lolucon bagi anda. Ada seseorang yang ingin memecah kedekatan anda dengan Ratu. Selain itu, ada seseorang yang ingin merebut posisi anda sebagai pemimpin dunia bawah." Ungkap Koby.

Senyuman di wajah Anna memudar. Jhonatan dan Andrew memandangi Anna dengan wajah khawatir. Anna terdiam dan memandang jauh ke dalam kegelapan yang mengelilingi kediaman Smith.

"Sudah pasti dia akan memenggal kepala saya." Gumamnya.

Koby dengan wajah khawatir memandangi Anna yang terdiam kembali. Koby meletakkan kedua tangannya di atas pundak Anna. "Saya tidak akan membiarkan siapa pun memenggal kepala anda. Meskipun Jhonatan sering mencelakai anda, saya tidak akan membiarkan hal itu berlangsung lebih lama lagi." Ujarnya.

Jhonatan memandang punggung Koby seraya mengepalkan tangan. Dia berjalan menghampiri Koby dan berdiri dua langkah di belakannya. "Apa maksud anda, Tuan Harris? Anda menuduh saya ingin melakukan hal tersebut?" tanya Jhonatan dengan nada penuh penekanan.

Koby menoleh ke arah Jhonatan, menjauhkan tangannya dari Anna, dan membalikkan badan. "Itulah kenyataan, Jhonatan. Anda selalu berusaha melakukan apapun demi melukai Nona Holmes. Luka di wajahnya adalah bukti." Tekan Koby. Jhonatan memandangi Koby dengan wajah kebingungan.

"Bukan Tuan Small yang melakukannya." Bantah Anna. Koby memutar kepalanya dan memandangi Anna dengan wajah kebingungan. Begitu pun Jhonatan. "Tuan Small tidak akan segan memuntahkan sebuah peluru di kepala saya. Luka ini dari seseorang yang mencoba membuat saya ketakutan. Sudah pasti ini perbuatan orang lain." Imbuhnya seraya tersenyum.

"Saya dengar Pangeran Harry akan datang. Lebih baik kita semua segera turun." Ajak Anna. Anna dengan tenang berjalan menjauh dari beranda seraya memakai topengnya. Han dengan tenang mengekorinya.

"Lebih baik kita segera turun juga. Ke mana topengmu, Tuan Harris?" tanya Jhonatan dengan dingin.

"Saya lupa membawanya." Jawab Koby seraya tersenyum. Jhonatan segera berjalan pergi meninggalkan Koby. "Maafkan saya yang asal menuduh anda." Sesalnya seraya menggandeng lengan kanan Jhonatan.

Jhonatan dengan wajah jijik dan kesal segera menarik lengannya. "Jhon, marah bukanlah sifat yang baik." Ujar Koby tanpa menyerah menggandeng lengan Jhonatan. Mata Koby melirik ke arah Andrew yang masih terdiam di pinggir beranda. Dengan cepat Koby kembali menarik lengan Jhonatan yang masih kesal pada dirinya.

Han mengekori Anna yang masih terdiam semenjak meninggalkan beranda. Anna menyendiri. Berdiri di sudut ruangan seraya memandangi orang-orang yang tengah menikmati pesta. Kedua jempolnya bergulat di balik punggungnya dan senyuman di wajahnya tidak pudar. Han yang melihat nona mudanya hanya terdiam. Dia mengikuti pandangan nona mudanya yang melihat lautan manusia di ruangan tersebut.

Seorang laki-laki berbadan tegap, berambut coklat gelap, klimis, dan mengenakan setelan jas berwarna merah gelap, dan mengenakan topeng badut yang tersenyum lebar menutupi wajahnya. "Apakah anda Nona Anna Holmes?" Tanyanya seraya berdiri di depan Anna.

Anna terdiam. Senyuman di wajahnya tidak berubah dan pandangannya menembus laki-laki di hadapannya. Han berpura-pura batuk. Anna yang mendengarnya tersadar ada seseorang yang berdiri di hadapannya.

"Siapa anda?" Tanyanya dengan dingin seraya tersenyum.

Laki-laki itu sedikit terkejut. Beruntung topeng yang dia kenakan menutupi keterkejutan yang berada di wajahnya saat ini. "Apakah suara saya tidak bisa anda kenali, Nona Holmes?" Tanya laki-laki itu.

Anna terdiam. Suara yang tenang, tegas, dan halus untuk seorang laki-laki hanyalah satu orang di dalam ingatan Anna. Segera Anna menundukkan kepala dan tangan kanannya menyentuh dada kirinya.

"Maafkan saya, Pangeran Harry. Maafkan saya yang tidak mengenali anda." Sesal Anna.

Pangeran Harry tertawa lirih. "Ini pesta. Anda tidak perlu seformal itu dengan saya. Tuan Koby Harris memberitahu saya kalau anda sedang ingin menikmati kesendirian. Maafkan saya yang telah mengganggu." Ungkapnya.

"Tidak sama sekali, Pangeran. Maafkan saya yang tidak menyambut anda bersama yang lain." Sesal Anna tanpa menegakkan tubuhnya.

Pangeran Harry menghela napas. "Nona Holmes, tolong tegakkan tubuh Anda." Pintanya dengan lembut. Anna dengan cepat menegakkan punggungnya tanpa menghilangkan senyum di wajahnya. "Tuan Koby Harris, Tuan Jhonatan Small, dan Tuan Andrew Smith telah menyambut saya beserta para tamu yang lain. Ketiga teman anda sudah mewakili anda sebagai satu-satunya gadis dalam pertemanan kalian. Bukankah anda semua akan saling melengkapi satu sama lain sebagai seorang sahabat? Dengan atau pun tanpa anda menyambut saya, dengan adanya tiga orang tersebut, saya sudah merasa kalau anda sudah menyambut saya dengan baik." Jelas Pangeran Harry. Anna hanya terdiam mendengarnya.

"Maafkan saya. Tetap saja saya harus menyambut anda meskipun ini adalah pesta Keluarga Smith. Selaku undangan istimewa harus tetap disambut oleh semua orang termasuk saya sendiri." Ujar Anna. Pangeran Harry mengembuskan napas dengan berat. Dia lelah melawan betapa keras kepalanya seorang gadis yang telah dia kenal beberapa bulan ini.

"Apakah anda ingin memakan atau meminum sesuatu?" Tawar Anna.

Koby tanpa menganakan topeng berjalan menghampiri Anna dan Pangeran Harry dengan tangan kiri memegang dua gelas wine serta, satu gelas di tangan kanannya. "Tidak perlu. Saya sudah membawakan minuman untuk kita bertiga." Jawabnya dengan santai. "Silakan, Pangeran Harry, Nona Holmes." Tangan kirinya mengarah ke Anna dan tangan kanannya memberikan gelas wine ke Pangeran Harry.

"Maaf merepotkan anda, Tuan Harris." Sesal Pangeran Harry.

"Sama sekali tidak. Tuan Charles Smith akan segera menemani anda. Apa anda tidak masalah dengan topeng tersebut? Anda bisa melepaskannya. Saya sendiri mengenakan topeng untuk menutupi sel-sel di wajah saya." Bujuk Koby seraya mengedipkan mata kirinya.

Pangeran Harry tertawa lirih. "Benar sekali, Tuan Koby Harris. Anda bisa menyebut topeng anda dengan nama kulit wajah. Anda tidak perlu menggantinya dan hanya mencucinya saja, topeng anda kembali bersih. Saya rasa, saya terbujuk oleh pernyataan anda." Ujar Pangeran Harry seraya membuka topeng badutnya. Koby dengan wajah senang menjetikkan jari, dan menunjuk ke laki-laki di hadapannya.

"Anda tidak bisa menyebutnya dengan topeng. Tuan Harris, berhenti mempengaruhi Pangeran Harry. Kenapa anda mudah sekali dibujuk olehnya?" Protes Anna dengan tatapan penuh keraguan.

Pangeran Harry dan Koby hanya menaikkan kedua bahunya secara bersamaan dan tertawa. Anna menghela napas panjang seraya menggelengkan kepalanya. Dia menghabiskan segelas wine dengan cepat dan meninggalkan dua laki-laki tersebut.

Han mengekori Anna yang menghampiri meja yang masih penuh dengan gelas wine putih yang terisi penuh. Anna meminum dua gelas lagi dengan cepat dan membalikkan badannya. Sebuah uluran tangan dari Han membuatnya dia kebingungan. Anna terdiam mendengar alunan musik yang berubah menjadi musik dansa.

"Ada apa? Kenapa kau ingin berdansa?" Tanya Anna seraya mengalihkan padangannya dari Han.

Han berdiri tegak dan memandangi nona mudanya. "Saya ingin berdansa dengan anda. Saya sarankan anda menerima ajakan saya." Ujar Han seraya membungkukkan tubuh dan mengulurkan tangannya pada Anna.

Anna mengembuskan napas berat dan menerima uluran tangan Han. Han dengan cepat menarik Anna ke dalam dekapannya. Tangan kirinya melingkar ke pinggang Anna, tangan kanan memegang erat tangan nona mudanya, dan tubuh mereka berdua hanya berjarak satu atau dua senti. Anna mengikuti pergerakan Han yang menuntunnya dengan pelan. "Arah jam dua. Tongkat." Gumam Han.

Anna menoleh ke tempat Han maksud. Cukup menyulitkan baginya karena semua orang mengenakan topeng. Anna memperhatikan dengan cepat. Sebuah tongkat kayu digunakan oleh seseorang untuk membantunya berdiri. Anna mengenalinya.

"Arah jam empat. Hitam dan merah." Ujarnya lagi. Han memutar Anna agar bisa melihat orang yang dia tunjuk. Anna mengikuti pergerakan Han dan alunan musik yang menggema. Seorang laki-laki mengenakan setelan jas hitam, rambut klimis, mengenakan topeng warna merah di sebelah kiri dan warna putih di sebelah kanan yang menutupi sebagian wajahnya.

"Tuan Alex Baker dan Orang yang mengenakan topeng aneh. Apa hubungan keduanya? Tidak. Apa yang dilakukan Tuan Alex Baker di sini? Bukankah dia harus berada di rumah Keluarga Baker?" Tanya Anna dengan penasaran. Han hanya tersenyum tipis mendengar pertanyaan Anna.

"Orang bertopeng aneh adalah orang yang kita temui setelah pulang dari kediaman Tuan Harris. Jika dugaan saya adalah dugaan anda, apa yang anda pikirkan sekarang? Apa yang akan anda lakukan?"